SAUH BAGI JIWA
Bertekun Di Dalam Iman
“Supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini” (1 Tesalonika 3:3a)
“Supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini” (1 Tesalonika 3:3a)
Dalam suratnya, rasul Paulus menasihati jemaat di Tesalonika agar mereka bertekun di dalam iman. Gereja di Tesalonika belum lama didirikan dan pengajaran yang disampaikan pun belum lengkap. Inilah alasan utama kekuatiran Paulus. Ketika Paulus dan Silas memberitakan Injil di Tesalonika, sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah dan perempuan-perempuan terkemuka menggabungkan diri dengan mereka. Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati, sehingga dengan bantuan beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Sejak itu, terjadilah kekacauan dan penganiayaan terhadap orang-orang percaya di Tesalonika, sehingga memaksa Paulus meninggalkan kota itu.
Paulus kuatir jemaat yang masih belum dewasa itu akan jatuh ke dalam pencobaan dan meninggalkan Tuhan. Tetapi rupanya kekuatirannya tidak terbukti. Timotius membawa kabar baik bahwa jemaat di Tesalonika tetap teguh berdiri di dalam Tuhan walau di tengah kesesakan dan kesusahan.
Di sini kita melihat bahwa waktu tidak selalu menentukan kedewasaan rohani dan keteguhan iman seseorang. Bukan berarti bahwa orang yang telah lama percaya kepada Tuhan akan menjadi dewasa secara rohani dan beriman teguh, atau sebaliknya. Justru kadangkala kita menemukan bahwa orang telah lama percaya malah mengalami kemunduran secara rohani.
Banyak hal yang dapat menyebabkan orang percaya menjadi mundur atau jatuh secara rohani. Salah satunya adalah pencobaan. Kesusahan yang tiada akhir, penyakit yang tidak kunjung sembuh, kekecewaan yang terus dialami, dapat menyebabkan orang meragukan kasih Tuhan. Keraguan yang terus-menerus akan menimbulkan ketidakpercayaan, yang akhirnya membuat kita menjauh dari Tuhan.
Tetapi jemaat Tesalonika berbeda. Walaupun mereka belum lama menerima pengajaran tentang Tuhan, tetapi mereka menerimanya dengan sepenuh hati. Iman mereka bertumbuh seiring pemberitaan firman yang disampaikan. Mereka mengerti bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah harus mengalami banyak sengsara.
Oleh karena itu, mereka siap dan rela menderita demi nama Kristus. Mereka bermegah bukan hanya karena pengharapan akan menerima kemuliaan kekal, melainkan juga bermegah dalam kesengsaraan. Sebab mereka tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan (Rom 5:3-4). Sesungguhnya inilah rahasia ketekunan iman jemaat Tesalonika.
Jemaat di Tesalonika merupakan teladan iman yang sangat baik bagi kita. Sebab bagaimana pun, kesusahan yang pernah atau sedang kita alami saat ini, mungkin tidak sebanding dengan kesengsaraan mereka saat itu. Jika mereka bisa bertahan dan tetap bertekun di dalam iman, maka seharusnya kita pun bisa. Yang penting, kita harus senantiasa hidup dan bertumbuh di dalam firman. Disadari atau tidak, firman itu akan bekerja di dalam kita. Semakin banyak firman yang kita dengar dan semakin sering kita mempraktekkan firman itu dalam kehidupan pribadi kita, iman kita akan semakin bertumbuh. Dan ketika iman itu sudah berakar kuat, maka ia tidak akan dapat digoyahkan lagi. Sekeras apapun badai kehidupan yang menerpa, kita akan tetap teguh di dalam Tuhan. Kita tidak akan beranjak. Kita akan tetap berdiri tegak di tengah masalah, sama seperti jemaat di Tesalonika.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
![bible-2167778_1920 bible-2167778_1920](https://tjc.org/id/wp-content/uploads/sites/43/2017/03/bible-2167778_1920.jpg)
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.