SAUH BAGI JIWA
“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.” (Mazmur 37:5)
“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.” (Mazmur 37:5)
‘Dia Menuntunmu’ adalah judul Kidung Rohani Gereja Yesus Sejati No.469.
Pada suatu kebaktian Sabat, saya mendengar kidung ini dinyanyikan. Sepertinya saya baru dua kali mendengar pujian ini. Saya menyukai melodi dan liriknya yang penuh makna, sehingga saya mencari tahu lebih jauh tentang himne ini. Penulis lirik dan penggubahnya bernama Cyrus Silvester Nusbaum. Ketika itu, dia baru berusia 25 tahun dan sedang melayani di suatu wilayah yang paling miskin di Ottawa. Penghasilannya sangat kecil dan hampir tidak mencukupi untuk hidup karena dia juga harus mengurusi tujuh sidang jemaat di pedesaan Kansas. Pada akhir tahun, dia menghadiri sebuah konferensi dengan harapan dapat memperoleh jabatan yang lebih baik. Namun, Tuhan berkehendak lain. Dia tidak terpilih. Dan dia harus kembali melayani di wilayah miskin yang sama. Maka dia pulang ke penginapan dengan hati yang tidak bahagia dan tidak rela. Dia tidak bisa tidur dan berpikir terus. Sekitar tengah malam, akhirnya dia berlutut berdoa dan berkata kepada Tuhan bahwa dia akan bersedia melayani, apapun harganya. Perasaan berserah itu membuatnya merasakan damai sejahtera dan kemudian menjadi inspirasi terciptanya himne ini.
Beberapa tahun lalu, saya menghadapi masalah yang cukup sulit bagi saya, yaitu ketika kantor saya tidak lagi menyediakan fasilitas antar jemput. Walaupun jarak antara kantor dan rumah saya bisa dibilang relatif dekat, bagi saya cukup menyulitkan sebab saya hanya bisa menggunakan mobil sebagai alat transportasi. Jika saya harus menggunakan taksi, biayanya cukup besar karena ada minimum tarif. Alternatif lain adalah memakai jasa antar jemput, namun biayanya tidak murah juga. Masalah ini sangat membebani pikiran saya. Saya berdoa agar Tuhan memberikan jalan keluar. Namun, belum juga ada jalan keluar. Maka, setiap hari ayah harus mengantar dan menjemput saya. Untuk sementara masalah transportasi teratasi. Tetapi saya tetap memikirkan hal ini. Ayah sudah tua dan tidak mungkin beliau bisa mengantar jemput saya seterusnya. Ke depannya nanti saya harus bagaimana?
Saya terus membawa masalah ini di dalam doa. Tetapi saya menyadari bahwa saya tidak boleh terus tenggelam di dalam masalah. Saya harus percaya kepada Tuhan. Selama ini Dia selalu membantu saya dalam mengatasi masalah-masalah sebelumnya. Jadi saya pikir untuk masalah ini pun, Tuhan akan membantu saya. Yang harus saya lakukan adalah jangan terus memikirkannya, tetapi menyerahkan semua kekuatiran itu kepada Tuhan. Pada waktu-Nya, Dia pasti akan membuka jalan.
Dan memang benar demikian. Ketika ayah sakit dan tidak bisa lagi mengantar jemput saya, Tuhan telah menyediakan jalan untuk saya. Ketika itu sudah ada Grab dan Gojek. Dengan demikian, masalah saya mengenai transportasi selesai dengan sendirinya. Hal ini sungguh memberikan sebuah pelajaran berharga, bahwa saya harus percaya dan berani menyerahkan segala permasalahan saya terlebih dahulu, sebelum saya dapat melihat jalan keluar dari Tuhan.
Mengikuti jalan-Nya berarti menyerahkan segala sesuatu pada pengaturan Tuhan. Kita memiliki Allah Yang Mahakuasa. Tidak ada sesuatu yang mustahil bagi-Nya, asalkan itu sesuai dengan kehendak-Nya. Menyerahkan segala beban, masalah, dan kekuatiran kepada Tuhan yang luar biasa seperti ini tentunya akan mendatangkan damai sejahtera bagi kita. Yang menjadi masalah adalah apakah kita mau menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya? Apakah kita percaya kepada-Nya?