Suara Sejati
Lahir + Tumbuh = Anugerah
“Sdri. Meiliana, Gereja cabang Jakarta”
Bulan Oktober 2012, ketika memasuki masa kehamilan, ukuran miom di dalam rahim saya yang sebelumnya 2 cm, membesar menjadi 7 cm. Miom ini kian menekan rahim. Kadang terjadi flek dan pendarahan. Untuk mengantisipasi, saya disuntik dan minum obat penguat kandungan. Bersyukur fleknya dapat berhenti.
Bulan Desember 2012, saya mengalami infeksi saluran kencing. Perut saya sakit sekali. Ternyata itu kontraksi, tapi saya tidak tahu. Saya pun masuk rumah sakit. Kemudian tanggal 1 Februari 2013, saya kembali mengalami pendarahan. Saat itu usia kandungan 18 minggu. Kembali saya harus dirawat di rumah sakit.
Saat rawat inap, saya sempat tanya ke dokter, apa harus jalani cerclage, yaitu tindakan menjahit mulut rahim, tapi saat itu dokter katakan tidak perlu. Besoknya saat pemeriksaan, dokter kaget karena bayi sudah turun ke dekat mulut rahim. Dokter langsung bersiap melakukan cerclage. Sebelum melakukan tindakan, dokter berkata hanya 50% kemungkinan bayi akan selamat, karena tindakan cerclage di minggu ke-18 sudah sangat terlambat karena kondisi bayi sudah hampir keluar. Seharusnya cerclage dilakukan saat usia kandungan 11-12 minggu. Saya sedih sekali. Hanya bisa berdoa memohon kepada Tuhan dengan hati hancur. Sungguh saya berharap bayi ini bisa selamat. Puji Tuhan, entah bagaimana caranya, bayi berhasil didorong masuk kembali ke dalam rahim. Lalu mulut rahim dijahit.
Saya harus istirahat total. Di rumah sakit, tidur dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala memang tidak nyaman. Awalnya sempat mengeluh karena tidur dalam keadaan seperti itu membuat saya mual dan pusing. Tetapi saya berhenti mengeluh saat mengingat Tuhan telah menolong saya. Tidak apa, asal bayi bisa selamat. Sesudah pulang ke rumah pun, saya harus tidur dengan posisi demikian. Tidak boleh turun dari ranjang, kecuali saat pergi ke dokter.
Selama proses pemulihan, saya terhibur dengan kunjungan jemaat, teman, dan keluarga yang datang untuk menguatkan dan mendoakan. Saya juga terhibur saat mendengarkan lagu- lagu rohani dan membaca Firman Tuhan. Saat itu teringat ayat tentang “iman sebesar biji sesawi dapat memindahkan gunung.” Saya percaya Tuhan sanggup menolong bayi ini.
Tanggal 23 Maret 2013 sore, saya kembali mengalami kontraksi. Tengah malam itu saya mengalami pendarahan hebat, sehingga langsung dibawa ke rumah sakit. Dokter memberi infus penguat kandungan dan obat penahan sakit. Setelah 2 hari, kontraksi masih hilang timbul, padahal infus penguat kandungan tidak boleh dipakai terlalu lama, karena dapat membuat detak jantung tidak normal. Dokter mengatakan, bayi harus dikeluarkan.
Saya sedih dan kecewa. Usia janin baru 25 minggu. Apa dia akan selamat? Mengapa bayi ini harus lahir sekarang? Pikiran dan hati sangat kacau. Lalu dalam doa, saya mendapatkan jawaban “waktumu bukan waktu-Ku”. Jawaban ajaib itu sungguh meringankan beban pikiran. Saya akhirnya bisa tidur.
Tanggal 26 Maret 2013, kontraksi semakin hebat. Obat penahan sakit sudah tidak mempan. Dokter putuskan bayi harus segera dikeluarkan. Jika tidak, rahim yang sebelumnya sudah dijahit akan robek. Jam 11:00 saya jalani operasi C-sectio. Tidak henti-hentinya saya berdoa memohon agar bayi ini dapat hidup. Sakit luar biasa selama operasi ini, akhirnya terpaksa saya dibius total.
Bayi ini akhirnya lahir. Ia kuberi nama Jonathan Lionel Viriya. Lionel, artinya kuat. Jonathan, artinya anugerah dari Tuhan. Panggilannya JOJO. Jojo lahir prematur, dalam usia 6 bulan kurang sehari. Berat hanya 900 gram. Panjang hanya 30 cm. Lahir dengan kondisi kritis, heart rate = 0. Tubuhnya biru. Puji Tuhan, walau dengan kondisi ini, Tuhan memberi Jojo kehidupan. Saya merasa ini kado terbesar dari Tuhan.
Lambung Jojo masih kotor sehingga harus puasa. Beratnya turun jadi 660 gram. Saya sendiri masih dirawat inap, tidak bisa jenguk Jojo karena saya sedang flu dan infeksi. Walau pikiran sedih dan kacau, Tuhan ingatkan untuk berserah kepada-Nya. Perlahan kondisi saya mulai tenang dan kesehatan mulai pulih. Hari ke-12 akhirnya saya diizinkan melihat Jojo. Saya menahan tangis ketika melihat dia di inkubator ruang NICU. Sangat kecil dan kurus. Banyak selang infus. Tangannya dimasukkan ke dalam diapers untuk mencegah menarik selang infus.
Tiap hari saya datang menjenguk Jojo di NICU. Di sana banyak orang tua yang juga sedang berjuang untuk bayi-bayi mereka. Saya mulai bangkit dari kesedihan. Tidak mau terpaku pada masalah pribadi. Bukan anak saya yang paling menderita. Saya diingatkan untuk mendoakan orang lain. Lalu saya mulai mendoakan dengan sungguh-sungguh anak-anak yang ada di NICU dan mereka yang sakit.
Katup jantung terbuka. ROP (gangguan retina mata, berpotensi buta), biasa terjadi pada bayi prematur dengan berat < 1250 gram, yang lahir sebelum usia 31 minggu. BPD (Displasia Bronkopulmuner), penyakit paru kronis yang menyerang bayi prematur. Pendarahan otak, yang mungkin disebabkan obat-obatan.
Bagaimana tidak terpukul. Saya cuma bisa berdoa ke Tuhan Yesus, menangis dan mencurahkan isi hati. Selesai berdoa, saya jauh lebih tenang, mendapat kekuatan dari Tuhan. Hari demi hari kami lewati. Akhirnya Jojo ada kemajuan. Kantung jantung menutup, tanpa perlu di operasi. Mata sudah normal. Sembuh dari pendarahan otak. Paru-paru membaik.
Setelah 3 bulan melalui banyak proses yang tidak mudah, jatuh bangun, tapi karena kemurahan Tuhan Yesus, akhirnya Jojo dinyatakan aman, boleh dibawa pulang ke rumah. Kami sekeluarga sungguh sangat bersyukur. Sebagai seorang ibu, saya menyaksikan sejak dari janin dia berjuang keras, bisa LAHIR dengan selamat dan terus TUMBUH, sungguh itu suatu ANUGERAH dari Tuhan. Sesuai namanya, Jonathan = ANUGERAH dari Tuhan.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.