SAUH BAGI JIWA
Menolak Kematian
Bacaan Alkitab Harian –
“Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: ‘Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati’”
“Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: ‘Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati’”
Bagi sebagian besar orang, kematian seseorang yang dikasihi merupakan hal yang sangat menyedihkan. Pasangan, orangtua, anak atau saudara kandung yang selama ini bersama-sama tiba-tiba pergi meninggalkan kita untuk selamanya. Tentu bukan hal yang mudah untuk menerima dan merasa baik-baik saja atas kepergian orang-orang yang kita kasihi tersebut.
Demikian juga yang dirasakan oleh Marta dan Maria pada saat itu. Setelah sekian lama sakit, Lazarus, saudara kandung mereka yang selama ini hidup bersama-sama akhirnya meninggal dunia. Tentu ini bukanlah hal yang mudah diterima oleh Marta dan Maria. Selama empat hari, kesedihan itu masih memenuhi hati dan perasaan mereka (Yoh 11:33, 39). Jika kita berada di posisi Marta dan Maria, apakah kita merasakan hal yang sama?
Sesungguhnya wajar jika kita bersedih atas meninggalnya seseorang yang kita kasihi. Tetapi, di balik kesedihan itu janganlah kita menolak apa yang seharusnya menjadi ketentuan dan kehendak Tuhan. Seperti Marta dan Maria, di balik kesedihan dan kehilangan yang mereka rasakan ternyata terlintas penolakan atas kehendak Tuhan. Keduanya mengatakan kepada Tuhan Yesus, “Jika Tuhan ada di sini, saudaraku tidak akan mati” (Yoh 11:21, 32).
Saudara-saudari yang terkasih, penulis Kitab Pengkhotbah 3:1-2a menuliskan: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya, ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal…” Jika ada kelahiran, tentu akan ada kematian. Semuanya telah diatur oleh Tuhan. Ada orang yang sudah lanjut umurnya, tetapi masih tetap hidup sampai sekarang. Ada juga yang masih muda, tidak menderita sakit apa pun, tetapi sudah dipanggil Tuhan. Kelahiran dan kematian seseorang adalah otoritas dan pengaturan Tuhan.
Merasa sedih dan kehilangan merupakan hal yang wajar ketika seseorang yang kita kasihi meninggalkan kita untuk selamanya. Namun, di balik kesedihan itu janganlah kita menolak kehendak dan pengaturan Tuhan atas kehidupan kita. Semoga renungan ini membuat kita memahami kematian dengan lebih bijak dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Amin.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
31
Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.
32Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.”
33Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:
34“Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!”
35Maka menangislah Yesus.
36Kata orang-orang Yahudi: “Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!”
37Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?”