Menjadi Bintang Bagi Tuhan Yesus
Daniel Liew—Portsmouth, Inggris
“You’re a star!” adalah ungkapan yang dipakai di Inggris untuk menyatakan rasa terima kasih kepada seseorang yang telah sangat membantu. Dia melebihi orang-orang lainnya, melakukan upaya ekstra dan bersinar seperti terang di dalam kegelapan masa-masa sukar. Sebagai orang Kristen, apakah kita menyadari bahwa ungkapan ini memiliki arti yang lebih penting dari biasanya?
BINTANG BAGI TUHAN
Dalam Matius 2:1-11, dikisahkan mengenai orang-orang Majus yang datang dari Timur untuk mencari Raja orang Yahudi yang telah lahir. Alkitab tidak menjelaskan secara eksplisit bagaimana mereka mengetahui tentang Raja orang Yahudi atau seberapa pentingnya Dia, hanya bahwa mereka melihat bintang-Nya di Timur (Mat 2:2). Mereka pergi menghadap Herodes dan setelah itu, bintang yang sama muncul kembali kepada mereka dan berjalan di depan mereka, menuntun mereka kepada Anak itu (Mat 2:9). Melihat bintang itu, mereka sangat bersukacita (Mat 2:10) dan mengikutinya sampai tempat di mana Yesus dan keluarga-Nya berada. Kemudian mereka masuk ke dalam rumah, tersungkur, dan menyembah Yesus sambil memberikan persembahan kepada-Nya (Mat 2:11). Karena bintang itulah mereka dapat menemukan jalan kepada Yesus dan menyembah Dia.
Hari ini, Tuhan Yesus telah memberikan kita tugas untuk memberitakan Injil agar banyak orang dapat datang dan mengenal serta menyembah-Nya. Apa yang dapat kita pelajari dari bintang ini, sehingga kita juga dapat melaksanakan peran kita sebagai bintang Tuhan Yesus?
BINTANG ITU BERSINAR TERANG
Matius 2:2 mencatat bahwa orang-orang Majus melihat bintang itu di Timur dan kemudian datang mencari Yesus. Ketika kita melihat langit malam, apa yang kita lihat? Banyak bintang menghiasi langit yang gelap, berkelap-kelip di langit. Di tengah banyaknya bintang tersebut, apa yang dapat menarik perhatian kita untuk melihat satu bintang tertentu daripada yang lain? Tidak lain adalah bintang itu bersinar lebih terang dari yang lain. Demikianlah pada hari ini, bagaimana kita bisa bersinar lebih terang?
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16)
Yesus memberitahukan bahwa kita adalah terang dunia dan kita memancarkan cahaya kita di hadapan manusia melalui perbuatan baik kita. Ketika orang lain melihat perbuatan baik ini, mereka akan bersukacita dan memuliakan Bapa yang di surga. Sama halnya dengan orang Majus ketika melihat bintang di Timur: mereka melihatnya, menjadi begitu gembira, dan kemudian menyembah Yesus. Perilaku kita sehari-hari merupakan bagian penting dari keberadaan kita sebagai bintang bagi Tuhan Yesus. Sebagai orang percaya, kita adalah utusan Kristus. Dan, Kitab Suci menasihatkan kita untuk menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar kita melalui perbuatan, perkataan, dan sikap hidup kita, yang dapat dilihat oleh orang lain. Namun, dapatkah kita mengandalkan upaya diri kita sendiri untuk mewujudkan terang ini bagi Tuhan Yesus?
Keluaran 34:29–35 menggambarkan ketika Musa naik ke Gunung Sinai untuk berbicara dengan Allah dan menerima dua loh batu. Sebuah fenomena ajaib terjadi, yaitu wajah Musa mulai bersinar (Kel 34:29–30). Mengapa ini dapat terjadi? Musa sering berbicara berhadapan muka dengan muka dengan Tuhan, menerima firman-Nya dan menyampaikannya kepada orang Israel. Perlahan, wajahnya mulai bersinar secara alami, mencerminkan kemuliaan Tuhan. Demikianlah jika hari ini kita ingin bersinar terang bagi Tuhan Yesus, kita harus meluangkan waktu bersama Dia dan menyempurnakan diri kita secara rohani. Pertama, kita perlu menerima firman Tuhan – baik dengan membaca atau mendengarkan, agar kita dapat membedakan antara yang benar dan yang salah di mata Tuhan. Selanjutnya, doa juga merupakan bagian penting untuk penyempurnaan rohani kita. Di dalam doa, kita merenungkan firman Tuhan dan memohon kekuatan serta hikmat untuk menerapkan ajaran-ajaran-Nya dalam hidup kita. Menyempurnaan diri dengan cara ini akan menghasilkan perubahan karakter, perkataan, dan perbuatan kita. Perubahan kita akan terlihat dan nyata bagi orang-orang di sekitar kita (1 Tim 4:15).
