Suara Sejati
Batok Kepala Manusia
Sdr. Rusmidi Karyoko , Gereja cabang Samanhudi, Jakarta
Batok kepala kita diciptakan Tuhan untuk melindungi kepala dari benturan. Tetapi apakah perlindungan itu cukup bagi benturan hebat secara berkali-kali?
Nama saya Rusmidi Karyoko, jemaat Gereja Yesus Sejati Samanhudi. Saat masih di Sekolah Menengah Atas, saya mengajar les (bimbingan pelajaran bagi anak) dan sering pulang malam hari melewati satu gang di daerah Kebon Kosong, Kemayoran—Jakarta.
Malam itu seperti biasanya, saya berjalan pulang. Dari arah depan gang, datanglah tiga orang pria. Sambil meneriaki saya, mereka memukuli saya berkali-kali. Tentu dengan jumlah orang yang tidak sebanding, ditambah lagi dengan tubuh saya yang kecil dan kurus, saya menjadi bulan-bulanan mereka.
Masih bersyukur saya tidak terluka parah dan masih bisa pulang ke rumah. Malam itu, tubuh tidak terlalu sakit. Tetapi karena kepala dipukuli, terasa sakit sekali. Saya hanya bisa berdoa malam itu agar tidak ada luka dalam. Puji Tuhan Yesus, besoknya sudah tidak terasa sakit.
Saat SMA kelas 2, suatu siang saya naik bus lalu turun di halte pintu air, berjalan menuju ke Pasar Baru. Tidak lama setelah bus pergi, dari jarak 200 meter arah depan saya, ada gerombolan pelajar SMA negeri, berjalan dengan cepat dan jumlah mereka mencapai belasan!
Saya menengok kiri-kanan-belakang. Ternyata tidak ada pelajar lain, maka sudah pasti saya yang diincar mereka! Habislah saya kali ini!
Saya takut sekali dan hanya punya beberapa detik untuk doa di dalam hati. Saya hanya sempat menyebut, “Tuhan Yesus tolong….”
Saya tidak bisa lari lagi. Walaupun gemetar, saya berpurapura tenang, sambil tetap jalan ke depan menghampiri gerombolan pelajar itu. Saya dikeroyok, dipukuli, tetapi tidak berani melawan. Ada beberapa orang lain di halte itu, tetapi mereka juga tidak ada yang berani menolong.
Saat dipukuli, saya hanya bisa berseru “Tuhan Yesus tolong,” berulang-ulang di dalam hati. Tidak lama kemudian, saya dilepaskan dan mereka berlari menjauh. Yang membuat saya merasa heran adalah: Jelas-jelas saya dipukuli mereka beramai-ramai. Tetapi setelah kejadian tersebut, saya masih bisa bangun, berjalan lagi, dan sakitnya langsung hilang tuntas dalam waktu kurang dari 10 detik !
Benar-benar suatu kejadian yang aneh. Padahal saya tidak memakai helm, apalagi baju pelindung khusus. Sambil berjalan kaki, saya berpikir, “Mengapa koq bisa begitu?” Tak terasa, saya sudah tiba di Gereja Yesus Sejati, Samanhudi, karena memang tujuan awal saya adalah pergi beribadah pada hari itu. Puji Tuhan Yesus yang sudah melindungi saya.
Di tahun 2016, tidak terasa saya sudah berusia 45 tahun. Suatu siang saat asisten rumah tangga sedang mengepel, kondisi lantai masih basah. Tiba-tiba telepon di lantai atas berbunyi. Oleh karena terburu-buru ingin mengangkatnya, saya berlari ke atas.
Yang terjadi kemudian, saya terpeleset di bawah tangga, lalu kepala saya menghantam keras sudut tembok yg lancip! Saya terbaring di lantai beberapa saat, antara sadar dan tidak.Terdengar suara istri saya berteriak-teriak, tetapi saya tidak bisa menjawab.
Sesudah saya dipindahkan ke ranjang dan diperiksa, luka di kepala saya diobati dan bengkak di kepala benjolannya besar sekali. Sesudah agak tenang, kami suami-istri hanya bisa berdoa kepada Tuhan Yesus supaya saya tidak gegar otak. Secara teori, jatuh dan terbentur hebat di usia 45 tahun tentunya beresiko tinggi untuk mengalami cedera.
Puji Tuhan Yesus, sampai hari ini saya sungguh bersyukur sebab benturan hebat pada kepala tersebut dapat mengakibatkan stroke, pecah pembuluh darah bahkan gegar otak.
Semua bisa terlewati karena Tuhan Yesus yang menolong kita semua, umat-umat-Nya.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin