Membangun Tim Penginjilan Yang Kuat
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Diadaptasi dari khotbah Pdt. Derren Liang – Irvine, California, AS
Catatan editor: Artikel ini didasarkan pada sebuah rangkaian ceramah yang disampaikan oleh Pdt. Liang dalam Lokakarya Relawan Penginjilan Nasional pada bulan Februari 2017 di Baldwin Park, California. Di sana, Pdt. Liang membagikan nasihat praktis untuk membangun tim penginjilan yang berkomitmen.
Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat. 9:35-38)
Tuhan kita Yesus Kristus memberi perintah kepada murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil. Amanat Agung ini sekarang bertumpu pada jemaat Gereja Yesus Sejati. Kita harus memberitakan Injil keselamatan kepada dunia, dan untuk dapat melakukannya secara efektif, kita harus memiliki tim penginjilan yang kuat. Pelajaran apa yang diberikan Alkitab tentang cara memilih anggota tim ini, dan apa yang harus dilakukan oleh tim ini?
SIAPAKAH YANG HARUS BERADA DI DALAM TIM?
Memilih tanpa Memihak
Hal pertama yang perlu diperhatikan ketika memilih anggota tim adalah kita tidak boleh mengecualikan siapa pun hanya karena latar belakang budaya mereka. Paulus, Silwanus dan Timotius, semuanya adalah bagian dari tim penginjilan selama periode para rasul (1Tes. 1: 1), meskipun latar belakang pendidikan yang sangat berbeda. Silwanus dibesarkan dalam budaya tradisional Yahudi. Sementara Paulus, yang juga seorang Yahudi, dididik di bawah asuhan Gamaliel. Timotius adalah seorang Yahudi yang dibesarkan di wilayah bukan Yahudi.
Tim yang beragam akan membawa sudut pandang dan pertimbangan yang berbeda, yang memungkinkan diskusi dan pendekatan kerja yang lebih beragam.
Pilihlah Mereka yang Memiliki Pola Pikir dan Motivasi yang Benar
Kedua, dalam memilih anggota tim penginjilan, pilihlah mereka yang akan melayani dengan motivasi yang benar. Setelah Yesus naik ke surga, para murid kembali dari Bukit Zaitun ke Yerusalem dan tinggal di ruang atas (Kis. 1:12-15). Di sana, 120 orang, termasuk para perempuan yang mengikuti Yesus, ibu-Nya, dan saudara-saudara-Nya, berkumpul untuk berdoa memohon Roh Kudus. 120 orang ini mewakili inti dari gereja, dan di dalam kelompok inti ini, ada tiga sub-kelompok orang percaya yang dapat memberikan pelajaran tentang motivasi pelayanan yang benar.
- Para Rasul: Karunia Melayani
Para rasul dilatih secara pribadi oleh Tuhan Yesus dan mengemban tanggung jawab khusus. Salah satunya adalah tugas penting untuk menyampaikan kebenaran sepenuhnya yang telah Yesus ajarkan kepada mereka (Mat. 28:20). Saat ini, ketika kita bekerja untuk Tuhan, kita juga diberikan tugas. Penting bagi kita untuk memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kita harus berhati-hati agar hal ini tidak merosot menjadi sekadar kewajiban. Tuhan Yang Mahakuasa dapat menyelesaikan segala sesuatu oleh diri-Nya sendiri. Namun, Dia menunjukkan kasih karunia dengan memberikan kita hak istimewa ini untuk turut serta dalam pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, kita jangan pernah melihat tugas-tugas ini sebagai beban yang harus ditanggung dengan keengganan. Memandang pelayanan kita kepada Tuhan sebagai sebuah pengorbanan besar menunjukkan ketidakdewasaan iman kita; kita tidak menyadari betapa sangat diberkatinya kita menjadi hamba-Nya. Jadi, jika kita telah dipercayakan tanggung jawab untuk melayani di gereja, untuk dipakai oleh Tuhan, kita harus menganggap ini sebagai berkat dan bersukacita dan bersyukur atasnya.
