SAUH BAGI JIWA
Hati Nurani Yang Murni
Bacaan Alkitab Harian – Kisah Para Rasul 22:30-23:10
“Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: ‘Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah’“ (Kisah Para Rasul 23:1)
“Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: ‘Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah’“ (Kisah Para Rasul 23:1)
Ketika berada di Sekolah Menengah Umum, untuk pertama kalinya saya belajar mengendarai motor. Setelah memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), saya pun mulai berkendara ke mana-mana dengan motor saya. Suatu ketika, karena Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) saya sedang diperpanjang, saya tidak membawa STNK saat berkendara. Hati saya terus merasa deg-degan selama berkendara, takut bertemu polisi dan ditilang. Dan betul saja! Dari kejauhan, saya melihat banyak polisi sedang melakukan razia. Saya pun panik dan segera menepi ke sisi jalan. Satu-satunya yang terpikirkan oleh saya adalah berbalik arah, namun kondisi tidak memungkinkan karena ada pembatas jalan. Polisi yang melihat saya tiba-tiba berhenti, segera menghampiri. Tidak bisa berbuat apa-apa lagi, saya pun kena tilang. Inilah bagaimana ketika kita melanggar aturan, ada semacam rasa bersalah dalam hati nurani kita.
Berbeda ketika saya mengantongi STNK dan membawanya beserta dengan SIM saat berkendara, sama sekali tidak ada rasa bersalah dalam hati saya. Inilah yang dinamakan “hati nurani yang murni,” yaitu sebuah keyakinan bahwa diri kita tidak melakukan sesuatu yang salah.
Dalam pembelaannya, Paulus mengatakan bahwa dirinya telah hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah. Artinya, dia merasa dirinya telah menuruti segala perintah Allah. Dia merasa tidak ada satu pun dari perintah Allah yang dilanggarnya. Inilah bagaimana seseorang dikatakan hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.
Hal ini berbeda dengan ketika kita diingatkan oleh firman Tuhan, lalu kita menyadari ada pelanggaran yang kita lakukan, tetapi kita biarkan, dan tidak mau memperbaikinya. Maka akan ada suatu rasa bersalah yang akan terus mengganjal dalam hati nurani kita. Misalnya saja, uang kembalian yang kita terima melebihi dari yang seharusnya. Hati nurani kita akan merasa tidak enak dan berkata ini tidak benar. Walau sebenarnya tidak ada orang lain yang tahu, bahkan si penjual sendiri pun mungkin tidak tahu. Tetapi, hati nurani kita akan merasa bersalah, karena kita telah melakukan hal yang tidak seharusnya di hadapan Allah. Setelah kita kembalikan uang yang lebih ini, barulah hati kita akan merasa lega. Inilah bagaimana kita hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.
Tentunya butuh perjuangan dan komitmen total untuk bisa hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah ini. Butuh komitmen secara keseluruhan agar kita bisa melakukan segala perintah Allah. Setiap kali firman Tuhan menegur dan memberitahukan apa yang masih kurang dalam kehidupan kita, kita pun secara proaktif berusaha menyempurnakannya. Walau tidak mudah, tetapi inilah yang seharusnya kita lakukan, untuk bisa hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.
Hari ini, marilah kita merenungkan dan menyelidiki hati kita (Mzm 139:23-24). Apakah saat ini kita telah hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah? Masih adakah pelanggaran terhadap hukum Allah yang kita belum perbaiki? Seperti Paulus, marilah kita bertekad untuk menjalani kehidupan ini dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Kisah Para Rasul 22:30-23:10
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
Kisah Para Rasul 22:30-23:10
Paulus di hadapan Mahkamah Agama
Kisah Para Rasul 22:30
30 Namun kepala pasukan itu ingin mengetahui dengan teliti apa yang dituduhkan orang-orang Yahudi kepada Paulus. Karena itu pada keesokan harinya ia menyuruh mengambil Paulus dari penjara dan memerintahkan, supaya imam-imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama berkumpul. Lalu ia membawa Paulus dari markas dan menghadapkannya kepada mereka.Kisah Para Rasul 23:1-101 Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: ”Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.”2 Tetapi Imam Besar Ananias menyuruh orang-orang yang berdiri dekat Paulus menampar mulut Paulus.3 Membalas itu Paulus berkata kepadanya: ”Allah akan menampar engkau, hai tembok yang dikapur putih-putih! Engkau duduk di sini untuk menghakimi aku menurut hukum Taurat, namun engkau melanggar hukum Taurat oleh perintahmu untuk menampar aku.”4 Dan orang-orang yang hadir di situ berkata: ”Engkau mengejek Imam Besar Allah?”5 Jawab Paulus: ”Hai saudara-saudara, aku tidak tahu, bahwa ia adalah Imam Besar. Memang ada tertulis: Janganlah engkau berkata jahat tentang seorang pemimpin bangsamu!”6 Dan karena ia tahu, bahwa sebagian dari mereka itu termasuk golongan orang Saduki dan sebagian termasuk golongan orang Farisi, ia berseru dalam Mahkamah Agama itu, katanya: ”Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati.”7 Ketika ia berkata demikian, timbullah perpecahan antara orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki dan terbagi-bagilah orang banyak itu.8 Sebab orang-orang Saduki mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan dan tidak ada malaikat atau roh, tetapi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya.9 Maka terjadilah keributan besar. Beberapa ahli Taurat dari golongan Farisi tampil ke depan dan membantah dengan keras, katanya: ”Kami sama sekali tidak menemukan sesuatu yang salah pada orang ini! Barangkali ada roh atau malaikat yang telah berbicara kepadanya.”10 Maka terjadilah perpecahan besar, sehingga kepala pasukan takut, kalau-kalau mereka akan mengoyak-ngoyak Paulus. Karena itu ia memerintahkan pasukan untuk turun ke bawah dan mengambil Paulus dari tengah-tengah mereka dan membawanya ke markas.
Apakah Anda sudah membaca Alkitab hari ini?
