Menjaga Kesehatan Rohani Bagi Pemuda
Naomi Shek — Edinburgh, Inggris
Bagi kebanyakan mahasiswa, awal perkuliahan memberikan banyak pengalaman yang baru dan unik. Kita mulai mengambil tanggung jawab yang lebih banyak, mengatur sendiri studi, waktu, dan juga uang kita. Kita mempelajari hal-hal penting seperti menjaga diri, dan memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja. Selain menarik dan menyenangkan, pengalaman ini juga membantu kita menuju kedewasaan. Oleh karena itu, inilah masa yang penting bagi kita untuk menjadi lebih mandiri dan dewasa.
Setelah berpindah tempat ke universitas, saya menyadari bahwa percakapan dengan orang tua saya di telepon kebanyakan hanya seputar kesehatan dan kesejahteraan saya. Mereka sering mengingatkan agar saya menjaga kesehatan dengan makan dengan baik, tidur yang cukup, dan berolahraga. Namun selain itu, mereka juga menasihatkan untuk menjaga kesehatan rohani saya.
Merawat kesehatan tubuh cukup mudah, tetapi ketika menyangkut kesehatan rohani, ada saat-saat di mana saya merasa kewalahan. Cukup mudah untuk mengetahui jika kesehatan fisik kita terganggu — kita mungkin merasa lebih lelah dari biasanya, atau mengalami rasa sakit maupun gatal yang tidak terduga. Namun, tanda-tanda kesehatan rohani yang buruk mungkin tidak selalu terlihat jelas. Inilah sebabnya, seperti halnya kesehatan jasmani, kita harus melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi iman kita.
Setelah empat tahun di universitas —bertumbuh dalam kemandirian dan memasuki kedewasaan— saya mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang cara memelihara kerohanian saya. Berikut adalah beberapa hal yang saya dapatkan selama ini.
PENTINGNYA MEMERIKSA IMAN KITA
“Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu.” (Ul. 4:9)
Dalam perikop ini, Tuhan mengajarkan hukum-Nya kepada generasi baru bangsa Israel, sebelum mereka memasuki Kanaan. Dia memerintahkan setiap orang untuk memperhatikan diri mereka sendiri, jangan sampai mereka melupakan anugerah dan hal-hal ajaib yang telah Dia perbuat untuk mereka, dan meninggalkan Tuhan. Perintah untuk “waspada” pun masih diulangi lagi tiga kali (Ul. 4:15, 19, 23). Jika mereka tidak mengikuti petunjuk Tuhan dan terpengaruh untuk membuat berhala lalu melayani allah-allah lain, mereka akan menghadapi konsekuensinya. Tuhan, seperti api yang menghanguskan, akan memusnahkan mereka (Ul. 4:24).
Ini berlaku untuk kita hari ini. Tuhan memerintahkan kita untuk memperhatikan iman kita dengan seksama. Kita harus memeriksa diri kita sendiri, untuk memastikan bahwa kita tidak menyimpang dari firman-Nya dan tetap berada dalam janji-Nya. Waspada berarti kita harus terus-menerus memeriksa perilaku, pikiran, dan sikap kita, dan memastikan bahwa kita sepenuhnya sejalan dengan perintah-perintah Allah. Jika tidak, tanpa disadari kita mungkin meninggalkan kasih karunia-Nya.
Berada di jurusan yang intensif dan kompetitif, serta terkenal dengan beban kerjanya yang berat, saya tahu bahwa saya tidak boleh bermalas-malasan. Saya menyadari pentingnya menjadi siswa yang berpengetahuan luas, sehingga saya mengambil setiap kesempatan untuk bergabung dalam berbagai komunitas pada tahun pertama kuliah saya. Saya pun segera menemukan diri saya sibuk dengan pelajaran dan kelas tambahan, dan hal inilah yang selalu ada di benak saya. Perlahan-lahan, hampir tanpa disadari, saya mengurangi waktu membaca Alkitab saya, dari setiap hari menjadi hanya beberapa kali seminggu, dan doa-doa saya pun menjadi semakin pendek.
