Suara Sejati
Semua Ada Saatnya (Bag 2)
“Sdri. Shanty Setiawaty, Gereja cabang Jakarta”
Tanggal 8-Februari-2021, kakak terjatuh di RS. Besoknya, kami mendapat kabar kondisi kakak memburuk. Kami diminta untuk mencari ruang ICU. Tetapi semua sudah penuh. Mencari ruang ICU bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Kami sungguh tidak berdaya.
Namun, minggu itu, kami terhibur dengan hasil PCR mama tertanggal 10-Februari-2021 yang menyatakan bahwa mama sudah negatif. Ini sungguh luar biasa sebab mama sudah berusia 85 tahun.
Sore itu, jam 16:00, kakak berpulang untuk selamanya dalam usia 62 tahun. Besoknya, jam 3 subuh, istri kakak yang dirawat di Karawang menyusul. Ia berpulang dalam usia 61 tahun.
Mereka berdua langsung dikremasi, sesuai peraturan pemerintah. Kami seakan kehilangan dua buah penerang dalam keluarga kami.
Mama dan kakak perempuan, yang sedang dalam masa pemulihan, belum tahu kabar duka ini.
Saya harus tampil wajar di depan mama, seakan tidak ada masalah. Belum puas menangis di dalam toilet, mama sudah menggedor pintu, katanya mau masuk toilet.
Mungkin Tuhan tidak izinkan saya menangis lebih lama, karena akan membuat imunitas tubuh menurun.
Saya hanya dapat mengantar kepergian kakak dan istrinya secara online, lewat aplikasi zoom. Tentu kami sedih sekali, sebab mereka berdua adalah sosok yang sudah tinggal bersama kami sejak kecil.
Kami terhibur dengan hasil PCR tes kakak perempuan yang sudah menunjukkan negatif, sehingga dia bisa menjalani isoman di rumah. Kakak perempuan menerima kabar kepergian dua anggota keluarga dengan tabah. Sekarang dia sudah tahu, anggota keluarga di rumah kami bukan 14 orang, tetapi 12 orang.
Kejadian ini membuat ikatan keluarga kami semakin erat. Puji Tuhan, saya, suami dan anak-anak diberikan kesehatan yang prima saat merawat mama. Puji Tuhan Yesus, kami diberi kekuatan dan ketabahan di dalam melewati masa sulit ini.
Setelah peristiwa ini, saya terus memikirkan, “Mengapa kakak yang berusia 62 tahun bisa meninggal? Mengapa mama yang berusia 85 tahun bisa bertahan?” Saya percaya, bukan karena Tuhan tidak sayang kakak dan istrinya, melainkan karena “segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal…” (Pengkhotbah 3:1-2).
Kesaksian Hezlyn, anak bungsu dari Shanty:
“Sejak nenek positif Covid, kami semua tidak boleh turun ke lantai 1. Hanya mama dan nenek saja yang tinggal di lantai 1. Jika kami turun pun, begitu naik ke lantai 2 kami harus langsung mandi. Meskipun paman dan bibi dipanggil pulang oleh Tuhan, Tuhan tetap menjaga kami yang tersisa. Terutama mama yang sering menjaga nenek, bahkan sering kontak fisik dengan nenek yang menderita Covid, tetap diberikan kesehatan. Kami percaya bahwa ini semua terjadi karena kehendak Tuhan. Kami pun sudah berusaha maksimal untuk pengobatan paman dan bibi. Melalui kejadian ini, kami diingatkan untuk terus bersandar pada Tuhan di dalam menjalani hidup.”
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin