SAUH BAGI JIWA
Orang yang tak berpengalaman mendapat kebodohan, tetapi orang yang bijak bermahkotakan pengetahuan (Amsal 14:18)
Orang yang tak berpengalaman mendapat kebodohan, tetapi orang yang bijak bermahkotakan pengetahuan (Amsal 14:18)
Salah satu pengajaran yang ditinggalkan Tuhan Yesus saat berada di dunia ini adalah perumpamaan tentang orang yang bijak. Orang yang bijak digambarkan seperti seorang yang mendirikan rumah di atas batu. Ketika hujan, banjir dan angin melanda, rumah itu tidak roboh, sebab orang itu mendirikannya di atas batu. Pengajaran ini menyiratkan bahwa Tuhan Yesus menghendaki setiap orang menjadi orang yang bijak.
Di bagian awal penulis kitab Amsal menuliskan banyak sekali perkataan-perkataan hikmat yang dapat memberikan pengetahuan kepada orang-orang yang tidak berpengalaman dan orang-orang muda. Perkataan-perkataan ini penting untuk direnungkan agar kita menjadi orang Kristen yang berhikmat dan bisa dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita. Apakah kita sudah hidup sebagai orang yang bijak? Dalam hal apa kita menjadi bijak? Jika belum, apakah yang harus kita lakukan?
Amsal 14:15 menuliskan bahwa orang yang bijak akan memperhatikan langkahnya. Di dunia ini ada orang dua golongan besar manusia, yaitu orang baik dan jahat, atau orang benar dan orang yang berdosa. Secara rohani, kita adalah orang-orang berdosa yang telah ditebus oleh darah Tuhan sehingga menjadi orang-orang yang dibenarkan. Karena itu, semestinya kita tidak lagi hidup secara sembarangan seperti orang-orang dunia pada umumnya, yang hidup tanpa aturan dan rasa takut kepada Tuhan.
Sebagai orang Kristen kita harus memperhatikan langkah kaki kita, sebab segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang senantiasa diawasi-Nya (Ams 5:21). Janganlah lupa menjaga langkah hidup kita, sebab kita bisa jatuh ke dalam dosa yang berujung kebinasaan, seperti halnya orang muda yang tidak berpengalaman yang menyeberang menghampiri perempuan jalang (Ams 7:7-8).
Amsal 14:16, mengatakan bahwa kita harus menjauhi kejahatan. Status sebagai orang benar yang melekat pada orang-orang percaya tidak membuat kita menjadi kebal terhadap pencobaan. Alkitab memberitahukan bahwa tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri karena ia diseret dan dipikat olehnya, dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia akan melahirkan dosa (Yak 1:14-15). Inilah tugas kita. Janganlah menjadi orang bebal yang melampiaskan nafsunya dan merasa aman saat melakukan kejahatan. Kita harus belajar mengendalikan hawa nafsu sehingga kita dapat menjauhi segala macam kejahatan.
Terakhir, kita perlu belajar bersabar (ayat 17). Mungkin saja kita punya seribu alasan untuk mengungkapkan kekecewaan dan kemarahan. Mungkin saja keinginan atau harapan kita tertunda dan tidak bisa mengendalikan emosi sehingga kita melakukan hal-hal bodoh yang justru merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Apakah saat ini Anda sedang mengalaminya? Jika ya, bersabarlah karena dengan kesabaran kita dapat mencegah kesalahan-kesalahan besar (Pkh 10:4). Sebaliknya kita bisa salah langkah jika tergesa-gesa dalam perkataan atau tindakan kita (Ams 19:2). Semoga hari ini kita bisa menjadi orang yang lebih bijak. Amin.