SAUH BAGI JIWA
“Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” (Yoh. 15:14-15)
“Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” (Yoh. 15:14-15)
Banyak orang merasa bahwa berteman dengan orang terkenal adalah suatu hal yang luar biasa. Jika berteman dengan orang terkenal adalah suatu kehormatan, apalagi disebut sebagai sahabat Allah, bukankah hal itu lebih mulia? Abraham adalah satu-satunya orang di dalam Alkitab yang mendapatkan kemuliaan ini.
Dalam Alkitab disebutkan, “Tetapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi;” (Yes. 41:8). Dan juga, “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” (Yak. 2:23). Dari ayat-ayat tersebut kita tahu bahwa Allah menyebut Abraham sebagai Sahabat-Nya.
Tidak ada rahasia di antara teman dekat, maka sebelum Allah memusnahkan Sodom, “Berpikirlah TUHAN: “Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?” (Kej. 18:17). Lalu, Dia pun membiarkan Abaraham, sahabat-Nya itu berulang kali mendoakan Kota Sodom.
Hari ini, salah satu berkat besar yang Allah berikan bagi anak-anak-Nya adalah kesempatan bagi kita untuk menjadi sahabat Allah, sehingga kita tidak perlu takut kepada-Nya. “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibr. 4:16)
Dahulu kita tidak dapat menjadi sahabat Allah. Namun ketika Tuhan Yesus datang ke dunia dan menjelma menjadi manusia, Dia merendahkan diri-Nya agar kita dapat menjadi sahabat Allah. Dia berkata, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yoh. 15:14)
Betapa besar dan indahnya berkat ini! Atas dasar apa kita layak menjadi sahabat Allah? “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita” (Mzm. 103:8-10). Hanya karena hal itulah maka kita dapat menjadi sahabat Allah.
Mungkin kau memiliki teman yang tak terhitung banyaknya di muka bumi ini, atau mungkin kau tidak memiliki banyak teman. Bagaimana pun juga, tidak ada sababat yang seperti Tuhan yang rela mengorbankan nyawa bagimu, membuat perencanaan bagimu, mengkhawatirkanmu, berduka bagimu, merintih bagimu. Hai kawan terkasih, jika kau belum mengenal Tuhan Yesus maka bergegaslah untuk menerima anugerah keselamatan-Nya dan menjadi sahabat-Nya! Ini adalah berkat terbesar dalam hidupmu!