Bersemi Dalam Pandemi
Warta Sejati Edisi 107
Covid-19: Analogi Rohani
Jessica Lau – Edmonton, Kanada
KEPUASAN DIRI
Selama pandemi ini, banyak orang mengabaikan bahayanya virus ini, walaupun ada banyak peringatan dari pemerintah atau pejabat kesehatan. Mereka merasa risiko dari virus ini dilebih-lebihkan. Contohnya, banyak orang percaya bahwa COVID-19 sama dengan virus flu. Tetapi, kita sekarang tahu bahwa virus ini jauh lebih mematikan daripada virus flu dan dapat menyebabkan kerusakan organ yang berkepanjangan bahkan bagi mereka yang telah pulih. Sama halnya, kita seringkali mendengar akan bahaya dosa, tetapi mengabaikannya atau menganggap remeh karena kita merasa dosa itu tidak akan mempengaruhi iman kita. Tetapi Alkitab memberitahukan dengan jelas bahwa “upah dosa adalah maut.” (Rm. 6:23) Tidak ada yang namanya dosa kecil atau dosa yang tidak berbahaya, seperti tidak ada yang namanya sedikit hamil (Yak. 1:15).
PENULARAN
COVID-19 sangat berbahaya dan penyebarannya begitu cepat karena banyak orang yang tertular tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala sakit selama beberapa hari. Sebagian orang bahkan tidak memiliki gejala apa pun, sehingga mereka dapat menularkan virus kepada orang lain. Demikian juga dengan kerohanian kita hari ini, banyak orang yang hidup dalam dosa tetapi tidak menunjukkan gejala yang nyata atau penyakit dalam iman mereka. Seperti orang Farisi; dari luar mereka tampak teguh
dan saleh, tetapi di dalamnya (Mat. 23:27-28). Perbuatan mereka ini mempengaruhi orang lain, membuat mereka percaya bahwa dosa dapat diterima dan mereka dapat mempertahankan iman yang teguh meskipun
hidup dalam dosa.
WASPADA
COVID-19 merusak setiap individu secara berbeda-beda. Beberapa orang menderita gejala ringan seperti demam, sementara yang lainnya menderita gangguan pernafasan akut yang dapat melemahkan tubuh sepanjang hidup mereka bahkan menyebabkan kematian. Meskipun secara umum, mereka yang lebih lemah, berusia lanjut, atau mengidap penyakit lebih berisiko terkena penyakit ini, tetapi juga ada beberapa kasus di mana orang yang muda dan sehat memerlukan perawatan yang intensif di rumah sakit atau bahkan terancam maut. Demikian juga, kita tidak dapat mengira-ngira bagaimana dosa akan merusak kita. Bagi seseorang, melewatkan hari Sabat dapat melemahkan iman mereka untuk sementara, tetapi tidak mengalami kerusakan yang permanen. Bagi yang
lain, Sabat yang ia lewatkan menjadi awal kemunduran rohani, yang dimulai perlahanlahan kemudian secara tajam terus merosot sampai iman mereka dalam keadaan kritis. Sayangnya, kita tidak dapat mengetahui di
kelompok manakah kita sampai semuanya sudah terlambat, sehingga mencegahnya adalah cara yang terbaik (Ams. 27:12).
Kita seringkali mendengar akan bahaya dosa, tetapi mengabaikannya atau menganggap remeh karena kita merasa dosa itu tidak akan mempengaruhi iman kita. Tetapi Alkitab memberitahukan dengan jelas bahwa “upah dosa adalah maut.
