8. Doa Berkat Dari Yohanes Untuk Ketujuh Jemaat
Penulis kitab Wahyu mencatatkan, “Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini” (Why. 1:4-5a)
Alkitab mandarin versi Lü Chen Chung (Luzhenzhong—Today’s Chinese Version—TCV) menerjemahkannya sebagai berikut, “Yohanes menulis surat kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil, biarlah kasih karunia dan damai sejahtera dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh Roh yang ada di hadapan tahta-Nya; juga dari Yesus Kristus, Saksi yang dapat dipercaya, yang pertama bangkit dari antara orang mati, dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini, diberikan kepada kamu.”
Ketujuh Jemaat yang di Asia Kecil
Asia Kecil pada waktu itu adalah provinsi yang ada di bawah kekuasaan pemerintahan Romawi. Tujuh jemaat ini kebanyakan berada di wilayah pesisir pantai barat, tidak menunjukkan seluruh wilayah Asia Kecil. Di masa sekarang, wilayah ini termasuk ke dalam wilayah negara Turki. Allah memerintahkan Yohanes untuk menulis kitab ini untuk dikirimkan kepada tujuh jemaat, yaitu jemaat di Efesus dan lainnya. Kitab Wahyu pasal 1 ayat 11 mencatatkan nama ketujuh jemaat ini. Oleh sebab itu, selanjutnya dalam pasal 2 dan pasal 3—surat untuk ketujuh jemaat—Yohanes langsung menggunakan nama dari masing-masing ketujuh jemaat, tanpa penambahan keterangan wilayah “Asia Kecil.”
Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa kitab ini berasal dari Yohanes karena salam pembukaan yang ia gunakan – “Dari Yohanes.” Tetapi kita tidak dapat mengambil anggapan bahwa kitab ini adalah karangan Yohanes berdasarkan kata-kata ini, karena salam pendahuluan ini bukanlah pusat tujuan Kitab Wahyu.
9. Ada, Sudah Ada, Akan Datang (1)
“Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,” demikianlah tertera dalam salam perkenalannya, Yohanes menyatakan bahwa keberadaan Allah adalah kekal dan tidak berubah (Why. 1:4).
Alkitab menyatakan, “AKU ADALAH AKU” (Kel. 3:14). Tidak ada perbedaan atau perubahan dari masa lalu, sekarang atau yang akan datang; Allah melampaui waktu, ada untuk selama-lamanya (Dan. 7:9; Ibr. 1:12). Alkitab juga menyatakan, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr. 13:8).
Ketujuh Roh
Allah yang kekal ini adalah ketujuh Roh yang ada di depan takhta. Angka tujuh melambangkan kesempurnaan, yaitu Roh Kudus yang sempurna. Sama seperti Anak Domba yang disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh (mengandung arti maha kuasa dan maha berhikmat), inilah tujuh Roh Allah, yaitu Roh Kudus yang diutus ke dunia.
Anak Domba yang disembelih adalah Allah yang menjadi manusia, dinyatakan dalam rupa Yesus sebagai Anak Manusia, yang pertama bangkit dari antara orang mati, kebenaran yang dapat dipercaya (Why. 5:6; Yoh. 1:14, 18; Ibr. 1:3
Yesus Adalah Allah
Karena rahasia Allah adalah Yesus Kristus (Kol. 2:2-3;
Hal ini tercermin dalam perkataan Filipus kepada Yesus, “Kata Filipus kepada-Nya: ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami’” (Yoh. 14:8-9).
Oleh karena itu, kita harus mengenal bahwa Yesus adalah pernyataan Allah yang Maha Esa, dan nama Allah adalah Yesus (Yoh. 5:43; Kel. 23:20-21; Ul. 18:18-19; Mat. 1:21).
Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi (Kol. 2:9; Flp. 2:6-11). Janganlah kita mencari allah lain di luar Yesus. Pemikiran demikian haruslah dijauhi, agar kita memahami bahwa pekerjaan dalam kitab ini adalah pekerjaan Allah sendiri (lihat Yoh. 1:1, 18, 10:30, 17:3;
10. Saksi yang Setia
Tuhan Yesus adalah saksi Allah yang setia. Ia memberikan kesaksian yang indah di depan Pilatus, menyatakan kesaksian tentang kebenaran (Yoh. 18:37;
Bukan Dari Diri-Nya Sendiri
Ia berkata, “Sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yoh. 5:30). Ia juga berkata, “Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku” (Yoh. 12:49-50).
