SAUH BAGI JIWA
Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. (Mazmur 62:9)
Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. (Mazmur 62:9)
Di rumah, setiap hari mama dan saya memiliki kebiasaan untuk menyediakan waktu khusus untuk bercakap-cakap. Setiap kali mama sudah memiliki waktu luang dan tidak ada aktivitas, saya akan menemani beliau untuk berbincang-bincang, tidak peduli apakah itu pagi, siang, sore, atau pun malam, kecuali ketika saya sedang bekerja atau ketika saya memiliki kesibukan penting yang tidak dapat ditunda. Seringkali isi pembicaraan kami bukanlah hal-hal yang penting. Kami hanya saling menceritakan aktivitas kami masing-masing, sehingga kami dapat mengetahui keadaan masing-masing, memberi nasihat atau dukungan sesekali, dan yang terpenting adalah agar kami dapat lebih dekat satu sama lain.
Hal ini telah kami lakukan selama bertahun-tahun. Disadari atau tidak, kebiasaan seperti ini benar-benar mempererat hubungan kami. Melalui percakapan, kami dapat lebih mengenal dan memahami satu sama lain dari hati ke hati. Bahkan dalam hal tertentu, tanpa perlu diucapkan dengan kata-kata, kami dapat saling memahami hanya dengan melihat ekspresi wajah.
Kadangkala, ketika kami kehabisan kata-kata – tidak ada lagi hal yang ingin dibicarakan – kami hanya berdiam diri. Namun, berdiam diri ketika kita sedang sendirian itu berbeda dengan berdiam diri ketika ada orang lain di sisi kita. Walaupun kami hanya berdiam diri, kami tidak merasa kesepian, karena kami tahu bahwa ada seseorang di sisi kami.
Kebiasaan yang sama juga sering saya praktekkan ketika sedang bersaat teduh dengan Tuhan. Setelah berdoa, saya akan meluangkan waktu untuk berdiam diri sambil menceritakan seluruh isi hati saya kepada Tuhan, baik hal-hal besar maupun hal-hal kecil. Apa yang saya alami sepanjang hari, apa yang saya rasakan, baik kegembiraan, kesedihan, maupun kesakitan, akan saya utarakan kepada Tuhan–termasuk saat saya melakukan suatu kesalahan atau dosa.
Saya merasa cara seperti ini sangat efektif bagi saya. Saya dapat merasakan kelegaan dan penghiburan ketika sedang susah dan sakit, mendapatkan ketenangan ketika sedang gelisah atau kuatir. Dan ketika saya sedang bersukacita, saya juga ingin berbagi dan mengucap syukur kepada Tuhan. Walaupun Tuhan sungguh Maha Besar dan Maha Kuasa, tetapi bagi saya, Dia juga merupakan seorang Bapa dan Sahabat, yang dapat kita hampiri dan sebagai tempat kita berbagi tanpa rasa takut yang berlebihan, layaknya ketika kita mencurahkan isi hati kepada keluarga dan sahabat kita.
Sama seperti Daud, ketika dia sedang merasa ketakutan karena dikejar-kejar musuh, dia berseru kepada Allah. Dia merasakan tenang berada di dekat Allah. Kita pun harus belajar mendekat kepada-Nya. Dan salah satu cara yang paling efektif untuk mendekat kepada seseorang adalah dengan menjalin hubungan dan melalui komunikasi secara teratur.
Dengan demikian, jika kita ingin memiliki kehidupan yang penuh dengan sukacita dan damai sejahtera dalam kondisi apapun, maka kita harus belajar untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita dapat memulainya dengan cara mempererat hubungan melalui doa dan menyediakan waktu untuk berdiam diri di hadapan Tuhan. Curahkan seluruh isi hati kita kepada-Nya, walaupun kita tahu bahwa Dia pasti sudah mengetahui isi hati kita. Jika kita melakukannya secara rutin, maka kita akan merasa lebih dekat dan lebih peka akan kehendak-Nya.
