Alas Pasir
Dalam nama Tuhan Yesus bersaksi,
Nama saya Ana Mariana, jemaat Gereja Yesus Sejati cabang Makassar – Sulawesi Selatan.
Film: Start Up
Saya pernah menonton sebuah drama Korea yang berjudul START UP. Film diawali dengan seorang ayah yang memiliki ide untuk membuat alas pasir berbentuk kotak (Sandbox) di
bawah ayunan. Tujuan sang ayah adalah untuk melindungi anaknya kalau terjatuh saat bermain ayunan. Setidaknya si anak tidak akan mengalami luka serius.
Kisah berlanjut dengan Sandbox, sebuah organisasi yang ingin membantu para Startup, pengusaha baru berbasis digital. Setelah melewati ujian kelayakan, para startup yang lolos
akan didukung dalam dana usaha dan pengetahuan. Saya terpikir, jika seorang ayah di bumi saja bisa berpikir sedemikian untuk anaknya, apalagi Bapa di Surga. Dia pasti akan rancangkan “Alas Pasir” yang jauh lebih baik.
Kejutan November
Akhir November 2020, suami saya demam. Awalnya, kami kira cuma masuk angin, penyakit ringan yang biasa saja. Kemudian ada kabar bahwa empat orang di kantor suami juga mengalami keluhan serupa. Saat suami dan para temannya menjalani swab test, mereka dinyatakan positif Covid-19. Kami sangat terkejut!
Koq Bisa Kena?
Kami selalu mengikuti protokol kesehatan dengan baik. Di mobil, di rumah, tiap lantai sudah tersedia cairan desinfektan. Saat keluar rumah, kami selalu pakai masker. Dan keluar rumah hanya untuk urusan yang sungguh penting. Saat pulang ke rumah, selalu semprot desinfektan, mandi, ganti pakaian. Tidak disangka, suami tetap tertular virus Covid-19.
Penghiburan
Hati menjadi tidak tenang. Apalagi kami mendengar berita Covid-19 yang selalu menyeramkan, baik jumlah kematian, gejala pasien saat makin parah, dan sebagainya. Tapi kemudian kami renungkan, kalau Tuhan mengizinkan hal ini terjadi. Pasti ada maksud Tuhan di balik semua ini.
Isolasi
Kantor suami menawarkan tempat khusus untuk karantina mandiri, tetapi suami memutuskan untuk karantina mandiri di rumah saja. Anak-anak kami dan asisten rumah tangga (ART) jadi
ketakutan. Bahkan awalnya anak bungsu kami takut menatap wajah ayahnya. Dia menutupi wajahnya saat berpapasan. Kamar utama berubah menjadi kamar pasien. Anak-anak dan ART dilarang masuk. Suasana rumah jadi tegang. Mau bergerak saja rasanya penuh kekuatiran, rasanya virus mengintai di mana-mana. Semua orang di dalam rumah memakai masker. Tangan rasanya kering karena puluhan kali mencuci tangan. Bau desinfektan memenuhi seluruh sudut rumah.
Tingkatkan Stamina
Tuhanlah yang menjaga suami saya. Sebelum terkena Covid, seorang jemaat menganjurkan kami untuk secara rutin minum suplemen yang lebih kuat. Biasanya kami tidak pernah tertarik, namun saat itu kami mengikuti anjuran jemaat itu, dan mulai secara rutin minum suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Ini sudah kami lakukan sebelum dinyatakan tertular Covid.
Tingkatkan Informasi
Selain itu, sebelum peristiwa terinfeksi, Tuhan sudah menuntun kami mengikuti beberapa Seminar tentang Covid-19, baik yang diselenggarakan oleh Gereja, maupun info penanggulangan Covid-19. Jika sebelumnya kami tidak pernah tahu beberapa informasi penting ini, mungkin kami akan lebih panik dan tidak dapat mengambil langkah yang tepat.
Dukungan Dana
Di masa pandemi, ekonomi semua orang terpengaruh, termasuk juga kami. Keluarga kami menjadi lebih berhemat dari segi keuangan. Pimpinan teratas di tempat suami bekerja, tanpa banyak bicara memberikan dana kepada kami untuk berobat.
Kami bersyukur, dengan adanya dana ini, sebagian beban pikiran kami jadi berkurang, sehingga kami dapat membeli obat, vitamin, dan makanan bergizi.
Swab Test Keluarga
Seminggu kemudian, dilakukan swab test terhadap suami dan semua anggota keluarga di rumah.
Bersyukur Untuk Yang Tersisa
Walau ada tanda tanya di hati, saya berusaha menerima kenyataan ini. Saya bersyukur bahwa ART saya tidak kena, sehingga dia masih dapat membantu kami melakukan banyak hal. Juga, anak bungsu yang paling saya kuatirkan, tidak tertular. Tuhan memahami isi hati saya. Kalau sampai si kecil yang tertular, saya akan merasa sangat kuatir dan stres, sehingga mengakibatkan daya tahan tubuh saya menurun. Dan hal tersebut berbahaya untuk penderita Covid-19 dan menyebabkan gejala dapat semakin memburuk.
Hati Ibu
Anak sulung yang baru mulai kuliah di sebuah universitas di Bali, selalu membuat saya kuatir. Selama pandemi, kami mendengar berita bahwa tingkat penyebaran Covid-19 di Bali juga terus meningkat. Saat ayah mertua saya wafat, ia pun baru pulang dari Bali. Walau ikut tertular, sebagai seorang ibu, saya bersyukur karena sekarang bisa merawat dia di Makassar.
Isolasi Lagi
Kami kembali lakukan isolasi mandiri. Hanya saja, sekarang pasiennya saya dan si sulung. Karena sudah pernah merawat suami, kami tidak terlalu kuatir. Kami coba lakukan cara perawatan yang sama, dan selalu berdoa kepada Tuhan.
Sembuh
Enam hari kemudian, kami kembali lakukan swab test. Hasilnya semua bersih dan sembuh! Puji Tuhan Yesus. Supaya lebih yakin, beberapa hari kemudian, kami kembali lakukan swab test. Hasilnya sama, bersih. Kami sudah sembuh. Tuhan Yesus sungguh baik.
Gejala Covid-19
Kami termasuk pasien covid 19 dengan gejala ringan. Suami hanya menderita demam dan diare ringan. Anak sulung hanya menderita seperti flu ringan, serta suhu badan hangat sebentar saja. Saya sendiri menderita demam ringan dan sesak napas di hari ke-3 sampai dengan ke-4.
Bina Iman Remaja
Akhir Desember 2020, Gereja mengadakan acara Bina Iman Remaja Nasional. Sebelumnya, saya diajak untuk ikut berpartisipasi. Tuhan Yesus memberikan kesembuhan dengan cepat, sehingga saya boleh ikut melayani di acara tersebut.
Perlindungan Bapa
Setelah sembuh, saya semakin merasa bahwa Tuhan sungguh Maha Tahu. Apa yang akan terjadi pada diri kita, Dia sudah tahu. Dia juga yang mengatur segalanya. Seperti seorang ayah di film Start Up, Dia menyiapkan perlindungan bagi semua anak-anak-Nya.
Segala kemuliaan dan puji syukur hanya bagi Tuhan Yesus. Haleluya. Amin.