Orang-orang seharusnya dapat melihat ada sesuatu yang berbeda dari kita dibandingkan orang lain. Perkataan kita tidak tercemari oleh kata-kata makian dan bahasa yang kasar. Sebaliknya, penuh kesantunan, tanpa kepahitan ataupun keluhan. Perbuatan kita tidaklah mementingkan diri sendiri ataupun egois, melainkan memperhatikan kebutuhan orang lain. Kita akan menghadapi kesulitan dengan sikap hidup yang positif, mengetahui bahwa ujian iman dan karakter kita bertujuan untuk pengembangan diri dan untuk kebaikan kita. Yang mendasari perkataan dan perbuatan kita adalah rasa takut akan Tuhan, dan bahwa Ia selalu mengawasi kita. Kita memahami untuk memuliakan Tuhan dalam segala hal yang kita lakukan, serta bertanggung jawab atas setiap perkataan dan perbuatan kita.
Dengan penyertaan Tuhan Yesus, perbuatan baik kita akan bersinar terang di hadapan orang lain, seperti bintang yang bersinar, dan orang lain akan melihat sesuatu yang berbeda dari diri kita. Ketika kita bersinar terang, pekerjaan kita sebagai bintang Tuhan Yesus telah dimulai.
BINTANG TANPA NAMA
Bintang ini menjadi fenomena yang unik pada masa itu. Tidak seorang pun pernah melihat hal seperti ini sebelumnya, dan tidak ada orang yang akan melihatnya lagi. Meskipun luar biasa, namun bintang ini tidak memiliki nama, kecuali untuk menggambarkan fungsinya—untuk memimpin orang-orang Majus kepada Yesus. Benda-benda langit telah lama mempesona manusia, menjadi sumber cerita rakyat dan fokus penelitian. Bahkan mengamati bintang melalui teleskop adalah hal yang populer. Biasanya, bintang yang muncul dan bersinar terang seperti ini akan menjadi sebuah pesona tersendiri. Namun, kita melihat bahwa bintang ini tidaklah menjadi fokus utama. Walau melebihi bintang-bintang lain di langit, tujuannya adalah untuk membawa orang-orang Majus kepada Yesus, dan Yesuslah yang menjadi fokus penyembahan mereka.
Dalam penginjilan, sementara kita bersinar bagi Tuhan Yesus, namun harapan kita bukanlah agar teman dan keluarga kita tertarik pada diri kita dan iman mereka dibangun di atas kita. Sebaliknya, yang kita inginkan adalah agar mereka dapat mengenal Yesus serta memusatkan iman dan penyembahan hanya kepada-Nya. Ketika kita memberitakan Injil pada seseorang dan membawa mereka ke gereja, kita perlu memberikan banyak waktu dan perhatian kepada mereka. Di satu sisi, kita bertanggung jawab atas mereka karena sudah memperkenalkan mereka kepada Yesus dan berharap mereka akan terus berada dalam gereja. Saudara-saudari lain mungkin tidak akan memperhatikan mereka sama seperti kita. Karena tidak ingin mereka merasa diabaikan atau tidak diperhatikan, kita pun akan melakukan usaha ekstra. Mungkin kita akan lebih sering mengirim pesan kepada mereka, ataupun menjemput mereka untuk ikut kegiatan gereja dan mengantar mereka pulang setelahnya. Bahkan, kita mungkin memberikan mereka hadiah-hadiah kecil. Meskipun niat ini baik dan sepertinya tidak berbahaya, tetapi secara tidak sengaja kita membuat ketergantungan yang akan sulit kita pertahankan, terutama ketika ada simpatisan atau jemaat lain yang perlu kita perhatikan juga. Dan, kita mungkin akan menjadi protektif bahkan posesif, bahwa “Mereka adalah para simpatisan yang saya bawa ke gereja. Saya yang akan mengurus mereka, dan orang lain tidak perlu melakukan apapun untuk mereka.”