Saya menyadari bahwa kesehatan rohani saya bermasalah, akibat dari beban kerja saya yang berat dan juga karena saya harus menyesuaikan diri dengan kehidupan perkuliahan. Dan pada kenyataannya, saya telah berubah menjadi malas secara rohani dan terjerat oleh gaya hidup serta keinginan duniawi.
Dalam kehidupan kita yang sibuk, sangatlah mudah bagi kita untuk tenggelam di dalamnya. Apalagi ketika kita memasuki lingkungan baru seperti universitas atau perguruan tinggi, kita dapat menurunkan prioritas iman dalam skala prioritas mental kita. Namun hal ini berbahaya, karena kita dapat meninggalkan perintah-perintah Tuhan. Dan tanpa kita sadari, kehidupan dan prestasi kita dapat menjadi berhala di hati kita. Karena itulah, Tuhan memerintahkan kita untuk waspada dengan iman kita dan memperhatikan dengan seksama bagaimana kita hidup. Inilah rahmat dan kasih-Nya yang besar bagi kita.
MENGENAL KONDISI IMAN KITA
Mengetahui bahwa kita perlu memeriksa iman kita adalah penting, tetapi mengetahui bagaimana melakukannya adalah hal lain yang perlu kita perhatikan. Berikut ini adalah beberapa langkah yang menurut saya bermanfaat selama studi saya.
Evaluasi Diri Secara Jujur
“Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada Tuhan.” (Rat. 3:40)
“Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak akan tahan uji. Tetapi aku harap, bahwa kamu tahu, bahwa bukan kami yang tidak tahan uji.” (2Kor. 13:5-6)
Mungkin kita sudah menyadari adanya masalah dalam iman kita, atau mungkin belum. Untuk mengetahui kondisi iman kita, terlebih dahulu kita harus menyelidikinya dengan cara evaluasi diri. Evaluasi merupakan cara yang bermanfaat dengan melibatkan proses pemeriksaan secara saksama dan teliti atas suatu bidang atau pengalaman, dengan mengembangkan pemahaman pribadi akan hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman kita.
Bagaimana kita dapat menerapkan evaluasi pada iman kita? Mari kita fokus pada aspek tertentu: doa. Ketika kita berdoa, apakah kita memikirkan tujuan doa kita sebelum kita memulainya?
Kita dapat memulainya dengan bertanya pada diri sendiri sebelum kita berlutut. Apa yang akan menyita sebagian besar fokus kita selama waktu doa? Mengapa kita berdoa untuk hal-hal tersebut secara khusus? Apa tujuan kita secara menyeluruh? Mungkin kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk mendoakan studi kita, agar berjalan lancar dan kita bisa sukses.
Dengan mempertanyakan diri sendiri dan memeriksa permohonan yang ada dalam lubuk hati, kita dapat memahami kondisi iman kita. Jika kita kebanyakan berdoa untuk kenyamanan dan berkat duniawi, dan menghabiskan lebih sedikit doa untuk hal-hal yang berkaitan dengan rencana keselamatan Tuhan, ini mungkin menyatakan bahwa kesehatan rohani kita sedang menderita. Hati kita mungkin hanya fokus pada hal-hal duniawi daripada kehendak ilahi dan rencana keselamatan Allah.
Di lain waktu, sebelum kita berdoa atau membaca Alkitab, kita dapat menyisihkan waktu untuk mempersiapkan dan merenungkan beberapa pertanyaan kepada diri kita sendiri. Saya melakukan hal ini dengan mengambil saat teduh dan membuat catatan rohani tentang tujuan dan kebutuhan saya, lalu merenungkan apakah itu sejalan dengan kehendak Tuhan. Mengingatkan diri sendiri tentang tujuan kita dan juga firman-Nya dapat membantu mengembalikan fokus kita kepada Tuhan. Kita juga dapat menggunakan metode ini untuk merenungkan aspek-aspek lain dari iman. Jika kita jujur, Tuhan akan mengungkapkan kondisi rohani kita.
