Suara Sejati
Jembatan Sehelai Rambut
Sdri. Dewi Widjaja, Gereja cabang Samanhudi, Jakarta
Saat jenjang Sekolah Dasar, saya sering ke tempat ibadah yang menyembah berhala, karena diajak teman-teman sekolah yang memeluk agama itu. Saat naik ke jenjang SMP, saya pindah ke sekolah lain yang lebih dekat rumah kami di jalan Kran 5, Kemayoran.
Saat kelas 2 SMP, saya di ajak teman sekolah ke Gereja Yesus Sejati. Ini Gereja yang menaungi sekolah kami, SMP Kanaan. Setelah saya ikut ibadah sekian kali, ada acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) bagi usia remaja dan pemuda. Saya pun ikut.
Saat itu saya belum merasakan apa-apa, cuma ada rasa senang saja karena banyak teman dari berbagai kota. Setahun kemudian, Gereja kembali mengadakan acara KKR dan kali ini kegiatan tersebut diadakan di Cianjur selama tiga hari.
Saat sesi doa itulah, tiba-tiba saya merasakan suatu aliran hangat turun ke atas saya, lalu lidah saya bergetar sendiri, mengucapkan kata-kata yang tidak saya pahami. Dalam hati meluap suatu perasaan sukacita yang luar biasa. Saya menerima Roh Kudus.
Sejak saat itu, saya makin semangat ikut ibadah. Gereja menjadi rumah kedua.
Setelah setahun berlalu, saya terpikir untuk di baptis, tetapi masih ragu. Banyak pertimbangan yang belum terjawab. Pasti Tuhan Yesus tahu, sehingga suatu malam saya diberikan sebuah mimpi yang sangat tidak umum.
Dalam mimpi itu, saya berada di sebuah jalan yang menanjak, seperti sedang naik gunung.
Terlihat sebuah papan petunjuk jalan, yang mengarah ke atas gunung. Kalimat yang tertera di papan, jelas sekali tulisannya: “Gereja Yesus Sejati.”
Di jalan itu, saya melihat beberapa teman yang juga datang ke Gereja ini, berjalan bersama mendaki ke atas.
Kami terus berjalan. Di tengah jalan, terlihat ada suatu tempat yang nyaman dipakai untuk istirahat.
Terlihat ada beberapa teman saya yang sedang beristirahat di sana. Namun, saya tidak istirahat, tetap lanjutkan perjalanan dan terus berjalan mendaki.
Akhirnya jalan itu berakhir. Rombongan kami tiba di puncak gunung. Terlihat suatu tempat yang bersinar terang.
Letaknya dekat sekali, seakan hanya di seberang puncak gunung yang sedang kami pijak. Kami mencari cara untuk menyeberang ke sana.
Lalu terlihat ada sesuatu yang tipis sekali, seperti sehelai rambut—yang menghubungkan puncak gunung dan tempat terang itu.
“Mungkinkah ini jembatannya?” saya lalu bertanya-tanya, “Bagaimana mungkin kami bisa menyebrang dengan sehelai rambut?”
Seketika itu juga saya terbangun. Herannya saat bangun, saya seperti langsung mendapatkan terjemahan arti mimpi itu, bahwa:
- Naik gunung : “Iman yang sedang menanjak,”
- Beberapa orang yang sedang beristirahat: “Iman yang sedang lemah,”
- Jembatan sehelai rambut : “Untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga sulit sekali. Tetapi tidak menjadikannya mustahil, karena Tuhan Yesus akan memimpin para umatNya yang setia dan mau terus berjalan di jalan-Nya.”
Kata demi kata yang tertera di papan itu sangat jelas. Pasti ini Gereja milik Tuhan.
Saya menjadi yakin bahwa saya harus di baptis di Gereja Yesus Sejati. Segera saya mendaftarkan diri dan mengikuti kelas katekisasi. Beberapa bulan kemudian, saya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin