Mengatasi Rintangan Pengabaran Injil
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Berdasarkan khotbah Jung-Yu Ho—Chang Xing, Taiwan
Mengatasi Rintangan Pengabaran Injil
Dalam suratnya yang terakhir rasul Paulus mendorong Timotius untuk memberitakan Injil, baik ataupun tidak baik waktunya (2Tim. 4:2). Tuhan kita, Yesus Kristus, juga mendorong kita melalui perbuatan-Nya selama pelayanan-Nya. Baik melalui perbuatan yang sederhana seperti memecah roti, ataupun berhenti di tengah-tengah orang banyak untuk bertanya, “Siapa yang menjamah-Ku.” Yesus dengan konsisten mengajarkan dan mengabarkan Injil kepada para pengikutnya, sehingga meninggalkan teladan yang penting; untuk selalu siap mengabarkan Injil di mana pun dan kapan pun juga.
Markus pasal 2 mencatatkan sebuah kisah penyembuhan ketika Yesus sedang mengajar. Orang banyak berkumpul di sebuah rumah untuk mendengarkan Yesus. Tempat itu sangat ramai sehingga tidak seorang pun dapat masuk, apalagi orang lumpuh yang terbaring di tempat tidur. Namun, keempat temannya mengambil keputusan untuk membantunya menemui Yesus. Mereka membawa dia di atas tempat tidurnya, naik ke atas atap rumah dan menurunkannya ke hadapan Yesus.
Jika kita menghubungkan kejadian ini dengan penginjilan, kita dapat mengatakan bahwa orang lumpuh ini harus melewati sejumlah rintangan sebelum dia dapat mencapai Yesus. Rintangan atau halangan ini muncul dalam berbagai bentuk, dari rintangan jasmani seperti kerumunan orang atau atap yang dapat merintangi jalannya menuju Kristus, sampai kritikan tentang Yesus oleh ahli-ahli Taurat yang dapat merintangi iman mereka yang mendengarkan-Nya.
Dengan sikapnya masing-masing dari tokoh-tokoh dalam kisah ini, dari pemilik rumah hingga ahli-ahli Taurat yang duduk di hadapan Yesus, dapat menggambarkan perbedaan sikap dalam mengabarkan Injil, dari sisi negatif: halangan atau rintangan penginjilan, hingga sisi positif: mengatasi rintangan.
RINTANGAN
Pertama-tama, mari kita lihat rintangan yang ada: orang banyak, ahli-ahli Taurat, dan bahkan orang lumpuh itu sendiri.
Orang Banyak
Orang banyak telah berkerumun, sebagai respon alami dari orang-orang yang mendengar tentang Yesus dan mujizat-Nya. Pada masa itu, belum ada siaran langsung dari media massa, sehingga setiap orang yang ingin melihat Yesus harus datang dan mendekati-Nya secara langsung. Meskipun kelihatannya baik, karena mereka datang untuk melihat Yesus, tetapi Markus 2:4 mencatatkan bahwa orang-orang ini menjadi sebuah penghalang, karena orang lumpuh dan keempat teman yang mengangkatnya “tidak dapat datang mendekati Yesus karena kerumunan orang.” Ini menunjukkan bahwa orang-orang ini berhenti ketika datang mencari Yesus, sama seperti orang lumpuh itu. Meskipun keinginan mereka untuk melihat Yesus patut dihargai, tetapi tindakan mereka bukanlah hal yang diinginkan oleh-Nya. Mereka hanya penasaran dan ingin menyaksikan kejadian yang sensasional. Mereka tidak memiliki keinginan untuk percaya kepada-Nya. Hal ini tidaklah sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan dari mereka yang mencari-Nya: untuk percaya kepada-Nya dan mengakui kebutuhan mereka akan Dia.
Selain itu, orang banyak itu berada di rumah di mana Yesus berada. Dari satu sisi, kita dapat menghubungkan rumah dan orang banyak itu sebagai gambaran gereja. Jika kita membaca dengan sudut pandang ini, ada dua hal yang terlintas dalam pikiran kita. Jika jemaat tidak bersatu hati mencari Yesus, sehingga orang yang datang tidak dapat mendekati Yesus, maka gereja telah menjadi penghalang bagi orang-orang yang membutuhkan Dia. Kerumunan orang juga dapat diumpamakan jemaat yang tidak menjadi teladan dan tidak memiliki kehidupan seperti Kristus; bukannya memuliakan Yesus di dalam kehidupan mereka, sebaliknya tingkah laku mereka menjadi penghalang bagi penginjilan, dan menjauhkan mereka yang hendak mencari Yesus.
Para Ahli Taurat
Ini adalah kelompok kedua yang merintangi pekerjaan penginjilan: ahli-ahli Taurat yang duduk di hadapan Yesus di dalam rumah. Meskipun mereka duduk di tempat yang terbaik untuk mendengarkan firman dari Yesus, tetapi para ahli Taurat ini menantangnya: “Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah sendiri?” (Luk. 5:21). Mereka tidak dapat memperoleh manfaat dari posisi mereka untuk bisa belajar lebih dalam lagi; sebaliknya mereka tetap saja menolak dan tidak mau percaya.
Kelompok ahli Taurat ini dapat diumpamakan seperti jemaat “yang sudah lama” berada di gereja dan telah mendengarkan banyak khotbah, tetapi hanya memperhatikan gaya bicara para pengkhotbah dan kualitas khotbahnya. Lebih parah lagi, fokus mereka adalah mencari-cari kesalahan khotbah yang mereka dengar. Mereka tidak mengizinkan firman Tuhan mencapai hati mereka dan mengubah cara hidup mereka.
Orang yang Lumpuh
Karakter ketiga yang menjadi perintang penginjilan, yang mungkin kontroversial bagi sebagian orang, adalah si orang lumpuh itu sendiri. Dalam poin ini, marilah kita melihat orang lumpuh ini bukan sebagai orang yang memerlukan Yesus, tetapi melihatnya sebagai orang yang sudah lama menjadi jemaat. Menjadi orang yang lumpuh di rumah Allah, bukan saja berarti kita tidak dapat membantu atau membawa orang lain ke dalam gereja, malah kita sendiri yang membutuhkan pertolongan orang lain.
Si orang lumpuh membutuhkan empat orang untuk membawanya kepada Yesus. Ini membutuhkan usaha dan sumber daya manusia. Dalam gereja, kalau ada jemaat yang lemah dan membutuhkan bantuan jemaat lainnya, maka sumber daya gereja akan digunakan untuk memelihara mereka.
Kalau orang tersebut tidak lumpuh, bisa bangun sendiri, berjalan dan bekerja, maka usaha empat temannya dapat digunakan untuk pekerjaan lainnya. Dari sudut pandang ini, kalau setiap jemaat rohaninya dalam keadaan sehat dan bugar, maka sumber daya gereja dapat digunakan untuk menjangkau ke luar: memberitakan Injil dan menyelamatkan jiwa-jiwa baru.
Jadi sebagai jemaat Allah, kita harus bertanya kepada diri sendiri: apakah kita seperti orang lumpuh yang terus menerus membutuhkan perhatian dan pertolongan jemaat lain? Atau kita seperti empat teman yang dapat bekerja sama melayani Allah dan membawa orang ke dalam rumah-Nya?
SOLUSI
Karakter yang berhasil mengatasi halangan dan mencapai tujuannya adalah pemilik rumah dan empat orang teman.
Pemilik Rumah
Pemilik rumah memberikan kita teladan positif dalam mengatasi rintangan dengan menyediakan fasilitas untuk pekerjaan pengabaran Injil. Pemilik rumah yang tidak disebutkan namanya ini mendukung penginjilan dengan cara menawarkan rumahnya untuk Yesus, sehingga bagi orang-orang tersedia tempat untuk berkumpul, dan bagi Yesus dapat mengabarkan Injil kepada mereka. Pemilik rumah menunjukkan kasihnya saat ia membiarkan keempat orang itu merusak atap rumahnya untuk menurunkan orang yang lumpuh itu ke hadapan Yesus. Pemilik rumah ini memberikan contoh yang baik kepada kita untuk bisa berkorban dalam pelayanan kita kepada Yesus.
Alkitab juga mencatatkan contoh-contoh lain tentang pengorbanan yang dapat kita teladani. Salah satunya adalah pasangan Priskila dan Akwila, yang juga menawarkan rumahnya sebagai tempat jemaat berkumpul.
Meskipun pemilik rumah tidak mengangkat sendiri orang yang lumpuh itu ke hadapan Yesus, tetapi dia menawarkan pelayanan yang berharga dengan membuka pintu rumahnya kepada orang-orang untuk datang dan mengenal Yesus. Perbuatannya ini menggambarkan banyaknya cara yang tersedia bagi kita untuk melayani Tuhan dalam pekerjaan Injil.
Keempat Orang
Terakhir, keempat orang yang mengangkat orang lumpuh ke hadapan Yesus dapat melukiskan semangat luar biasa dalam mengatasi rintangan pengabaran Injil, untuk dapat membawa orang kepada Yesus. Keempat orang ini memikirkan cara untuk mengatasi rintangan – kerumunan orang dan atap – demi membawa orang yang lumpuh ke hadapan Tuhan. Meskipun ada rintangan dan halangan, mereka tidak menyerah. Sebaliknya, mereka dengan gigih menunjukkan kasih mereka kepada orang lumpuh itu. Dengan berbuat ekstra untuk membantu orang lumpuh tersebut, mereka menunjukkan iman mereka kepada Yesus dan kuasa-Nya untuk menyembuhkan orang lumpuh ini.
Sebagai pekerja Tuhan, kita juga harus memiliki iman seperti ini. Bukan hanya mereka yang mencari Tuhan yang membutuhkan iman, tetapi para pekerja yang membantu membawa mereka ke dalam gereja juga memerlukan iman.
KESIMPULAN
Dari beberapa karakter yang dicatat dalam kisah mengenai orang lumpuh yang disembuhkan, kita belajar bagaimana tanpa disadari kita dapat menjadi penghalang bagi pekerjaan Injil, dan bagaimana kita dapat mengatasi rintangan ini, serta membimbing mereka yang sedang mencari jalan yang benar menuju Yesus. Secara singkat, kita harus menjauhkan diri dari yang pertama dan meneladani yang terakhir – menjadi para pekerja Yesus yang setia.