SAUH BAGI JIWA
Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. (Mazmur 62:9)
Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. (Mazmur 62:9)
Di rumah, setiap hari mama dan saya memiliki kebiasaan untuk menyediakan waktu khusus untuk bercakap-cakap. Setiap kali mama sudah memiliki waktu luang dan tidak ada aktivitas, saya akan menemani beliau untuk berbincang-bincang, tidak peduli apakah itu pagi, siang, sore, atau pun malam, kecuali ketika saya sedang bekerja atau ketika saya memiliki kesibukan penting yang tidak dapat ditunda. Seringkali isi pembicaraan kami bukanlah hal-hal yang penting. Kami hanya saling menceritakan aktivitas kami masing-masing, sehingga kami dapat mengetahui keadaan masing-masing, memberi nasihat atau dukungan sesekali, dan yang terpenting adalah agar kami dapat lebih dekat satu sama lain.
Hal ini telah kami lakukan selama bertahun-tahun. Disadari atau tidak, kebiasaan seperti ini benar-benar mempererat hubungan kami. Melalui percakapan, kami dapat lebih mengenal dan memahami satu sama lain dari hati ke hati. Bahkan dalam hal tertentu, tanpa perlu diucapkan dengan kata-kata, kami dapat saling memahami hanya dengan melihat ekspresi wajah.
Kadangkala, ketika kami kehabisan kata-kata – tidak ada lagi hal yang ingin dibicarakan – kami hanya berdiam diri. Namun, berdiam diri ketika kita sedang sendirian itu berbeda dengan berdiam diri ketika ada orang lain di sisi kita. Walaupun kami hanya berdiam diri, kami tidak merasa kesepian, karena kami tahu bahwa ada seseorang di sisi kami.
Kebiasaan yang sama juga sering saya praktekkan ketika sedang bersaat teduh dengan Tuhan. Setelah berdoa, saya akan meluangkan waktu untuk berdiam diri sambil menceritakan seluruh isi hati saya kepada Tuhan, baik hal-hal besar maupun hal-hal kecil. Apa yang saya alami sepanjang hari, apa yang saya rasakan, baik kegembiraan, kesedihan, maupun kesakitan, akan saya utarakan kepada Tuhan–termasuk saat saya melakukan suatu kesalahan atau dosa.
Saya merasa cara seperti ini sangat efektif bagi saya. Saya dapat merasakan kelegaan dan penghiburan ketika sedang susah dan sakit, mendapatkan ketenangan ketika sedang gelisah atau kuatir. Dan ketika saya sedang bersukacita, saya juga ingin berbagi dan mengucap syukur kepada Tuhan. Walaupun Tuhan sungguh Maha Besar dan Maha Kuasa, tetapi bagi saya, Dia juga merupakan seorang Bapa dan Sahabat, yang dapat kita hampiri dan sebagai tempat kita berbagi tanpa rasa takut yang berlebihan, layaknya ketika kita mencurahkan isi hati kepada keluarga dan sahabat kita.
Sama seperti Daud, ketika dia sedang merasa ketakutan karena dikejar-kejar musuh, dia berseru kepada Allah. Dia merasakan tenang berada di dekat Allah. Kita pun harus belajar mendekat kepada-Nya. Dan salah satu cara yang paling efektif untuk mendekat kepada seseorang adalah dengan menjalin hubungan dan melalui komunikasi secara teratur.
Dengan demikian, jika kita ingin memiliki kehidupan yang penuh dengan sukacita dan damai sejahtera dalam kondisi apapun, maka kita harus belajar untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita dapat memulainya dengan cara mempererat hubungan melalui doa dan menyediakan waktu untuk berdiam diri di hadapan Tuhan. Curahkan seluruh isi hati kita kepada-Nya, walaupun kita tahu bahwa Dia pasti sudah mengetahui isi hati kita. Jika kita melakukannya secara rutin, maka kita akan merasa lebih dekat dan lebih peka akan kehendak-Nya.