PERTIMBANGAN
Dengan adanya pandemi ini, kita semua berada pada situasi dan kondisi yang sama. Tidak peduli apakah Anda berisiko rendah ataupun sehat; Jikalau Anda tidak memperhatikan protokol kesehatan, Anda menempatkan banyak orang dalam keadaan berbahaya. Demikian juga, kita harus saling memperhatikan dalam iman kita. Ketika melakukan suatu tindakan, kita merasa melakukannya dengan hati nurani yang murni, tetapi seperti yang Paulus katakan, kita harus “waspada agar kebebasan kita jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.” (1Kor. 8:9) “Jangan seorangpun mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.” (1Kor. 10:24)
ANTARA AMANAT DENGAN KARANTINA
Pada saat yang tidak menentu, hal paling aman dan bertanggung jawab yang dapat kita lakukan adalah berada di rumah bersama keluarga kita. Keluarga dan rumah rohani kita adalah gereja. Inilah tempat perlindungan kita dan zona aman dari dosa. Tetapi hal ini bukan berarti kita harus mengisolasi diri kita dari komunitas sosial dan hanya berinteraksi dengan saudara dan saudari kita di gereja. Di dunia ini, karantina dapat menjaga seseorang tetap aman, tetapi mengakibatkan pada produktivitas dan ekonomi. Demikian juga, jika kita hanya bersosialisasi dengan jemaat gereja, akan mengurangi kemampuan kita untuk memberitakan Injil.
MENJAGA JARAK ROHANI
Karena interaksi dengan orang-orang di luar jemaat gereja memang diperlukan dan tidak terelakkan, menjaga jarak rohani adalah cara yang paling baik untuk mencegah penularan. Tetapi ini bukan berarti kita mengisolasi diri atau tidak lagi berhubungan dengan mereka, tetapi kita harus memastikan agar kita tidak terlalu dekat dan terpengaruh dengan pola pikir dan tingkah laku dunia. Perlu lebih banyak upaya untuk memelihara suatu hubungan dengan menjaga jarak, tetapi ini penting bagi keselamatan kita Dalam hal kehidupan rohani, kita tidak dapat menghindari setiap orang berdosa, karena itu berarti kita harus meninggalkan dunia ini (1Kor. 5:10). Tetapi kita dapat membatasi hubungan kita dan menjaga jarak dari orang-orang yang memegang nilai-nilai yang berbeda dengan kita. Yesus memberikan contoh bagaimana melakukan hal ini. Ia berteman dengan orang-orang berdosa tetapi Ia mempercayakan diri-Nya kepada mereka (Yoh. 2:24). Ia menjaga jarak perasaan-Nya dan memastikan untuk dapat meluangkan waktu membangun diri-Nya sendiri dalam isolasi.
KEBERSIHAN ROHANI
Sejak munculnya COVID-19, kita menjadi lebih giat dalam mencuci tangan ketika kita sampai di rumah, setelah berinteraksi dengan orang lain, dan sebelum kita makan. Bahkan ketika kita tidak melihat ada kotoran, kita tahu bahwa kita perlu membersihkan diri lebih menyeluruh. Secara rohani, kita juga harus membasuh dan menyucikan diri kita setelah pergi bersama teman-teman dan berinteraksi dengan dunia. Walaupun kita menganggap tidak ada dosa yang kita lakukan; kita harus membiasakan diri meluangkan waktu untuk menyucikan dan membersihkan hati dan jiwa kita (Yak. 4:8;
Di dunia ini, karantina dapat menjaga seseorang tetap aman, tetapi mengakibatkan pada produktivitas dan ekonomi. Demikian juga, jika kita hanya bersosialisasi dengan jemaat gereja, akan mengurangi
kemampuan kita untuk memberitakan Injil.”
kemampuan kita untuk memberitakan Injil.”
Sementara dunia sangat waspada menghadapi pandemi yang lahiriah, mari kita juga jangan sampai lengah untuk berjagajaga dalam kehidupan rohani kita. Mari kita menggunakan apa yang kita lihat dan kita alami di dunia ini untuk merenungkan kesehatan rohani kita, dan menggunakan kesempatan berharga ini untuk menjadi lebih dekat dengan Tuhan.
Daftar Isi
Penerbit |
Gereja Yesus Sejati |
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Hubungi Kami |