- Para Perempuan: Karena Rasa Syukur
Para perempuan yang mengikuti Yesus telah menerima berkat yang melimpah dari-Nya, jadi mereka melayani-Nya karena rasa syukur yang mendalam. Orang percaya yang bersyukur atas kasih Tuhan akan memiliki keinginan alami untuk membalas budi, dan tidak membutuhkan banyak ajakan untuk melayani. Dari sepuluh penderita kusta yang Yesus sembuhkan, hanya satu yang kembali untuk memuliakan Tuhan karena dia dipenuhi dengan rasa syukur. Maria, yang dibebaskan Yesus dari belenggu tujuh setan, tidak hanya mengikuti dan melayani Yesus, tetapi juga memberikan hartanya untuk mendukung pelayanan, karena Yesus telah memberinya kesempatan hidup yang baru. Pelayanan yang didorong oleh rasa syukur adalah pelayanan yang sangat kuat. Sebuah tim penginjilan yang dilahirkan dari rasa syukur seperti itu akan benar-benar efektif (2Kor. 5:13-14). Sebaliknya, kita harus berhati-hati untuk tidak mendesak jemaat yang enggan bergabung dengan tim penginjilan. Seperti yang dapat kita lihat dari interaksi sosial atau pekerjaan kita, apabila seseorang tidak didorong oleh niat yang tulus, dia mungkin hanya bersumbangsih secara dangkal atau merusak organisasi (Kis. 8:18-21; Kel. 25:2).
- Keluarga Yesus: Pengakuan akan Tuhan
Ibu Yesus, Maria, telah mengetahui sebelumnya bahwa Yesus adalah Allah (Luk. 2:19, 51). Dan pada waktu mereka semua berkumpul memohon Roh Kudus, seluruh keluarga-Nya juga telah mengetahui kebenaran ini. Saat ini, jika kita mengenali dan mengingat bahwa kita melayani Allah Yang Mahakuasa di Surga, kita akan melakukan pekerjaan Tuhan dengan giat.
Jadi, apakah sikap yang benar yang harus diperhatikan ketika merekrut anggota tim penginjilan?
Pilihlah yang Memiliki Sifat-Sifat yang Tepat
Ketiga, kita harus memilih mereka yang memiliki sifat-sifat yang benar menurut prinsip alkitabiah. Ketika para rasul memilih tujuh orang untuk melayani meja, mereka tidak hanya memilih secara acak. Mereka juga tidak mencari orang yang memiliki kemampuan administratif. Sebaliknya, mereka mencari “Orang-orang yang memiliki reputasi baik, penuh dengan Roh Kudus dan hikmat” (Kis. 6:3). Ketiga prasyarat ini adalah dasar yang baik untuk memilih pekerja untuk menjadi bagian dari tim penginjilan.
- Reputasi yang baik
Paulus mengingatkan Timotius, “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1Tim. 4:12). Reputasi yang baik diperoleh melalui perilaku yang baik. Dari Alkitab, kita dapat melihat betapa pentingnya bagi hamba-hamba Allah untuk memelihara reputasi yang baik (lihat Kis. 20:33-35).
- Dipenuhi dengan Roh Kudus
Seseorang yang dipenuhi Roh Kudus akan dipenuhi dengan kasih Tuhan, karena Roh Kudus mencurahkan sifat Tuhan, yaitu kasih, ke dalam hatinya (Rm. 5:5). Ketika kita dipenuhi dengan Roh Kudus, melayani Tuhan dan membawa firman serta kasih Tuhan kepada orang lain merupakan sebuah sukacita. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (2Tim. 1:7).
- Hikmat
Memiliki hikmat dari Roh Kudus menyelaraskan sudut pandang kita dengan sudut pandang Tuhan. Kita membutuhkan hikmat ini untuk memimpin gereja di jalan yang benar. Ketidaksepakatan mungkin timbul di dalam gereja, karena jemaat dari latar belakang yang berbeda akan memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menghadapi suatu perkara. Tetapi perkara gereja sesungguhnya adalah perkara Allah, dan jika kita dipenuhi dengan hikmat Tuhan dan sejalan dengan sudut pandang-Nya, kita akan dapat mencapai kesepakatan ketika mengambil keputusan. Misalnya, banyak gereja menggunakan berbagai cara sekular untuk menarik generasi muda — musik upbeat dan kontemporer yang dibawakan oleh kelompok musik rock digunakan untuk membuat kebaktian terasa hidup.
Rekrutlah Pilar-Pilar yang Takut akan Allah
Keempat, sembari kita memanfaatkan beragam karunia dan pengalaman dari anggota tim yang berbeda, kita harus mengikutsertakan juga para pilar gereja — jemaat yang stabil dan saleh, yang tidak mudah jatuh atau goyah di bawah tekanan. Rasul Paulus menggambarkan Yakobus, Kefas dan Yohanes sebagai pilar gereja (Gal. 2:9).
Ciri utama pilar-pilar ini adalah kekuatan mereka terletak pada Tuhan. Paulus menasihatkan Timotius untuk menjadi kuat dalam kasih karunia Allah (2Tim. 2:1). Sebagai manusia, kita lemah. Dan hanya melalui kasih karunia Tuhan, kita dapat menyelesaikan segala sesuatunya. Pilar-pilar ini akan tetap rendah hati selama pelayanan mereka, terlepas dari besarnya pencapaian penginjilan mereka di masa lalu. Sesungguhnya, semakin banyak simpatisan yang kita bawa ke gereja, seharusnya membuat kita semakin rendah hati. Ini karena kita menyadari bahwa betapa pun cakapnya kita, bukanlah kita yang dapat membuat seseorang percaya. Jika Tuhan berkehendak, Dia akan menggerakkan hati mereka untuk menerima Dia. Ketika kita mengenali dan memahami ini, kita dengan rendah hati akan belajar untuk bersandar dan menemukan kekuatan serta keberanian di dalam Tuhan.
BAGAIMANA SEHARUSNYA CARA KERJA TIM?
Menebarkan dan Memperbaiki Jala
Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”… Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. (Mat. 4:18-19)
Di ayat-ayat ini, kita melihat dua orang menebarkan jala dan dua orang lagi membereskannya. Mana yang lebih penting — menebarkan atau membereskan? Menebar jala dengan lubang besar pada awalnya dapat menyapu banyak ikan, tetapi ikan-ikan tersebut kemungkinan besar akan melarikan diri. Sebaliknya, jika kita memiliki jala yang terpelihara dengan baik tetapi tidak menebarnya, kita juga tidak akan pernah dapat menangkap ikan.
Agar tim penginjilan dapat melakukan tugasnya dengan baik, pertama-tama tim harus membereskan jalanya yang rusak. Jala ini terdiri dari apa saja? Komponen pertama adalah kasih, karena tanpa kasih, kita tidak akan bisa menarik orang lain. Yang kedua adalah kuasa Tuhan, karena kuasa ini, yang dialami melalui Roh Kudus dan doa, yang menyebabkan simpatisan baru tetap berada di gereja kita. Ketiga adalah kesatuan, yang kita butuhkan untuk berhasil menjalankan misi Tuhan. Jika tim penginjilan dilengkapi dengan kasih, kuasa dan kesatuan, maka akan menjadi sangat kuat, dan akan menangkap banyak ikan oleh karena kasih karunia Tuhan.
Tetap Berkomitmen
Setelah Ishak pindah ke Bersyeba, “ia mendirikan mezbah di situ dan memanggil nama TUHAN. Ia memasang kemahnya di situ, lalu hamba-hambanya menggali sumur di situ.” (Kej. 26:25) Dari tiga perbuatan ini saja, kita dapat mengetahui banyak hal tentang prioritas Ishak. Pertama, Ishak membangun sebuah mezbah, yaitu membangun kehidupan imannya; kedua, dia mendirikan kemah, yaitu memelihara kehidupan keluarganya; dan ketiga, dia menggali sebuah sumur, yaitu untuk dapat bertahan hidup.
Prioritas Ishak juga menunjukkan komitmennya kepada Tuhan. Hari ini, berkomitmen berarti mendedikasikan sebagian waktu kita untuk Tuhan. Berkomitmen pada pekerjaan penginjilan membutuhkan penyesuaian kembali kehidupan kita, yang mungkin tampak sulit, mengingat banyaknya hal yang menyita waktu kita setiap hari. Tetapi jika kita benar-benar memiliki hati, Tuhan akan membantu kita.
GEREJA BEKERJA BERSAMA TIM PENGINJILAN
Telah disebutkan sebelumnya bahwa penginjilan bukan hanya tentang menebarkan jala untuk menangkap ikan, tetapi tak kalah pentingnya juga membereskan jala untuk memastikan ikan dapat dibawa ke pantai. Sementara tim penginjilan melakukan pekerjaannya dengan kasih, bersandar pada Roh Kudus, dan kesatuan, gereja secara keseluruhan juga harus melakukan bagiannya dengan memikirkan apa yang benar-benar dapat menarik orang kepada tubuh Kristus.
Jika kita menggunakan berbagai acara untuk menarik pendatang baru, suatu saat ketika aktivitas tersebut berakhir, mereka juga akan kehilangan minatnya. Jika kita mengandalkan jemaat tertentu untuk membuat para simpatisan kembali, apa yang akan terjadi jika jemaat tersebut pindah atau bahkan meninggalkan gereja? Kekuatan yang menarik orang ke gereja haruslah Tuhan sendiri — Tuhanlah yang menarik orang-orang percaya kepada-Nya (Yoh. 6:37, 44, 65).
Bukan hanya membawa orang masuk ke gereja, kita juga perlu membantu mereka tetap berdiam di gereja.
Tetapi bagaimana kita dapat membuat gereja menjadi seperti ini?
Kisah Para Rasul 2:42 mencatat bagaimana orang-orang percaya “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, memecahkan roti dan berdoa.” Hasilnya, penginjilan mereka berbuah, dan “tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kis. 2:47) Mari kita lihat bagaimana keempat faktor ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih menyambut bagi para simpatisan.
Bertekun dalam Pengajaran Para Rasul
Ketika simpatisan baru menghadiri gereja, mereka harus dapat merasakan lingkungan yang berbeda dari masyarakat lainnya. Jika tidak, mengapa mereka harus datang kembali? Perbedaannya terletak bukan hanya pada cara kita berdoa dalam bahasa roh, tetapi juga pada konsep, nilai dan perspektif kita — yang semuanya harus berdasarkan Alkitab. Setiap perkataan di dalam Alkitab baik untuk kita; Firman Tuhan itu sempurna dan sumber segala hikmat. Karena itu, contoh ajaran sehat dari firman Tuhan harus dipegang teguh dan dipelihara (2Tim. 1: 13-14). Kita tidak mempertahankan simpatisan baru hanya dengan berbicara terus menerus dan mengenalkan kasih Tuhan secara teoritis. Sebaliknya, kita harus membantu mereka bertumbuh dalam pengetahuan sehingga mereka dapat membedakan ajaran sesat ketika saatnya tiba.
Firman Tuhan haruslah dipraktekkan. Rasul Paulus mengingatkan penginjil muda Timotius: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2Tim 3: 16-17) Jika kita mempelajari Alkitab secara mendalam dan sistematis, lalu mempraktekkannya, kita benar-benar akan diubahkan. Sebaliknya, jika ada orang percaya yang telah menghadiri gereja selama puluhan tahun tetapi tidak diubahkan, itu karena mereka masih berpegang pada konsep, nilai dan definisi keberhasilan yang tidak berbeda dengan dunia. Mereka belum mempraktekkan firman Tuhan dalam hidup mereka dan membangun diri sendiri dalam dasar iman yang paling suci (Yud. 20-21).
Setia dalam Persekutuan
Memiliki persekutuan berarti berkumpul bersama, fokus pada Tuhan dan membagikan iman kita. Kesalahpahaman yang umum terjadi adalah menyamakan persekutuan dengan mengadakan banyak kegiatan. Kecuali jika kegiatan itu berpusat pada Tuhan, kegiatan itu tidak memenuhi definisi persekutuan sejati karena tidak akan memperkuat iman jemaat. Kerajaan Allah lebih dari sekadar makan dan minum. Sebuah gereja dapat mengadakan banyak kunjungan ke gereja cabang lainnya, berbagai macam acara wisata alam dan persekutuan memasak, tetapi tetap tidak bertumbuh secara rohani. Sebaliknya, jika persekutuan kita berpusat pada Tuhan, simpatisan akan mengalami suasana kasih Tuhan yang tulus dan hangat.
Persekutuan bukanlah sekadar berkumpul, melainkan menitikberatkan pada kasih Tuhan yang tidak membeda-bedakan kebangsaan, jenis kelamin atau status sosial. Jika hari ini seorang simpatisan datang ke gereja dan merasa dikucilkan, kita telah gagal dalam tugas kita. Sebagai gereja, kita tidak boleh mendahulukan budaya atau bahasa tertentu; kita perlu berbicara dengan kasih (Kol. 4:6) dan mengatakan kebenaran dalam kasih (Ef. 4:15), karena dengan demikian orang-orang dari semua latar belakang akan merasa diterima dan merasa gereja seperti di rumah. Terutama di gereja-gereja besar, jemaat cenderung membentuk kelompok-kelompok sehingga simpatisan baru kesulitan untuk memasukinya. Karena itu, kita harus selalu mengingatkan diri kita sendiri bahwa gereja adalah satu keluarga besar, dan kita perlu bersekutu dan meluangkan waktu dengan semua saudara dan saudari kita, dan juga setiap simpatisan.
Memecahkan Roti
Memecahkan roti berarti mengingat kasih Tuhan pada waktu Perjamuan Kudus, sekaligus mengingatkan kita untuk terus menghitung berkat Tuhan. Jika kita bersyukur, kita tidak akan mengeluh. Jika kita mengeluh, ini berarti kita tidak tahu berterima kasih. Jika kita bersyukur kepada Tuhan karena telah memimpin kita keluar dari Mesir dan perbudakan ke tanah yang dipenuhi susu dan madu, kita tidak akan bertanya, “Mengapa kita selalu makan manna di padang gurun ini?” Justru kita akan bersyukur saat melihat manna setiap hari. Oleh karena itu, memecahkan roti — terus-menerus bersyukur dan memuji Tuhan — adalah komponen penting dalam kehidupan dan pelayanan rohani kita.
Doa
Semakin kita berdoa di dalam Roh Kudus, kita akan semakin bersatu. Jika dua orang berlutut dan berdoa bersama selama setengah jam, kesepakatan akan mudah dicapai di antara mereka. Sebaliknya, tanda perpecahan yang paling nyata antara dua orang adalah keengganan untuk berdoa bersama. Anggota tim penginjilan harus terus berdoa bersama, dan gereja juga harus terus mendukung tim melalui doa yang sungguh-sungguh. Sebuah teladan bagaimana Musa berdoa, dengan dukungan fisik dari Harun dan Hur, sementara Yosua berperang adalah hal yang sering kita dengar namun selalu dapat mengingatkan kita untuk berdoa dengan sungguh-sungguh dan bersatu hati untuk dapat mengalahkan musuh yang paling ganas (Kel. 17:8-13).
Selama Kongres Nasional Gereja pertama di Amerika Serikat pada 1980-an, kami mengadakan empat hari pertemuan, beberapa di antaranya berlangsung hingga tengah malam. Ada banyak anggota yang berpendidikan tinggi dengan prestasi sekular yang luar biasa pun hadir. Tetapi ini juga berarti bahwa mereka datang dengan analisa dan pengalaman mereka sendiri (dan tidak diragukan lagi mereka bangga dengan pengalaman ini), yang mempengaruhi kesatuan sesi. Jadi kami mulai melakukan doa puasa dan dengan segera kami mendapati bahwa pertemuan kami dipersingkat secara signifikan – masalah sulit dapat diselesaikan dalam hitungan menit. Ini menunjukkan bahwa berdoa dalam Roh Kudus tidak hanya membuat kita sehati sepikir (Fil. 2:1-3), tetapi juga penting untuk memahami dan melaksanakan kehendak Allah (Fil. 2:5-8).
Kesimpulan
Tuhan telah berjanji bahwa Injil akan disebarluaskan sampai ke ujung bumi, dan oleh kasih karunia Tuhan, tugas ini telah dipercayakan kepada kita hari ini. Menjadi alat pilihan-Nya merupakan berkat yang sangat besar. Jadi mari kita mempersiapkan diri dengan baik dengan membangun tim penginjilan yang efektif di gereja kita masing-masing, dengan mengadopsi pendekatan pekerjaan yang benar, dan bekerja dalam kesatuan sebagai satu tubuh untuk menjadi penjala manusia.