Suara Sejati
Sepuluh Potong Kue Pie (Bagian Pertama)
“Sdr. Rico Rivaldo, Gereja cabang DP Batam, Kepulauan Riau”
Kami sekeluarga adalah perantau. Papa berasal dari Dabo Singkep, Riau. Sedangkan Mama berasal dari Medan. Pada awalnya, hampir semua anggota keluarga kami taat beribadah, menyembah leluhur dan berhala.
Akan tetapi, di pulau Batam, Papa mulai mengenal Yesus dan mengikuti kegiatan di sebuah gereja besar. Kemudian setelahnya, Papa mulai mengenal Gereja Yesus Sejati di pulau Batam.
Walaupun bentuknya hanya persekutuan di sebuah unit apartemen, Papa merasakan kemurnian Firman Tuhan di sini dan hatinya tergerak untuk dibaptis.
Sejak itu, Papa sering mencoba menginjiliku, tetapi aku selalu menolaknya. Aku sudah berusia 12 tahun, dan topik soal keyakinan baru dari Papa tidak menarik untuk didengarkan.
Tetapi entah mengapa, suatu ketika saat duduk bersama, tiba-tiba hatiku tergerak untuk mendengar perkataan Papa tentang agama Kristen. Kemudian, aku mulai ikut kegiatan yang diadakan oleh gereja dan mau belajar lebih dalam mengenal Yesus.
Awalnya Papa mengajakku ikut komsel di gereja dan kemudian mulai ke kebaktian umum. Tetapi aku sendiri masih bimbang, karena Mama dan keluarga yang lain terus menceramahiku: “Jangan berdosa, jangan ikuti langkah Papamu yang meninggalkan agama sebelumnya.” Seperti ada dua kubu yang saling tarik menarik dan membuatku merasa bimbang.
Namun papa sangat gigih dan terus meyakinkanku hingga akhirnya aku mantap untuk percaya Yesus dan dibaptis di Gereja Yesus Sejati saat berusia 17 tahun.
Jumlah jemaat gereja memang tidak banyak, namun aku tetap belum mau berbaur dengan mereka. Motivasiku ke gereja murni hanya untuk mendengarkan Firman Tuhan, bukan mencari teman atau pasangan.
Setelah tamat SMA, aku baru mulai merasa nyaman berada di dalam komunitas gereja. Bersama beberapa peserta dari Batam, aku mengikuti acara Bina Iman Remaja di GYS Sunter dan mengikuti persekutuan pemuda tahun 2019 di GYS Bali.
Penginjilan di pulau Batam banyak dibantu oleh Gereja Yesus Sejati (True Jesus Church) Singapura, karena letak geografis yang dekat sekali dengan pulau Batam.
Secara bergantian, Singapura dan Indonesia melayani dalam membawakan Firman Tuhan dan memberi perhatian kepada jemaat di pulau Batam ini. Lokasi persekutuan yang tadinya di apartemen jemaat, kemudian berpindah ke sebuah rumah dan sekarang berpindah lagi ke sebuah ruko.
Di usia 18 tahun, ada keinginan dalam hatiku untuk mencari pengalam kerja. Kemudian aku mencoba peluang sebagai agen properti.
Tidak seperti pekerjaan pada umumnya, aku tidak memiliki gaji pokok. Bila ada penjualan, baru aku mendapatkan komisi. Dikarenakan ingin mencari pengalaman, aku berusaha menawarkan properti (rumah), dari pagi sampai sore dan malam harinya aku baru kuliah.
Tiga bulan sudah aku berusaha, tetapi tetap belum mendapatkan pemasukkan sama sekali. Padahal aku sudah rajin sekali menawarkan kemana-mana.
Keluarga menyarankanku untuk berhenti dari pekerjaan properti. Katanya, lebih baik kerja kantoran dan bisa mendapatkan gaji tetap setiap bulan. Aku menjadi bingung antara berhenti atau melanjutkan karena aku mulai mencintai pekerjaan ini dan mulai memahami cara kerja bidang ini.
Kemudian aku pun berdoa: “Tuhan Yesus, aku tidak tahu Engkau mau menempatkanku dimana. Kalau aku boleh belajar dan berkembang di bidang ini, kiranya Engkau memberikanku jawaban. Kalau sampai akhir bulan ini tetap tidak ada penjualan, aku akan keluar dari pekerjaan ini. Jadilah seperti kehendak-Mu, amin”.
Puji Tuhan, pada tanggal 30 bulan itu…..
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.