SAUH BAGI JIWA
Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. (Daniel 1:8)
Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. (Daniel 1:8)
Setiap tahun di kantor tempat saya bekerja, selalu diadakan perayaan keagamaan di bulan Desember. Semua karyawan yang beragama minoritas selalu diundang untuk menghadiri acara tersebut. Tidak hanya itu, beberapa karyawan juga biasanya akan diminta untuk menjadi panitia. Saya adalah salah satu karyawan yang sudah dikenal memeluk agama minoritas tersebut karena saya biasanya bertugas untuk membagikan buku renungan harian setiap bulan ke semua departemen di kantor saya. Maka, tidak heran jika saya selalu diajak untuk menghadiri acara tersebut, terutama ketika saya baru menjadi karyawan di sana. Namun, lambat laun tawaran itu menghilang seiring dengan penolakan yang selalu saya berikan.
Penolakan dari saya biasanya akan diikuti oleh pertanyaan dari rekan-rekan di kantor. Saat itulah, saya mencoba untuk menjelaskan alasan dibalik penolakan saya, sambil memperkenalkan kebenaran yang diajarkan dalam firman Tuhan serta alasan mengapa gereja tempat saya beribadah tidak merayakan perayaan keagamaan tersebut.
Selain dari peristiwa di atas, kadangkala kita dihadapkan dengan peristiwa yang bertentangan dengan iman kepercayaan. Di saat seperti inilah, keberanian kita untuk tetap mempertahankan iman dan kesempatan untuk membagikan iman kepercayaan tersebut kepada orang lain yang bertanya akan diuji. Keadaan seperti ini juga dialami oleh Daniel ketika ia menjadi salah satu orang yang dipilih untuk bekerja dalam istana raja pada pemerintahan raja Nebukadnezar. Orang-orang yang dipilih tersebut akan mendapatkan santapan raja dan anggur yang biasa diminum raja sesuai dengan ketetapan yang dibuat oleh raja Nebukadnezar. Namun, Daniel dengan tegas dan berani berketetapan untuk untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja.
Daniel pun menyarankan untuk mengadakan percobaan antara dirinya, Hananya, Misael, dan Azarya dengan orang-orang muda lain yang makan dari santapan raja selama sepuluh hari. Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan Daniel dan ketiga kawannya lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk daripada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja.
Saat Daniel memberanikan diri untuk menolak makan dari santapan raja, ia belum diangkat menjadi salah satu orang yang berkedudukan tinggi di bawah pemerintahan raja Nebukadnezar. Ia tidak memiliki jabatan dan kekuasaan apapun pada saat itu. Ia hanyalah seorang penduduk Israel yang sedang berada di bawah jajahan negara lain. Namun, ia memiliki keberanian untuk menolak ketetapan raja yang berlawanan dengan iman kepercayaannya.
Di dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita diperhadapkan dengan berbagai situasi yang serupa. Kita mungkin tidak sedang memiliki kedudukan yang tinggi dan mungkin saja orang yang paling muda di antara orang-orang sekitar kita. Namun, ketika kita diperhadapkan dengan sesuatu yang bertentangan dengan iman kepercayaan kita, beranikah kita untuk menolaknya? Apakah kita berani untuk bersikap tegas dan menolak saat rekan-rekan kita mengajak untuk hangout di hari yang sama dengan hari kita berkebaktian? Apakah kita berani untuk tidak mengikuti arus dunia dengan menolak untuk menggunakan ucapan-ucapan kotor atau kata-kata yang sia-sia? Apakah kita berani untuk tidak mengikuti mode busana yang tidak sepantasnya dipakai oleh umat Tuhan di saat orang lain menggunakan mode busana tersebut dan menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat wajar? Sudah siapkah kita untuk memberikan penjelasan mengenai iman kita di hadapan rekan-rekan kita ketika memberikan penolakan? Marilah kita belajar dari Daniel yang berani mengatakan tidak pada hal yang bertentangan dengan iman kepercayaannya.