Setelah merenungkan akan iman, saya mengalami perubahan dalam pemahaman dan pola pikir saya terhadap hidup dan juga hubungan saya dengan Tuhan. Pertama-tama, saya menemukan bahwa saya belum sepenuhnya menyerahkan diri kepada Tuhan dan belum memiliki kebiasaan rohani yang baik, seperti membaca Alkitab setiap hari dan berdoa. Kebiasaan baik ini telah tergantikan oleh keinginan sekular yang tidak sehat, yang kemudian mempengaruhi saya. Ketika saya mengevaluasi dengan jujur, saya menyadari bahwa saya tidak terlalu sibuk untuk Tuhan. Saya menyia-nyiakan banyak waktu luang saya untuk kegiatan yang tidak berharga dan tidak membangun. Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa saya belajar dan dapat mengidentifikasi kelemahan saya melalui refleksi diri.
Tuhan Sebagai Penguji Kita
“Ujilah aku, ya Tuhan, dan cobalah aku; Selidikilah batinku dan hatiku.” (Mzm. 26:2)
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenalilah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mzm. 139:23-24)
Mengevaluasi dapat mengungkapkan kondisi iman kita, tetapi untuk memahami lebih dalam lagi, kita harus kembali kepada Tuhan dan meminta Dia untuk memeriksa hati kita. Kita dapat melakukan hal ini dengan mempelajari dan merenungkan firman Tuhan. Tuhan itu Maha Kuasa dan Maha Tahu; pikiran dan pemahaman kita terbatas, tetapi pengertian-Nya tidak terbatas (Rm. 11:33; Mzm. 147:5).
Sama seperti ketika kita membuat catatan perkuliahan untuk dipelajari kembali, beberapa dari kita mungkin ingin membuat catatan dalam ibadah dan KKR. Seberapa sering kita meninjau kembali catatan tersebut untuk pembelajaran lebih lanjut? Kita hanya akan mendapatkan sedikit manfaat jika kita menulis catatan tetapi tidak pernah membacanya kembali. Kita akan dengan mudah melupakan semua pengajarannya ketika buku catatan ditutup. Meninjau kembali khotbah, menggunakan catatan ataupun ingatan kita, memberikan kesempatan untuk konsolidasi, perenungan, dan penerapan firman Tuhan. Selalu ada sesuatu yang dapat kita ambil dengan mempelajari firman Tuhan, dan melaluinya, Tuhan dapat berbicara kepada kita dan menerangi kelesuan rohani kita.
Perenungan juga dapat kita lakukan saat berdoa: Roh Kudus akan menyelidiki pikiran kita yang terdalam dan mengungkapkan ketidakmurnian rohani, serta menjadi perantara bagi kita (1Kor. 2:10; Rm. 8:26). Jika kita mau melakukannya, Tuhan akan mengungkapkan bagaimana kita dapat memperbaiki dan mengubah diri kita, sehingga dapat menjalani kehidupan yang benar-benar berpusat pada Tuhan.
Teman Rohani
Kadangkala, dibutuhkan seorang teman untuk menunjukkan kebiasaan buruk dan kelemahan diri kita, sehingga kita menyadarinya. Demikian juga dengan iman; kita tidak sendirian dalam perjalanan iman ini (Pkh. 4:9). Kadangkala teguran lembut dari seorang saudara atau saudari dapat mengingatkan kita akan area di mana kita lemah.
Ketika kita menerima teguran dari orang lain, kita perlu memeriksa diri kita secara jujur pada perihal yang menjadi sorotannya, dan bersandar pada Tuhan untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik. Kita juga harus menjadi teman rohani bagi orang lain, dengan memperhatikan mereka dan juga imannya. Ingat, kita perlu melakukannya atas dasar kasih, sebagai utusan dari Tuhan. Tuhan akan memakai kita untuk saling menjaga.
