Suara Sejati
Menguasai Pikiran (Bagian Terakhir)
“Sdri. Deniawati Gunawan, Gereja cabang Tangerang, Banten”
Besoknya, setelah kami mengikuti seminar online kitab Kejadian via zoom, kami ceritakan hal ini kepada para pendeta yang hadir dan memohon bantuan doa mereka. Saat didoakan, Kimberly sangat gelisah dan memberontak, tetapi malam harinya dia bisa tertidur pulas.
Kembali lagi, esok hari Kimberly masih memiliki gelagat yang sama, sehingga kami kembali memohon bantuan doa dari para pendeta dan jemaat.
Beberapa jemaat ada yang mengirimkan lagu rohani dan bahan permainan untuk mengalihkan perhatian Kimberly. Selain itu, juga ada jemaat-jemaat yang menceritakan pengalaman yang hampir serupa.
Namun dalam kelelahan fisik dan psikis, pikiran saya jadi tidak tenang. Saya merasa gentar.
Saya berpikir, “Mengapa sudah berkali-kali didoakan dan diusir dalam nama Yesus, hal ini masih terus mengganggu?” Saya pun bertanya-tanya dalam hati, “Apa ada hal yang salah? Apa yang telah Kimberly lihat sehingga dia berperilaku seperti itu? Dia belum bisa bicara lancar, jadi kami hanya bisa menebak-nebak.”
“Apa hal yang dia lihat menyeramkan?”
“Apa jumlahnya banyak?”
“Apa sekuat itu?”
Saat itu, ada beberapa orang juga berpendapat, “Itu hanyalah efek pasca imunisasi,” dan sebagian orang berkata, “Itu hanya imajinasi anak.”
Namun, saya tidak bisa menganggap ringan, karena seharihari saya yang melihat gelagat aneh Kimberly. Setiap malam saya harus begadang, menjaganya agar dia bisa tidur. Saya merasa putus asa. Saya merasa di rumah semakin tidak ada damai sejahtera.
Meskipun saya tahu bahwa kuasa Tuhan ada di atas segala-galanya, tetap saja saya berpikir seolah-olah Tuhan membiarkan kami—sehingga kami tidak dapat menyelesaikan masalah ini. Atau jangan-jangan saya yang kurang beriman hingga kuasa gelap tidak dapat undur?
Ayah saya pun dapat merasakan bahwa iman saya berada di titik kritis. Tetapi saat dia berusaha “menghibur dengan mengecilkan masalah yang ada,” saya menjadi marah dan saya merasa tidak ada orang yang dapat mengerti kesulitan yang saya alami.
Puji Tuhan! Tuhan akhirnya membuka hati dan pikiran saya dalam sebuah persekutuan online yang saya ikuti, yang saat itu sedang membahas tentang “Perasaan Takut dan Kuatir.” Saya dikuatkan melalui berbagai kesaksian dan Firman Tuhan.
Pembahasan dalam persekutuan tersebut mengajarkan bahwa saat kita merasa takut, kita dapat berserah pada Tuhan, berdoa dan membaca Firman untuk mengusir perasaan takut itu.
Namun, mengapa kita masih merasa takut? Ternyata ada satu hal yang terlupakan, yaitu: Menguasai pikiran kita dan menjadi tenang agar dapat melihat kuasa Tuhan. (Filipi 4:6-8)
Saat itu, saya baru menyadari bahwa damai sejahtera kami hampir dirampas oleh si jahat, karena SAYA TIDAK: memikirkan hal yang baik tentang betapa besar kasih dan kuasa Tuhan dalam hidup saya.
Pikiran ini sibuk memikirkan kemungkinan buruk, menyeramkan, beratnya beban, sehingga tidak dapat lagi merasakan kuasa Tuhan melindungi kami.
Hal penting ini mengingatkan kami, sehingga akhirnya kami sadar. Setelah mengikuti persekutuan tersebut, para jemaat membantu doa. Puji Tuhan Yesus, Kimberly dapat tertidur, walaupun saat itu kami berdoa dengan suara sangat keras. Dia tertidur pulas sampai pagi.
Kami bersyukur, karena kami sadar bahwa Tuhan tidak membiarkan kami bergumul sendiri. Dia memberi kekuatan kepada kami melalui berbagai cara. Keadaan kami kemudian berangsur pulih. Meskipun Kimberly terkadang masih terbangun saat tengah malam, tetapi dia bisa kembali tertidur pulas, dan kami tidak merasa kuatir lagi.
Damai sejahtera dan sukacita dari Tuhan menaungi kami. Kuasa-Nya di atas segala-galanya dan kasih-Nya akan menjaga dan menaungi kami.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin