SAUH BAGI JIWA
“Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah Tuhan sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.” (Ul. 32:11-12)
“Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah Tuhan sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.” (Ul. 32:11-12)
Pada waktu kami pergi bertamasya ke Taman Nasional Yellowstone di Amerika, terlihat seekor rajawali sedang membuat sarang yang besar, terbuat dari ranting-ranting pohon, di atas sebatang tiang batu di lembah utara. Induk rajawali sedang mengerami sarangnya, sedangkan si jantan terbang melayang-layang di sekitar sarang, berusaha menghalau tiga ekor burung gagak yang mengincar telur mereka.
Konon, apabila sarang itu tidak rusak, tidak ditempati burung lain, atau hilang lenyap, maka seumur hidupnya rajawali akan menggunakan sarang yang sama untuk bertelur dan memelihara keturunannya. Pada umumnya pada bulan April mereka kembali ke Taman Nasional Yellowstone, dan pada bulan Mei-Juni mereka menetaskan dua-tiga butir telur. Setelah anak-anak mereka lahir, maka mereka meninggalkan sarang itu pada bulan September.
Pada waktu kami bertamasya ke sana, bersyukur kami melihat sendiri keadaan burung-burung rajawali di sana. Namun karena kulit telur anak rajawali belum pecah, kami belum dapat menyaksikan gambaran keluarga rajawali mengajarkan anak mereka terbang.
Saya pernah menyaksikan film tentang perilaku binatang yang aneh, bagaimana rajawali mendorong anak mereka dari ketinggian sarang agar anaknya belajar terbang. Pada awalnya, anak rajawali itu sangat ketakutan, tidak mengerti bagaimana mengendalikan kedua sayapnya untuk terbang. Maka induk rajawali itu segera terjun ke bawah, mengembangkan sayapnya untuk mendukung anaknya. Dengan sayapnya, induk membawa anaknya sehingga dapat merasakan sukacita terbang. Lalu anak rajawal itu dibawanya terbang kembali ke sarang, dan pelajaran diulangi kembali sampai anak rajawali itu terbang dengan mahir.
Seringkali, Allah kita pun mengajarkan pelajaran iman kepercayaan kepada kita sama seperti rajawali mengajarkan anaknya terbang. Allah membawa kita ke puncak ujung tembok, sendirian, bahkan Ia menempatkan kita dalam keadaan bahaya yang sulit, lalu mendorong dan melepaskan tangan-Nya, agar kita belajar terbang di langit yang luas.
Kelihatannya cara Allah mendidik kita terasa kejam, tetapi sesungguhnya ada hikmat dan maksud Allah yang indah, agar kita semakin hari semakin berani dan kuat, menjadi laskar Kristus, bahkan dapat mengatas badai hujan. Asalkan kita percaya, maka pada waktu kita menghadapi bahaya, Allah akan mengembangkan kedua sayap-Nya, mendukung kita yang takut, ditempatkan pada sayap-Nya, dan terbang kembali ke tempat yang aman. Dengan demikian, kehidupan manusia tidak ada lagi ketakutan. Ketika Allah menguji kita, sesungguhnya Dia akan mengembangkan kedua sayap-Nya, menyokong kita, dan membawa kita terbang.
“Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepadaKu.” (Kel. 19:4)
“Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibr. 13:8)
Allah tidak pernah berubah, sejak zaman dahulu ketika Ia membawa bangsa Israel laksana rajawali menyokong anaknya di sayapnya, begitu pula di masa sekarang. Ia juga sama seperti dahulu, laksana rajawali, mendukung kita di sayap-Nya untuk kembali kepada-Nya!
SAUH BAGI JIWA
“Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah Tuhan sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.” (Ul. 32:11-12)
“Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah Tuhan sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.” (Ul. 32:11-12)
Pada waktu kami pergi bertamasya ke Taman Nasional Yellowstone di Amerika, terlihat seekor rajawali sedang membuat sarang yang besar, terbuat dari ranting-ranting pohon, di atas sebatang tiang batu di lembah utara. Induk rajawali sedang mengerami sarangnya, sedangkan si jantan terbang melayang-layang di sekitar sarang, berusaha menghalau tiga ekor burung gagak yang mengincar telur mereka.
Konon, apabila sarang itu tidak rusak, tidak ditempati burung lain, atau hilang lenyap, maka seumur hidupnya rajawali akan menggunakan sarang yang sama untuk bertelur dan memelihara keturunannya. Pada umumnya pada bulan April mereka kembali ke Taman Nasional Yellowstone, dan pada bulan Mei-Juni mereka menetaskan dua-tiga butir telur. Setelah anak-anak mereka lahir, maka mereka meninggalkan sarang itu pada bulan September.
Pada waktu kami bertamasya ke sana, bersyukur kami melihat sendiri keadaan burung-burung rajawali di sana. Namun karena kulit telur anak rajawali belum pecah, kami belum dapat menyaksikan gambaran keluarga rajawali mengajarkan anak mereka terbang.
Saya pernah menyaksikan film tentang perilaku binatang yang aneh, bagaimana rajawali mendorong anak mereka dari ketinggian sarang agar anaknya belajar terbang. Pada awalnya, anak rajawali itu sangat ketakutan, tidak mengerti bagaimana mengendalikan kedua sayapnya untuk terbang. Maka induk rajawali itu segera terjun ke bawah, mengembangkan sayapnya untuk mendukung anaknya. Dengan sayapnya, induk membawa anaknya sehingga dapat merasakan sukacita terbang. Lalu anak rajawal itu dibawanya terbang kembali ke sarang, dan pelajaran diulangi kembali sampai anak rajawali itu terbang dengan mahir.
Seringkali, Allah kita pun mengajarkan pelajaran iman kepercayaan kepada kita sama seperti rajawali mengajarkan anaknya terbang. Allah membawa kita ke puncak ujung tembok, sendirian, bahkan Ia menempatkan kita dalam keadaan bahaya yang sulit, lalu mendorong dan melepaskan tangan-Nya, agar kita belajar terbang di langit yang luas.
Kelihatannya cara Allah mendidik kita terasa kejam, tetapi sesungguhnya ada hikmat dan maksud Allah yang indah, agar kita semakin hari semakin berani dan kuat, menjadi laskar Kristus, bahkan dapat mengatas badai hujan. Asalkan kita percaya, maka pada waktu kita menghadapi bahaya, Allah akan mengembangkan kedua sayap-Nya, mendukung kita yang takut, ditempatkan pada sayap-Nya, dan terbang kembali ke tempat yang aman. Dengan demikian, kehidupan manusia tidak ada lagi ketakutan. Ketika Allah menguji kita, sesungguhnya Dia akan mengembangkan kedua sayap-Nya, menyokong kita, dan membawa kita terbang.
“Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepadaKu.” (Kel. 19:4)
“Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibr. 13:8)
Allah tidak pernah berubah, sejak zaman dahulu ketika Ia membawa bangsa Israel laksana rajawali menyokong anaknya di sayapnya, begitu pula di masa sekarang. Ia juga sama seperti dahulu, laksana rajawali, mendukung kita di sayap-Nya untuk kembali kepada-Nya!
“Sea Eagle” by irio.jyske is licensed under CC BY