SAUH BAGI JIWA
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum.” (Matius 5:22)
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum.” (Matius 5:22)
Mereka yang marah, ternyata tidak luput dari penghakiman Tuhan. Dalam Injil Matius, Tuhan Yesus berfirman bahwa setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum. Di mata Tuhan, amarah tidak memenuhi kebenaran Tuhan dan tidak akan luput dari penghakiman-Nya.
Ketika Tuhan Yesus ditangkap, seorang dari murid Yesus tiba-tiba menghunus pedangnya dan memotong telinga hamba Imam Besar hingga putus. Kemungkinan perbuatan tersebut dilakukan dalam kemarahan, untuk membela Yesus. Namun, Tuhan Yesus justru menegur murid tersebut, memerintahkannya untuk memasukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Tuhan Yesus tidak berkenan terhadap perbuatan demikian. Amarah akan membawa kita kepada hukuman.
Berikutnya, amarah juga dapat merusak hubungan dengan sesama manusia. Jika seseorang dikuasai oleh amarah, hal tersebut akan membahayakan hubungan orang itu terhadap saudaranya, orangtuanya bahkan pasangan hidupnya sendiri! Jika suami dan istri saling dipenuhi oleh amarah, hubungan mereka berdua tidak lagi diikat dengan kasih, dan akan mudah retak. Demikian pula halnya, orangtua yang selalu memarahi anaknya setiap saat, akan merusak dan memperjauh jarak hubungan mereka. Seorang yang mengasihi, tidak akan mudah terpancing amarahnya.
Tentunya amarah berbeda dengan teguran. Firman Tuhan mengajarkan kepada kita tentang pentingnya teguran agar kita dapat berubah dan lebih berhikmat. Teguran itu justru mendidik dan dilakukan dalam kasih. Tetapi amarah, tidak ada kasih di dalamnya.
Misalnya, kita berbicara kepada seseorang yang kelihatannya penuh dengan kasih. Tetapi tiba-tiba saja orang tersebut mudah marah dan mudah terpancing emosinya. Apakah ia sungguh-sungguh penuh kasih? Bayangkan, jika Tuhan Allah yang Maha kasih, namun sangat mudah marah dan terpancing emosinya, bisa-bisa kita semua dilenyapkan! Sebab jika murka Tuhan bangkit, siapakah yang dapat bertahan? Apakah Tuhan kita adalah Tuhan yang demikian?
Sang penulis Mazmur memberitahukan, “Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam…Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm 103:8-13).
Jika kita menganggap bahwa Tuhan mudah dan cepat sekali murka, sesungguhnya kita sudah salah paham. Bukan demikian halnya. Jika Tuhan menilai kita sesuai dengan dosa kejahatan kita, siapakah yang dapat bertahan? Jika demikian, sudah sejak dahulu kala kita dihakimi dengan hukuman setimpal. Tetapi tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.
Sungguh, kita sama sekali tidak layak menerima kasih setia Tuhan, sebab telah berkali-kali kita berdosa di hadapan-Nya. Kasih setia Tuhan begitu besar kepada kita. Jika ada amarah dalam diri kita, maka Tuhan tidak ada dalam hati kita. Jika ada amarah berkuasa dalam keluarga, dalam gereja, maka kasih tidak ada disana.