SAUH BAGI JIWA
“Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata” (Amsal 31:10)
“Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata” (Amsal 31:10)
Kota Martapura yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan, dikenal dengan sebutan “Kota Intan”. Bila kita ingin berkunjung ke sana, kita bisa naik kendaraan sekitar 40 menit lamanya dari kota Banjarmasin. Di sana kita bisa melihat dan membeli berbagai jenis batu permata. Banyak yang menjual berbagai macam kreasi cantik batu permata, seperti batu akik, kecubung, saphir, mirah, zamrud, juga berlian dan bermacam-macam aksesori cantik berwarna-warni. Kita bisa menemukannya dalam berbagai ukuran. Banyak orang membelinya untuk dijadikan perhiasan yang berharga, berkilau dan indah. Namun kitab Amsal mengatakan kepada kita bahwa ada yang lebih berharga dari permata, yaitu istri yang cakap. Mengapa isteri yang cakap lebih berharga dari permata? Bagaimanakah kitab Amsal melukiskannya?
Isteri yang cakap mengasihi suaminya, tidak berbuat jahat kepada suaminya sehingga suaminya percaya kepadanya. Ia memperhatikan dan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan rumah tangganya, ia senang bekerja dengan tangannya dan rela bangun dini hari untuk menyediakan makanan bagi seisi rumahnya. Ia juga terampil membagi tugas pada pelayan-pelayannya, ia mengulurkan tangan dan membantu orang-orang yang berkekurangan. Karena ia memberi perhatian pada banyak hal maka seisi rumahnya tidak kuatir akan apa pun. Suami dan anak-anaknya percaya kepadanya dan menyebutnya berbahagia.
Salah satu sumber keutuhan sebuah keluarga terletak pada kecakapan ibu rumah tangga yang mengelolanya. Kitab Amsal juga menyebutkan bahwa isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang. Hari ini kita sebagai isteri, apakah kita adalah isteri yang cakap? Ataukah isteri yang membuat malu? Bila kita belum menjadi isteri yang cakap, mari mengusahakannya dengan rasa takut akan Tuhan, karena isteri yang berakal budi adalah karunia Tuhan bagi keluarga dan orang-orang di sekitarnya (Ams 19:14).
Sebagai isteri yang cakap, kita lebih berharga dari permata indah yang dijual di mana pun. Marilah kita menghargai anugerah Tuhan ini. Sebagai suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri (Ef 5:28), menyadari bahwa mendapat isteri adalah anugerah dari Tuhan. Pengkhotbah menasihati kita, “Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari” (Pkh 9:9).