Kita memang perlu berusaha dalam pekerjaan penginjilan dan penggembalaan, dan menunjukkan kasih adalah hal yang penting, karena kita adalah murid Yesus (Yoh 13:35). Tapi apabila teman dan keluarga kita hanya akan datang ke gereja karena kita, maka ini menjadi bahaya besar. Mereka menjadi bergantung pada diri kita dalam kehidupan iman mereka. Jika kita tidak datang kebaktian untuk sementara waktu, pindah ke daerah lain, atau iman kita terjatuh, ini dapat menyebabkan jemaat yang bergantung pada kita itu kehilangan iman dan meninggalkan gereja. Bagaimana kita dapat mencegah hal ini?
Pertama, kita harus tetap rendah hati dalam pelayanan kita kepada Tuhan.
“Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.” (1 Kor 3:7)
Peran kita dalam pekerjaan di ladang Tuhan adalah memberitakan Injil kepada orang lain. Kita bukanlah tokoh utama dari Injil tersebut, dan kita tidak akan pernah menjadi tokoh utamanya. Kita hanyalah pemeran pendukung yang mengarahkan “penonton” pada tokoh utama, yaitu Yesus Kristus. “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan” (Luk 17:10). Dengan pemikiran ini, kita tidak akan menganggap diri kita lebih dari yang seharusnya. Kita akan dengan setia terus melakukan pemberitaan Injil dan membawa orang-orang datang kepada Yesus, karena kita tahu akan mendapat upah.
Kedua, kita perlu memastikan bahwa kita selalu mengarahkan fokus kepada Tuhan Yesus, membantu simpatisan, teman dan keluarga memiliki pola pikir yang benar sejak awal. Yesus adalah satu-satunya pribadi yang perlu mereka kenal dan sembah. Perkataan-Nya lebih penting daripada perkataan kita. Bawalah mereka kepada Alkitab dan apa yang Tuhan Yesus ajarkan. Dengan demikian, kita membantu mereka melihat lebih banyak tentang Yesus dan lebih sedikit tentang kita. Meskipun pendapat kita mungkin dihargai, tetapi selama kita menanamkan dasar dan pengajaran yang sesuai dengan Kitab Suci, firman Tuhan akan menjadi dasar bagi iman mereka.
Ketiga, kita harus melakukan yang terbaik untuk menghubungkan saudara-saudari gereja dengan teman dan keluarga kita. Ketika lingkaran pertemanan mereka lebih luas, ketergantungan mereka pada satu atau dua orang akan berkurang. Sebaliknya, hubungan yang dibangun dengan saudara-saudara seiman menjadi lebih kuat, dan pada akhirnya, mereka akan dapat mengembangkan hubungan yang kuat dengan Tuhan dan gereja-Nya.
BINTANG MEMILIKI ARAH
Bintang pertama kali muncul di sebelah Timur untuk memperingatkan orang-orang Majus akan kelahiran Yesus (Mat 2:2). Kemudian muncul kembali untuk memimpin mereka keluar dari Yerusalem, ke pedesaan, lalu di sepanjang jalan, sampai berhenti di atas rumah di mana bayi Yesus dan keluarga-Nya tinggal (Mat 2:9). Baru setelah itu, tugas bintang itu selesai. Peran bintang hanyalah memimpin orang Majus sampai mereka datang ke hadapan Yesus dan menyembah Dia. Dari sini, kita dapat melihat bahwa bintang ini memiliki indera perasa yang kuat akan arah. Ia bergerak dengan tujuan dan tidak menyimpang dari tujuan akhirnya. Ia berjalan pada jalurnya bukan hanya untuk membawa dirinya sendiri ke hadapan Yesus, tetapi juga untuk membimbing orang-orang Majus ke sana. Pertanyaannya, apakah kita mengetahui arah dan tujuan hidup kita? Di mana akhir perjalanan kita?
