SAUH BAGI JIWA
“Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu” (Amsal 3:12)
“Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu” (Amsal 3:12)
Salomo menggantikan ayahnya, Daud, menjadi raja. Tuhan menyertainya sehingga kekuasaannya menjadi luar biasa besarnya. Salomo mempersembahkan seribu korban bakaran. Setelah itu, Tuhan bertanya kepada Salomo untuk meminta apa saja dan Ia akan memberikannya. Salomo tidak meminta kekayaan, harta benda atau kemuliaan, tetapi ia meminta kebijaksanaan dan pengertian. Tuhan mengabulkan permintaannya, bahkan menambahkan kekayaan, harta benda dan kemuliaan yang belum pernah ada pada raja-raja sebelumnya dan tidak akan ada lagi pada raja-raja sesudahnya. Hikmat Salomo terbukti ketika ia memberi keputusan atas dua orang ibu yang memperebutkan satu bayi. Ketika Raja Salomo mengambil pedang untuk membunuh bayi itu, terlihatlah hati ibu yang sebenarnya yang tidak ingin anaknya mati terbunuh. Akhirnya, Salomo memberikan bayi tersebut kepada ibu yang sesungguhnya. Ketika bangsa Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan Salomo, maka takutlah mereka kepadanya, sebab hikmat yang dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan (1Raj 3:38).
Para ahli psikologi banyak mengemukakan pandangannya mengenai apa itu kebijaksanaan, namun tidak afa definisi yang jelas. Kita dapat mengetahui apakah tindakan seseorang itu bijak saat kita melihat tingkah lakunya. Saat menghadapi suatu perkara atau krisis dalam kehidupannya, orang yang bijaksana bersikap tenang dan melakukan refleksi diri. Ia bisa membedakan mana yang benar dan salah. Orang yang bijaksana juga menyadari keterbatasan dan kemampuannya sendiri. Kebijaksanaan tidak sama dengan kepintaran karena orang pintar belum tentu bijaksana.
Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan tentang lima gadis yang bijaksana dan lima gadis yang bodoh. Gadis-gadis yang bijak membawa cadangan minyak, sedangkan gadis-gadis yang bodoh hanya membawa pelita tanpa membawa minyak. Ketika mempelai tiba, gadis-gadis yang bijaksana dapat menyambutnya, tetapi gadis-gadis yang bodoh sedang pergi membeli minyak. Saat mereka kembali, pintu telah ditutup. Gadis-gadis yang bijak adalah gadis yang berjaga-jaga dan siap sedia menyambut kedatangan sang mempelai.
Kitab Amsal mengingatkan supaya pertimbangan dan kebijaksanaan jangan menjauh dari mata kita. Jangan menjauh berarti setiap hari kita harus menggunakan mata kita untuk melihat dan mempelajari banyak perkara yang dapat menuntun kita pada kebijaksanaan. Kita dapat menilai apakah perkara di hadapan kita itu baik atau buruk, benar atau salah, dan apakah sesuai dengan firman Tuhan atau tidak. Ayat 23 menuliskan, “Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan aman, dan kakimu tidak akan terantuk.” Seperti Yusuf di Mesir, meskipun ia menghadapi berbagai cobaan dan godaan, Yusuf tetap berpegang pada kebenaran. Firaun dapat melihat Yusuf sebagai seorang yang bijaksana dan penuh dengan Roh Allah sehingga ia menunjuk Yusuf sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.
Hikmat dan kebijaksanaan adalah pemberian Tuhan. Ketika Roh Kudus memimpin, kita dapat menjadi bijaksana seperti Yusuf dan Raja Salomo. Hikmat rohani yang berasal dari firman Tuhan dapat menuntun kita pada seluruh kebenaran. Sebagai anak-anak Tuhan, marilah kita memelihara pertimbangan dan kebijaksanaan itu sehingga kita siap menyambut kedatangan-Nya. Tuhan Yesus menyertai kita.