Tidak Menyertakan Kehendak-Nya Sendiri
Ayat-ayat di atas menguraikan bahwa Yesus adalah saksi yang setia, yang melakukan kehendak Allah sepenuhnya, tidak menyertakan kehendak-Nya sendiri sehingga mengacaukan kebenaran. Hal ini menjadi teladan bagi kita yang menyatakan kesaksian kebenaran. Barangsiapa memberitakan firman, hendaklah mempunyai hati seperti Yesus, yang melakukan pekerjaan Allah tanpa menyertakan pendapat pribadi.
11. Yang Berkuasa Atas Raja-raja Bumi
Kitab Wahyu pasal 1 ayat 5 mencatatkan, “… Yesus Kristus…yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.” Raja-raja di bumi mempunyai dua arti: (1)
Menunjukkan raja-raja di dunia dari berbagai bangsa (Mzm. 2:2); (2) Menunjukkan raja-raja rohani di bumi, yaitu umat kudus yang rajani di dalam kerajaan rohani (1Ptr. 2:9; Why. 5:10, 21:24).
Kerajaan Rohani
Yesus berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yoh. 18:36). Apabila kerajaan Yesus bukan dari dunia ini, berarti kerajaan-Nya adalah kerajaan yang rohani. Ia adalah Kepala atas raja-raja, yaitu kepala atas kita, raja-raja rohani. Tetapi, Ia juga merupakan raja atas raja-raja di dunia ini, seperti dikatakan, Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa (Kol. 2:10).
Tubuh-Nya
Namun raja di sini menunjukkan kita yang rohani, seperti dikatakan, Yesus adalah kepala dan kita tubuhnya, yaitu jemaat. Ia adalah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia lebih utama dari segala sesuatu (Kol. 1:18).
Perkataan Paulus ini mempunyai arti yang sama dengan yang dikatakan Yohanes di sini. Yohanes memberkati jemaat dengan menyatakan kasih karunia dan damai sejahtera dari Tuhan Allah yang maha kuasa dan maha mulia, “Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya — dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam- imam bagi Allah, Bapa-Nya, –bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.” (Why. 1:5b-6)
12. Yang Mengasihi Kita
Terjemahan Lü Chen Chung (Luzhenzhong— Today’s Chinese Version—TCV) untuk kitab Wahyu 1:5-6 berbunyi, “Dia yang mengasihi kita dan yang telah mencuci kita—menghapus dosa kita oleh darah-Nya; dan yang membuat kita menjadi suatu kerajaan—menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya. Bagi Dia-lah kemuliaan dan kuasa turun-temurun tak berkesudahan, sampai selama-lamanya. Amin.” Terjemahan TCV memasukkan ayat 5b bersama-sama dengan ayat 6 dengan tujuan agar melanjutkan kesinambungan yang ada.
Melepaskan Kita Dari Dosa
Demi dosa umat manusia, Yesus mengorbankan diri-Nya sebagai korban penebusan dosa, menggantikan manusia mati di atas kayu salib, menumpahkan darah-Nya yang berharga, agar setiap orang yang percaya kepada-Nya dapat dilepaskan dari belenggu perbudakan dosa.
Dosa adalah suatu kuasa yang mengikat manusia dalam kejahatannya, sehingga tanpa penebusan, tidak seorang pun dapat melepaskan diri dari jeratnya. Namun oleh pengampunan dosa dari Tuhan Yesus, manusia dapat dilepaskan dari dosa. Inilah pernyataan kasih Allah yang tertinggi atas umat manusia. Demikian yang dituliskan oleh penulis surat Ibrani, “dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal” (Yoh. 3:16;
13. Iman-iman Bagi Allah
Yohanes melanjutkan gambaran tentang Yesus Kristus, Sang Saksi yang setia, selain mengasihi kita dan telah melepaskan kita dari dosa melalui darah-Nya, Tuhan Yesus juga “telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa- Nya…” (Why. 1:6).
Raja-Raja
Dalam bahasa Yunani, kata “kerajaan” adalah βασιλείαν (Basilian) yang berarti: perbuatan untuk memimpin, lingkup kuasa untuk memerintah.1 Berdasarkan terjemahan Lü Chen Chung (Luzhenzhong—Today’s Chinese Version—TCV), kata tersebut dituliskan sebagai “negara.” Sedangkan terjemahan Alkitab versi bahasa Jepang dan versi terjemahan bahasa Mandarin sederhana oleh Samuel ‘Joseph’ Schereschewsky2 menuliskannya sebagai “raja.” Alkitab versi bahasa Inggris NKJV menerjemahkannya sebagai “raja-raja,” dengan kata benda dalam bentuk jamak— sama seperti yang telah digunakan dalam ayat sebelumnya, “raja- raja bumi.”
