“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” (Yakobus 1:19)
Ada sebuah slogan yang berbunyi: “Mulutmu Harimaumu.” Istilah ini tidak lain untuk mengajarkan kita agar berhati-hati dalam berkata-kata. Jangan sampai perkataan yang kita ucapkan merugikan diri kita sendiri. Karena melalui perkataan yang kita ucapkan, hal itu dapat melukai orang lain. Perkataan sembrono yang kita katakan dapat menyebabkan pertengkaran besar. Demikianlah dalam bacaan hari ini, penatua Yakobus menasihatkan agar “setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”
Umumnya, saat seseorang sudah mulai marah, ia akan berkata-kata dengan serampangan. Apa yang ia keluarkan dari mulutnya terkadang tidak dipikirkan terlebih dahulu. Ketika marah, seakan-akan hati menjadi gelap, pikiran menjadi tidak tenang, dan akhirnya mulut pun mengeluarkan kata-kata yang penuh cercaan dan makian. Dan biasanya, perkataan seperti ini akan kita sesali kemudian.
Saat anak-anak Yakub mendengar bahwa saudari mereka, Dina, diperkosa oleh Sikhem, maka mereka menjadi sakit hati dan sangat marah. Tanpa berpikir panjang, mereka pun melakukan dosa: satu kota mereka bunuh. Betapa mengerikan! Seperti kitab Amsal mengatakan, “Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya.” Demikianlah orang yang sedang marah akan sangat mudah untuk menciptakan sebuah pertengkaran.
Karena itu, rasul Paulus menasihatkan kepada jemaat di Efesus, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis” (Ef 4:26-27). Ketika kita menjadi marah, kita harus bisa mengendalikan diri. Tahan mulut kita! Jangan cepat berkata-kata ketika kita menjadi marah. Dan, segeralah padamkan emosi kita. Dengan demikian menghindarkan kita untuk melakukan kesalahan, baik dalam perkataan dan perbuatan. Dengan memadamkan emosi kita, maka kita tidak memberikan kesempatan kepada Iblis yang senang apabila umat Tuhan berbuat dosa.
Tetapi tanpa pertolongan dan pimpinan Tuhan, sulit bagi kita untuk dapat mengendalikan diri kita melawan amarah. Karena itu, marilah kita memohon Roh Kudus-Nya memenuhi hati kita, membantu kita untuk lambat berkata-kata ketika kita menjadi marah. Kiranya Tuhan Yesus memimpin kita semua. Haleluya!