SAUH BAGI JIWA
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibrani 4:15)
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibrani 4:15)
Setelah meninggalkan keluarga ayahnya selama 20 tahun, akhirnya Yakub dapat berjumpa dengan kakaknya, Esau. Sebenarnya Esau sudah lama melupakan peristiwa tragis dahulu. Ketika ia melihat Yakub, Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka.
Esau kemudian menyarankan agar mereka berjalan bersama-sama dan menyertai Yakub. Tetapi Yakub masih kuatir apabila Esau akan balas dendam membunuhnya dan keluarganya, maka dengan halus Yakub menolak ajakan Esau. Kekuatiran Yakub dapat dipahami, karena anak-anaknya masih kecil, dan ada kambing domba dan lembu sapi yang masih menyusui, sehingga mereka tidak dapat bergerak dengan cepat. Maka Yakub memohon agar Esau meninggalkan dia, sementara dia sendiri mau berjalan maju dengan hati-hati sesuai dengan gerak ternaknya yang diikuti oleh anak-anak ternak.
Perjalanan di padang gurun ini pernah Yakub lalui 20 tahun lalu sewaktu menghindari kejaran kakaknya. Dia tahu perjalanan ini sulit dan penuh bahaya. Sebagai suami dan ayah, dia bertanggung jawab atas keselamatan anak istrinya, juga ternak-ternaknya, maka Yakub pun berjalan dengan hati-hati dan waspada.
Hari ini kita tidak tahu apa yang ada di depan kita; kita berjalan di jalan yang belum pernah kita lewati, sama seperti Yakub. Tetapi kita boleh merasa lega, karena seperti halnya Yakub yang turut merasakan kelemahan keluarganya, Tuhan Yesus turut merasakan kelemahan kita. Perjalanan hidup yang akan kita tempuh sudah pernah dilalui Tuhan Yesus. Segala penderitaan dan kesusahan yang ada di dunia ini pernah pula Tuhan Yesus lakukan Dia turut merasakan bagaimana kita mengalami kelaparan, kelelahan, letih, susah, sedih, menangis, karena semuanya pernah dia alami. Dia pun telah mengalami pencobaan sama seperti kita, hanya saja Dia tidak berbuat dosa.
“Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:14), karena itu Dia turut merasakan kelemahan kita, Dia memikirkan kita dan membuat rencana untuk kita. Kita sama sekali tidak perlu kuatir akan masa depan, karena Dia tidak akan menanggungkan kepada kita apa yang tidak dapat kita tanggung; Dia tidak akan memberi beban kepada kita melebihi kekuatan kita.