SAUH BAGI JIWA
Jangan Tawar Hati
“Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu“ (Amsal 24:10)
“Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu“ (Amsal 24:10)
Sering kali di dalam perjalanan iman kita, kita merasa tawar hati. Apakah sebenarnya ‘tawar hati’ itu? Tawar hati adalah suatu sikap atau perasaan yang apatis, yaitu tidak adanya motivasi maupun rasa antusias. Biasanya perasaan demikian akan diikuti oleh rasa frustrasi, lelah, kecewa, dan kehilangan pengharapan. Seseorang bisa tawar hati kepada seseorang atau sekelompok orang. Tidak jarang, ada pula orang-orang yang tawar hati kepada Tuhan.
Biasanya seseorang akan menjadi tawar hati apabila ia mengalami suatu keadaan atau situasi buruk yang berulang. Selain berulang, keadaan buruk itu juga mungkin terasa tidak kunjung usai, seperti halnya sakit berat yang berkepanjangan atau mengalami masalah yang berat dan lama.
Tokoh-tokoh dalam Alkitab pun pernah mengungkapkan rasa tawar hati yang mereka alami. Raja Daud pernah merasakan tawar hati saat dia dikejar-kejar oleh Raja Saul yang ingin membunuhnya. Dalam mazmurnya, dia berkata pada Tuhan, “Sampai berapa lama, Tuhan, Engkau memandangi saja? Selamatkanlah jiwaku dari perusakan mereka, nyawaku dari singa-singa muda!” (Mzm 35:17).
Ada juga yang mengalami tawar hati saat menghadapi suatu tantangan besar di depannya. Ketika bangsa Israel hendak memasuki tanah Kanaan, mereka mendengar kabar dari sepuluh pengintai bahwa orang-orang di Kanaan mempunyai perawakan lebih besar dan lebih tinggi dari mereka. Karena itu, mereka pun menjadi tawar hati dan berkata, “Ke manakah pula kita maju? Saudara-saudara kita telah membuat hati kita tawar dengan mengatakan: Orang-orang itu lebih besar dan lebih tinggi dari pada kita, kota-kota di sana besar dan kubu-kubunya sampai ke langit, lagipula kami melihat orang-orang Enak di sana.” (Ul 1:28).
Salah satu penulis kitab Amsal pernah mengingatkan bahwa hendaknya kita jangan menjadi tawar hati pada masa kesesakan, karena hal itu akan membuat kekuatan kita menjadi kecil. Dengan kata lain, perasaan tawar hati akan membuat kita menjadi takut berjalan melaluinya; menjadi apatis, kehilangan arah, dan kehilangan iman kepada Tuhan. Kita harus terus berjalan melalui kesulitan, walaupun berat dan langkah kita terseok-seok. Tentunya kita perlu memohon supaya Tuhan berjalan di depan kita.
Inilah penghiburan yang diberikan kepada bangsa Israel ketika mereka menjadi tawar hati ketika ingin memasuki tanah Kanaan, “Janganlah gemetar, janganlah takut kepada mereka; TUHAN, Allahmu, yang berjalan di depanmu, Dialah yang akan berperang untukmu sama seperti yang dilakukan-Nya bagimu di Mesir, di depan matamu” (Ul 1:29-30).
Janganlah gentar, takut, dan tawar hati saat melewati bagian hidup kita yang berat. Ingatlah bahwa Tuhan ada berjalan di depan kita dan Dialah yang akan berperang untuk kita. Saat Tuhan ada bersama kita, mengapa kita menjadi tawar hati dalam menghadapi masalah hidup kita? Kiranya penghiburan dari Tuhan senantiasa menyertai kita. Amin.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 15-16 Maret 2025
1. Bacalah renungan “Jangan Tawar Hati”
2. Pernahkah Anda menghadapi keadaan buruk yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama, atau yang sangat sukar, sehingga membuat Anda menjadi tawar hati? Setiap anggota keluarga dapat berbagi pengalamannya.
3. Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita dapat sepenuhnya bersandar kepada-Nya, sehingga kita tidak tawar hati ketika menghadapi persoalan yang melanda kehidupan kita.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.