Dengan demikian, kalimat pada ayat 6 menunjukkan bahwa Yesus menebus kita menjadi orang-orang yang berkedudukan sebagai raja. Konteks “kerajaan” dalam ayat tersebut merujuk pada kerajaan surga atau kerajaan Allah yang rohani—saat hati kita dibangun menjadi kerajaan Allah, sehingga kita dapat melakukan kehendak Allah. Menjadi raja berarti kita bersama-sama Kristus memerintah atas kerajaan ini, tidak lagi dikuasai dosa, dan sepenuhnya menjadi milik Allah (Ref. Mat. 6:10;
Imam-Imam
Imam harus menguduskan diri dari dunia, dan seumur hidup melayani Allah. Selain itu, imam berdoa bagi orang berdosa dan memberitakan kehendak Allah. Inilah tugas dan kewajiban seorang imam. Alkitab menyatakan, “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah…Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib…” (1Ptr. 2:5, 9).
Di bagian awal kitab Wahyu ini, Yohanes menguraikan tujuan penebusan Allah, yaitu agar kita menjadi kerajaan Allah—rumah rohani di mana Allah diam di dalamnya, dan menjadi imam yang melayani-Nya. Seperti Tuhan berfirman kepada bangsa Israel dan menjadikan mereka sebagai imam dan umat-Nya yang kudus untuk melayani-Nya, demikian pula kita dipilih-Nya untuk “menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Kel. 19:6) (Ref. Dan. 7:27; Why. 5:10, 20:6).
Catatan Kaki:
1 Arndt, William et al. (2000). A Greek-English lexicon of the New Testament and other early Christian literature. The University of Chicago. Edisi Elektronik.
2 Doyle, G. Wright. (2021). Biographical Dictionary of Chinese Christianity. From: Muller, James Arthur. (2015). Apostle of China: Samuel Isaac Joseph Schereschewsky 1831-1906. Facsimile Publisher. Diunduh tanggal 18-Februari-2021 dari situs [http://bdcconline.net/en/stories/samuel-isaac- joseph-schereschewsky]
14. Sampai Selama-lamanya
Pada bagian awal kitab Wahyu, Yohanes telah menjelaskan dan menguraikan pekerjaan penebusan Tuhan Yesus. Oleh karena itu, Tuhan Yesus layak mendapatkan segala kemuliaan dan bagi Dia-lah kuasa sampai selama-lamanya. Inilah kata-kata pujian bagi Allah.
Menuju Pada Masa Kekekalan
“…bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya…” demikianlah dituliskan dalam Wahyu 1:6. Sedangkan dalam bahasa Yunani, tertera sebagai berikut: “αὐτῷ ἡ δόξα καὶ τὸ κράτος εἰς τοὺς αἰῶνας τῶν αἰώνων” (afto i doksa ke to kratos is tus eonas ton eonon) yang dapat diterjemahkan sebagai berikut “Kemuliaan dan Kekuasaan bagi Dia, menuju kepada masa kekekalan kepunyaan dari masa yang akan datang.” Kemuliaan dan kekuasaan sebagai dua subyek yang diperuntukkan bagi Yesus; dan beserta dengan kemuliaan serta kekuasaan itu, masuk ke dalam masa yang akan datang yang kekal.
15. Amin
Yohanes menutup ayat 6 dengan kata “Amin.” Kata ini berasal dari bahasa Ibrani ןֵמָא (Amen) yang berarti “benar”, “sungguh-sungguh”, “dapat dipercaya”, dan “setuju”. Kata ini diucapkan pada akhir doa, dan juga pada awal dan akhir suatu pernyataan penting. Dalam bahasa asalnya, kata ini mempunyai akar kata yang sama dengan kata “percaya” yaitu ןֻמֵא (Emun): “mempercayakan” atau “kesetiaan”,1 yang menunjukkan bahwa perkataan yang diucapkan dapat dipercaya (Why. 1:7, 5:14, 7:12, 22:20).
Penjelmaan dari Yang Benar
Tuhan Yesus menyebut diri-Nya “Amin” (Why. 3:14), yaitu penjelmaan dari “Yang Benar”, karena Tuhan Allah adalah “Yang Benar”, juga saksi sejati yang benar seperti yang dituliskan dalam surat
Catatan Kaki:
1 Brown, Francis, Samuel Rolles Driver, and Charles Augustus Briggs. (1977). Enhanced Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon. Edisi Elektronik.