SAUH BAGI JIWA
“Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2Kor. 12:10)
Bila Anda ditanya: ‘Apa yang membuat Anda senang dan rela?’, saya kira kita semua tidak akan menganggap kelemahan, siksaan, kesukaran, penganiayaan dan kesesakan sebagai hal yang menyenangkan, karena sejatinya manusia tidak suka pada penderitaan. Tetapi bagaimana mungkin ada orang yang justru menganggap hal yang dihindari oleh kebanyakan orang ini sebagai sesuatu yang membuatnya senang dan rela?
Ada! Dia adalah Rasul Paulus, tidak sama dengan kita, dia tidak menganggap pesta pora dan menikmati kenyamanan sebagai hal yang menyenangkan. Sebaliknya, dia menganggap hal yang tidak disukai semua orang sebagai yang menyenangkan. Hanya saja, dia berkata demikian dengan suatu prasyarat, yaitu ‘oleh karena Kristus’. Hanya ‘oleh karena Kristus’-lah dia dapat senang dan rela berada di dalam semuanya itu.
Karena Kristus, Paulus meninggalkan kemewahan dan kemuliaan dunia, dia banyak menderita sengsara. Dia mengerti bahwa berkorban untuk Tuhan akan mendapat mahkota kemuliaan di surga, bersandar kepada Tuhan akan membuat hidupnya di dunia ini seperti di surga. Dalam hidupnya setiap hari dia selalu mengalami apa yang dikatakan Tuhan: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”, Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2Kor. 12:9) Jadi sewaktu dia lemah, Tuhan akan menolong dia sehingga menjadi kuat.
Manusia hanya akan mencari Allah tatkala berada di dalam keadaan paling lemah, paling putus asa, paling menderita, paling susah. Pada saat seperti itu, semua pertolongan dari dunia tidak akan berguna, tidak ada yang bisa melepaskan dia dari keadaaan itu. Hanyalah dengan berharap kepada Allah dia bisa mendapat jalan keluar, karena itu dia akan bertekad mencari Allah. Ini juga menjadi sebab mengapa Allah sering menempatkan kita ke dalam pengujian yang sangat susah, sesungguhnya kehendak-Nya baik.
Marilah kita belajar pada Paulus, dapat menjadi senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus! Karena semua kesusahan dan penderitaan adalah pendahuluan berkat. Hanyalah setelah mengalami penderitaan kita boleh memohon berkat yang lebih besar kepada Allah; dan hanyalah setelah menerima baptisan kesusahan kita boleh menjadi laskar Kristus. Sama seperti atlet yang siap bertanding, sudah mempersiapkan diri berlatih bertahun-tahun untuk dapat meraih prestasi yang gemilang.
“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.” (Yes. 40:29), “Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah.” (Yes. 35:3), “dalam kebaikan-Mu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas.” (Mzm. 68:10) Betapa banyak janji Allah yang tersedia untuk kita raih, karena itu jangan lagi berlambat!