SAUH BAGI JIWA
Menumpang Di Dunia
“Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini” (1 Petrus 1:17)
“Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini” (1 Petrus 1:17)
Sejak semula manusia diciptakan oleh Tuhan sangat istimewa, berbeda dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Manusia diciptakan dari debu tanah lalu dihembuskan nafas hidup melalui hidungnya, sehingga ia hidup. Demikian pula saat manusia itu mati, tubuhnya akan kembali menjadi debu tanah, sedangkan rohnya akan kembali kepada yang mengaruniakannya (Kej 2:7; Pkh 12:7).
Kelahiran dan kematian terjadi atas diri manusia. Ada saatnya kita dilahirkan, lalu ada saatnya kita menemui ajal. Kita tidak dapat menolaknya dan berkata kepada Sang Pencipta, “Tuhan, aku tidak mau mati.” Maka, banyak orang yang berkata bahwa hidup itu seperti lakon sandiwara di panggung. Setelah lakon selesai, kita harus turun dari panggung–yang dalam bahasa Jawa diistilahkan sebagai ‘Wong urip iku mung mampir ngombe,’ artinya adalah ‘hidup itu seperti orang mampir minum.’ Orang berhenti sejenak di warung untuk memesan minuman. Seusai minum, ia akan melanjutkan perjalanan lagi.
Saudaraku, hidup memang singkat dan semua yang ada akan kita tinggalkan. Lalu apa yang akan kita lakukan? Menikmati hidup sesuka hati mumpung masih hidup? Tentunya tidak demikian.
Sebagai umat Tuhan, kita ingin masuk ke dalam surga. Oleh karena itu, di dalam hidup yang singkat ini, kita harus berbenah diri – yang sudah baik dipertahankan, sedangkan yang buruk diperbaiki. Selama kita masih diberikan kesempatan oleh Tuhan, marilah kita semakin mendekat kepada-Nya melalui ibadah yang sejati dan berkualitas. Firman Tuhan memberitahukan kepada kita kehendak-Nya dan jalan keselamatan yang telah Ia tunjukkan. Setelah kita mengetahui apa yang dikehendaki-Nya, hendaknya kita menerapkannya di dalam kehidupan kita melalui perbuatan kasih yang dapat kita taburkan kepada setiap orang di sekitar kita. Selain itu, kiranya kita dapat menjadi teladan dalam sikap, perilaku maupun perkataan dan pemikiran; agar kita dapat menjadi terang sehingga nama Bapa dapat dipermuliakan.
Penulis kitab Pengkhotbah pernah memberikan sebuah pesan peringatan bagi kehidupan rohani kita, “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.” Janganlah kita sia-siakan waktu kita yang berharga yang telah Tuhan berikan. Ingat, kita hanya menumpang di dunia ini dan suatu saat kita akan pergi.
Selamat beraktivitas dan Tuhan Yesus memberkati.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
![bible-2167778_1920 bible-2167778_1920](https://tjc.org/id/wp-content/uploads/sites/43/2017/03/bible-2167778_1920.jpg)
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.