Suara Sejati
Topik 17 Tahun (Bagian Akhir)
“Sdri. Jeanny Wongsowidjojo, Gereja cabang Jakarta”
Hari itu hujan deras sekali. Tetapi pendeta tetap datang ke rumah Papa, ingin memberi bimbingan. Papa bertanya, “Pendeta, mengapa hujan deras begini tetap datang?”
Pendeta menjawab, “Demi satu jiwa, meskipun hujan deras, saya harus menepati janji, agar tidak hilang kesempatan.” Papa merasa sangat terharu. Jawaban itu begitu mengena di hatinya.
Yohanes adalah nama yang kuberikan untuk anakku. Memang dia masih bayi, baru berusia dua bulan, repot kalau dibawa keluar rumah. Tetapi karena rindu orangtua, kami tetap pergi ke Cipanas, ingin melihat keadaan mereka.
Senang sekali, karena sudah lama tidak bertemu. Sore itu ketika sedang berkumpul, Papa bertanya, “Kapan Yohanes akan dibaptis?” Aku menjawab, “Dia masih bayi, Pa. Belum tahu kapan ada baptisan lagi.” Lalu Papa mengatakan, “Papa mau dibaptis, bareng dengan Yohanes.” Aku kaget sekali mendengarnya! Ini di luar dugaan!
Kemudian Papa baru menjelaskan sebabnya, bagaimana dia mengenal seorang kenalan, lalu diajak ibadah ke gereja setempat, dan diberi bimbingan oleh seorang pendeta. Semua proses ini di luar sepengetahuan kami.
Lalu Papa juga menceritakan satu hal lain. Katanya, sebelum Kakek meninggal, kakekku mendapat suatu penglihatan, lalu Kakek menyatakan keinginannya untuk percaya Yesus. Lalu Papa seakan bertanya pada dirinya sendiri, “Mengapa Kakek mau percaya Yesus, sedangkan Papa tidak?”
Papa lalu menyatakan mau ikut katekitasi di Gereja Yesus Sejati. Bulan Oktober 1995, akhirnya Papa dan anakku dibaptis bersama. Beberapa waktu kemudian, Papa juga menerima Roh Kudus. Sungguh, ini kebahagiaan yang luar biasa. Sesuatu yang sudah kutunggu selama 17 tahun.
Memang tidak setiap hari aku doakan, tapi sungguh ini topik yang sangat sering kumohon dengan sepenuh hati, hampir selalu dengan berlinangan air mata. Jadi saat ini terwujud, sungguh besar rasa syukurku kepada Sang Pemilik Surga.
Beberapa waktu kemudian, Papa pindah untuk menetap di kota Bogor. Suatu hari, kami mendapat kabar kalau Papa jatuh. Kepalanya bocor. Tulang belakang bagian tengah menghantam dipan. Papa tidak berdaya, tergeletak di rumah sakit. Jangankan bangun, membalik badan saja sudah kesakitan. Katanya dokter, papa harus menjalani operasi.
Sesudah melihat tingkat kesulitan dan beberapa faktor lain, dokter menyatakan tidak berani menjamin hasil operasi. Apalagi mengingat faktor usia papa yang sudah 78 tahun.
Kata dokter, kemungkinan Papa dapat kembali normal sangat kecil. Papa juga mendengar penjelasan dokter. Ini sungguh dilematis. Jika tidak menjalani operasi, Papa tidak berdaya di atas ranjang. Tapi jika operasi, ada risiko lumpuh. Aku bingung sekali. Aku harus bagaimana?
Hari itu aku pulang dari rumah sakit dengan perasaan kacau. Dalam kesedihan, aku curahkan semua beban dalam doa: “Tuhan, Papa baru dua tahun dibaptis, mengapa ini terjadi?”
Besoknya, aku mendapat telpon. Katanya, Papa ingin pulang. Aku segera ke rumah sakit dengan perasaan bingung. Sampai di sana, terlihat Papa sedang duduk di atas ranjang. Tentu aku terkejut sekali!
Lalu Papa menjelaskan, katanya, malam itu setelah aku pulang ke Jakarta, sekitar jam 12 malam Papa berdoa dalam Roh Kudus. Papa memohon, dalam nama Yesus untuk disembuhkan dan mengimani Yesus sebagai Yang Maha Kuasa.
Selesai doa, papa mendengar satu suara yang berkata, “Bangkitlah dan berjalanlah!” Lalu dengan iman, Papa percaya begitu saja. Papa lalu bangkit, berdiri, dan berjalan menuju kamar mandi.
Suster yang tugas jaga malam itu segera berteriak, “Bapak tidak boleh berjalan!” Papa hanya menjawab: “Saya sudah disembuhkan oleh Tuhan Yesus, Suster jangan kuatir.”
Papa sungguh sembuh, terjadi dengan sangat ajaib. Sejak saat itu, tiap kali bertemu dengan siapa pun, Papa akan berkata “Percayalah kepada Tuhan Yesus,” lalu mulai menceritakan mujizat yang dialaminya.
Papa tetap menjadi seorang ayah yang penyayang. Papa tetap sering tersenyum. Tetap tidak pernah mau terlambat pergi ke gereja. Akhirnya delapan tahun sesudah mujizat itu, Papa pulang kepada Sang Pencipta, dalam usia 86 tahun. Sungguh, Tuhan Yesus baik, amat baik!
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.