Banyak mahasiswa mengalami kesepian di beberapa waktu dalam perjalanan kuliah mereka, terutama sebagai anak-anak Tuhan yang tidak mengikuti jalan dunia. Beberapa teman perkuliahan kita mungkin gemar minum-minum, berpesta pora, dan membicarakan obrolan duniawi. Jika kita tidak memiliki saudara seiman di kampus, mungkin kita merasa kesepian dalam perjalanan iman kita. Namun, kita tetap dapat menjadi teman rohani bagi orang lain meskipun terpisah secara fisik. Kita dapat melakukannya dengan bertemu secara virtual dan berbagi melalui persekutuan online, kelompok doa, dan pemahaman Alkitab. Kita semua adalah bagian dari tubuh Kristus, dan setiap anggota berkontribusi pada pertumbuhan dan pembangunan tubuh Kristus (Ef. 4:15-16).
Kita dapat memulainya dengan membangun hubungan rohani di dalam persekutuan pemuda kita. Saya mengamati bahwa para pemuda mungkin banyak menghabiskan waktu bersama dan mengetahui kehidupan satu dengan lainnya. Namun, hanya sedikit yang memahami kerohanian satu sama lain. Kita harus memprioritaskan diskusi yang bermanfaat dan membangun, daripada obrolan duniawi, untuk membangun hubungan rohani. Kita harus berani berterus terang tentang iman kita kepada orang lain. Mungkin ini meliputi saling bercerita pada saat makan bersama, atau membuat grup obrolan pesan untuk saling mendorong di luar hari Sabat.
PASCA EVALUASI DIRI: MEMPERBARUI DIRI SENDIRI
Setelah kita mengidentifikasi kebiasaan yang tidak sehat bagi pertumbuhan rohani, kita harus mengubahnya. Penatua Yakobus mengingatkan agar kita menjadi pelaku firman, bukan hanya pendengar (Yak. 1:22-25). Jika kita telah mempelajari hal baru tentang iman kita, kita harus segera mengambil tindakan untuk memperbaiki diri kita, sehingga hidup kita semakin mencerminkan kehendak Tuhan. Jika kita mengabaikan untuk menerapkan apa yang telah Tuhan nyatakan kepada kita, kita sama seperti orang yang mengamati dirinya sendiri di cermin dan, ketika dia pergi, segera melupakan rupa dirinya.
Kadangkala, tanpa disadari kita dapat terpengaruh oleh hal-hal duniawi, terutama dalam lingkungan seperti universitas. Dengan kebiasaan merenungkan iman telah membantu saya bertumbuh dan menemukan di area mana yang perlu saya perbaiki. Melakukan hal ini memungkinkan saya untuk menilai secara jujur apakah saya telah sepenuhnya menaati firman Tuhan atau apakah ada bagian dari diri saya yang menyangkal atau tidak menaati Dia. Saya benar-benar merasakan hadirat dan berkat-Nya ketika saya berusaha untuk meningkatkan kesehatan rohani saya.
Hari ini, kita sedang menjalani perjalanan iman di dunia yang penuh godaan dan dosa di setiap sudutnya. Untuk melindungi kita, Tuhan telah memerintahkan kita untuk memperhatikan diri kita, agar kita terpelihara dalam janji-Nya dan iman kita senantiasa bertumbuh. Untuk memelihara kesehatan rohani, kita harus terus mengevaluasi iman kita dengan jujur, sambil membiarkan firman Tuhan menguji kita. Ingat, kita tidak sendirian dalam perjalanan iman ini. Tuhan telah mempersiapkan teman rohani bagi kita. Tugas kita adalah saling menjaga kesehatan rohani kita satu sama lain.
Memiliki kebiasaan rohani yang baik mungkin sulit pada awalnya, tetapi asal kita mau berubah, Tuhan akan bekerja bersama kita dan memberkati kita lebih berlimpah lagi.