Suara Sejati
PanggilanNya Yang Tak Terduga
Sdri. Marta Yurika Nugrahani, Gereja cabang Fatmawati, Jakarta
Sejak kecil saya dididik dan tumbuh dalam keluarga Kristen. Iman Kristiani dan pengenalan akan Kristus sudah saya dapatkan dari orang tua saya, bahkan dari kakek nenek saya. Bisa dikatakan, keluarga besar saya adalah jemaat yang aktif dalam beribadah. Jadi saya telah dibekali dan juga diajarkan untuk aktif dalam kegiatan ibadah sejak kecil.
Akan tetapi apa yang saya geluti hanyalah kekristenan secara umum. Saya hanya mengerti akan sebuah kewajiban ibadah di hari minggu dan ibadah tambahan di hari biasa. Pengetahuan akan kebenaran Alkitab pun tidak terlalu saya mengerti. Dalam keluarga besar, hanya satu keluarga yang sudah mengenal Gereja Yesus Sejati, dan dia adalah anggota keluarga dari kakak ayah saya.
Puji Tuhan, Allah memakai seseorang, yaitu kakak sepupu saya (anak dari kakak ayah saya) untuk mulai mengenalkan saya dengan GYS. Dia adalah seorang jemaat yang aktif di GYS. Ketika dia berkunjung ke Solo (tempat tinggal keluarga besar) dan datang untuk beribadah Sabat di GYS Solo, ayah dan keluarga inti saya, yang bukan merupakan jemaat GYS, mengetahui akan hal itu. Singkat cerita, di hari Minggu itu, seperti biasa saya dan saudara kembar saya datang beribadah Sekolah Minggu di rumah jemaat yang lokasinya tidak jauh dari rumah kami. Kebetulan, keluarga kami baru saja pindah rumah, dan mau tidak mau kami juga harus beradaptasi dengan gereja baru kami. Begitu pula dengan saya dan saudara kembar saya, layaknya orang tua kami, kami juga harus beradaptasi dengan teman Sekolah Minggu yang baru.
Ketika kami hendak pergi Sekolah Minggu, tiba-tiba ayah melarang kami untuk pergi dan justru mengajak kami untuk beribadah di gereja lain. Saat itu saya tidak tahu mau dibawa ke gereja mana, yang ada di hati saya pada saat itu adalah rasa takut, karena ayah membawa saya pergi dalam suasana hati yang tidak menyenangkan. Dan ternyata kami dibawa ke gereja yang sama sekali belum pernah kami kunjungi, yaitu Gereja Yesus Sejati Solo.
Sesampainya di sana, saya merasa bingung dan asing. Saat itu saya hanya bertanya dalam hati saya, “Mengapa ini gereja sepi ya, padahal kan hari Minggu.” Maklumlah, saya belum mengetahui kalau GYS memegang hari Sabat. Waktu itu kami bertemu dengan pendeta yang kebetulan sedang bertugas di GYS Solo, dan kami diajak untuk masuk ke kelas Madya untuk mengikuti kebaktian Sekolah Minggu, karena pada saat itu kami masih duduk di kelas 6 SD. Kesan saya ketika pertama kali masuk ke kelas Madya itu, guru-guru yang mengajar kami sangat ramah, dan anak-anaknya pun ramah dan tidak segan untuk mengajak kami berdua ngobrol, yang pada saat itu adalah orang asing yang baru pertama kali datang.
Sepulangnya dari kebaktian, saya merasakan hal yang sangat berbeda. Saya merasakan sukacita dan kenyamanan yang belum pernah saya temukan di gereja-gereja sebelumnya. Ketika ibu saya menanyakan perasaan kami sepulang dari kebaktian di GYS, kami menjawab bahwa kami sangat senang. Akhirnya setiap hari Minggu pun kami datang untuk berkebaktian Sekolah Minggu, dan mengikuti kelas Sabat anak pada hari Sabtu. Kakak sepupu kami, yang pada saat itu berada di kota lain juga selalu memperhatikan kami dengan menanyakan kabar lewat SMS mengenai kehadiran kami di GYS.
Setiap kali saya mengikuti kelas Sabat anak, saya merasa bahwa teman-teman sekelas saya sangat pandai dalam pengetahuan akan firman Tuhan. Saat itu saya merasa saya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka, walaupun saya tiap minggu datang kebaktian Sekolah Minggu di gereja sebelumnya dan tidak pernah absen. GYS sungguh-sungguh mengajarkan tentang kebenaran firman Tuhan sejak usia anak-anak, kelas pendidikan agama pun sangat diperhatikan. Dan kami pun terus bertumbuh di GYS, dan di situlah kami mulai belajar untuk melayani Tuhan.
Pada saat gereja membuka pendaftaran baptisan air, saya dan saudara kembar saya tertarik dan mengambil keputusan untuk dibaptis. Puji Tuhan, pada tanggal 9 Februari 2013, ketika kami duduk di bangku pendidikan SMP kelas 8, akhirnya kami menyerahkan diri untuk menerima baptisan air di sumber mata air Cokro Tulung, dan sorenya kami menjalani Sakramen Basuh Kaki dan Perjamuan Kudus.
Puji Tuhan, kini kami telah menerima suatu baptisan yang benar, dan kami telah berada di kandang yang benar, Gereja Yesus Sejati. Suatu hal yang tak pernah saya pikirkan dan tak pernah saya duga, saya bisa masuk di Gereja Yesus Sejati. Dan yang paling tak pernah saya duga, ayah saya yang bukan jemaat GYS, justru yang pertama kali mengantarkan kami ke Gereja Yesus Sejati. Memang benar, Tuhan bisa memakai siapa pun dan dengan cara apa pun untuk memanggil anak-anakNya mengenal kebenaran, sebab cara Tuhan adalah cara yang hebat.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
Amin