Bagian 5. Harapan dan Doa Musa yang Kelima – Mazmur 90:15
5. Perhatikan Hal Yang Tak Kelihatan
“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”
—2 Korintus 4:18
Siapakah di antara kita yang akan berpikir bahwa menikmati hidup di dunia, sama sekali tidak berarti? Sangat sedikit tentunya jumlah orang yang akan berpikir seperti demikian.
Namun, ketika seseorang mulai memperhatikan hal yang tidak kelihatan, yaitu kekekalan di masa yang akan datang; barulah ia merasa bahwa kenikmatan hidup sekarang ini tidak sebanding.
Misalkan saja, pada waktu kita mendengar berita bahwa pesawat terbang mengalami kecelakaan dan jatuh; saat itu, apakah bedanya penumpang yang duduk di kelas bisnis dengan penumpang yang duduk di kelas ekonomi? Tidak ada, sebab keduanya mengalami kecelakaan serupa.
Renungan:
Begitu pula halnya kehidupan manusia: Seseorang yang hidup berlimpah dibandingkan dengan seseorang yang hidup berkekurangan—jika keduanya menolak untuk menggunakan talentanya bagi Tuhan dan sama sekali tidak melakukan apa-apa bagi Tuhan—maka keduanya akan memiliki akhir yang serupa seperti orang dunia; meskipun ia seorang kaya atau miskin.
Sebaliknya, seseorang yang secara materi biasa-biasa saja, atau bahkan berkekurangan; tetapi ia dengan sungguh-sungguh dan setia mengerjakan talentanya bagi pekerjaan pelayanan Tuhan, niscaya Tuhan akan berkenan kepadanya. Sebab ia adalah seorang yang memperhatikan yang tak kelihatan, yaitu yang kekal.
Oleh sebab itu, “apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN…”—demikianlah nasehat penulis kitab Ulangan (Ul. 6:11-12).
Peringatan dalam kitab Ulangan awalnya ditujukan kepada bangsa Israel. Sebab setelah mereka masuk ke tanah Kanaan dan mulai menikmati segala yang ada di sana, bukan saja mereka akan melupakan Tuhan, melainkan mereka juga tidak akan mengikuti perintah Tuhan. Itulah alasannya mengapa penulis kitab Ulangan memperingatkan bangsa Israel akan ketidak-taatan mereka di kemudian hari. Itulah alasan mengapa bangsa Israel mengalami penderitaan di padang gurun. Melalui kesusahan dan kesesakanlah, sesungguhnya iman mereka dapat diperteguh dan diperkuat.
Ketika raja Daud berada di puncak kesuksesan, ia justru melihat seorang perempuan sedang mandi. Pertumbuhan iman Daud sesungguhnya terlihat pada saat ia dikejar-kejar oleh raja Saul. Daud terus berlari dan bersembunyi, serta senantiasa bersandar kemurahan dan pertolongan Tuhan. Di saat itulah ia mendapatkan kekuatan dari Tuhan.
Sama halnya dalam kehidupan kerohanian kita. Saat menghadapi tekanan hidup, apakah kita akan menjauh dari Tuhan dan merasa kecewa pada-Nya, atau justru semakin membuat kita bersandar dan berharap pada kemurahan dan pertolongan Tuhan? Saat itulah akan terlihat apakah iman kita semakin kendur atau semakin bertumbuh di hadapan Tuhan.
Ketika Tuhan mengijinkan kita mengalami kesesakan dan penderitaan, marilah kita hadapi dengan ucapan syukur serta dengan pandangan yang tertuju pada belas kasihan dari-Nya. Dengan demikian, kita belajar untuk melihat hal yang tak kelihatan, yaitu pengharapan akan hidup kekal dari Tuhan.
Kadangkala kita berpikir, setelah kesibukan karier di dunia usai dan pencapaian kedudukan tercapai, barulah kita akan memikirkan untuk membantu pekerjaan pelayanan Tuhan. Namun, pada kenyataannya, saat seseorang berada di puncak kejayaan dan menikmati hidup, sulit bagi orang tersebut untuk memikirkan pekerjaan Tuhan bahkan akan segera melupakannya.