“Kehidupan dipenuhi dengan begitu banyak gangguan, yang dapat membuat kita kehilangan arah dan lupa mengapa kita berjuang untuk iman”
Petrus memberitahukan bahwa tujuan akhir dari iman dan kehidupan kita di dunia ini adalah keselamatan jiwa kita (1 Pet 1:9). Kita berjuang ke arah tujuan akhir itu. Petrus tahu bahwa orang-orang percaya berduka oleh berbagai pencobaan, dan menasihati mereka bahwa ini adalah bagian penting dari perjalanan—yaitu agar iman mereka dimurnikan seperti emas (1 Pet 1:6-8). Petrus prihatin mereka dapat melupakan alasan atas penderitaan mereka, jadi dia mengingatkan kembali mengenai hadiah yang menanti di akhir perjalanan. Kita pun menghadapi pencobaan, kesengsaraan, dan ujian yang sama atas tekad dan iman kita. Kehidupan dipenuhi dengan begitu banyak gangguan, yang dapat membuat kita kehilangan arah dan lupa mengapa kita berjuang untuk iman. Kita harus menjaga tujuan surgawi ini dalam pikiran kita, sehingga kita terpacu untuk mempertahankan iman kita. Hal inilah yang akan mempengaruhi cara kita berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis Ibrani juga mengatakan bahwa pengharapan yang Allah berikan kepada kita adalah sauh bagi jiwa (Ibr 6:19). Tujuan sauh adalah agar kapal atau perahu dapat mempertahankan posisinya. Ia mencegah angin dan ombak, meskipun riuh, menggoyangkan kapal menjauh dari tempat berlabuhnya. Tantangan mungkin datang dan mengancam untuk mendorong kita keluar jalur, tetapi kita akan dapat mempertahankan posisi kita karena kasih karunia Tuhan, berlabuh di atas pengharapan ini. Secara konkrit, bagaimana kita dapat memastikan diri kita tetap setia berada di haluan?
Sikap kita untuk menyembah Tuhan, terutama pada hari Sabat, adalah salah satu indikator yang baik. Tuhan memberkati hari ketujuh dan menguduskannya, mengkhususkannya sebagai pengingat akan Sabat kekal yang akan kita nikmati di surga. Jika kita memilih untuk menikmati berkat-berkat hari Sabat setiap minggunya, kita akan dengan penuh semangat menghadiri kebaktian Sabat dan membiarkan Tuhan menguatkan iman dan kepercayaan kita kepada-Nya. Kita tahu bahwa dengan satu Sabat berlalu, maka kita satu Sabat lebih dekat untuk menerima penggenapan pengharapan kita. Maka, ketika ada teman sekolah atau rekan kerja yang menanyakan rencana akhir pekan kita, inilah saatnya untuk menunjukkan arah kita:
“Saya pergi ke gereja untuk menghadiri kebaktian Sabat dan aktivitas gereja lainnya.”
“Oh ya? Setiap minggunya?”
“Ya, setiap minggu.”
Meskipun mungkin tampak aneh bagi orang lain, tetapi tekad dan kesetiaan kita untuk memelihara hari Sabat dan penyempurnaan diri secara rohani menunjukkan bahwa kita berjuang keras untuk suatu tujuan. Dan kita yakini tujuan ini sangat berharga. Jika tidak demikian, kita tidak akan menginvestasikan waktu dan tenaga sedemikian rupa. Teman dan rekan kerja kita mungkin bertanya lebih lanjut, “Mengapa kamu melakukannya?” Inilah saatnya kita menunjukkan peran sebagai bintang Tuhan Yesus.
“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,” (1 Pet 3:15).
Kita berharap dapat hadir di hadapan Tuhan, dan kita mengharapkan hal yang sama untuk teman maupun keluarga kita. Maka dari itu, marilah kita memperkenalkan Yesus kepada orang-orang di sekitar kita dan membagikan pengalaman iman kita kepada mereka. Jika Tuhan berkenan, kita akan dapat membimbing mereka untuk mengikuti kita datang ke hadirat Tuhan Yesus.
KESIMPULAN
“Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.” (Dan 12:3)
Kita telah menerima hikmat keselamatan melalui firman dan kemurahan Tuhan (2 Tim 3:15). Sekarang, kita memiliki tanggung jawab untuk dipenuhi. Kita harus menjadi seperti bintang yang menuntun banyak orang kepada kebenaran, dengan membawa mereka kepada Tuhan Yesus.
Kiranya Tuhan Yesus menolong kita menjadi bintang yang baik dan setia bagi-Nya, sehingga lebih banyak orang yang bersukcita dan menyembah Tuhan Yang Esa.