SAUH BAGI JIWA
“Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam Mazmur, Kidung Puji-Pujian dan Nyanyian Rohani. Bernyanyi dan Bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.” (Efesus 5:19)
“Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam Mazmur, Kidung Puji-Pujian dan Nyanyian Rohani. Bernyanyi dan Bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.” (Efesus 5:19)
Seringkali saat menyanyikan pujian dalam kebaktian, kita didorong untuk menyanyi dan memuji Tuhan dalam satu suara. Namun ini hanya dapat dicapai apabila kita memahami alasan, mengapa kita memuji Tuhan. Mari kita mempelajari beberapa contoh dalam Alkitab.
Pertama, kita memuji Tuhan karena pekerjaan-Nya yang ajaib dan kasih karunia keselamatan-Nya yang Ia berikan kepada kita. Di zaman Musa, musik digunakan untuk memungkinkan sekelompok orang untuk memuji Tuhan dalam satu hati. Setelah Allah menyelamatkan bangsa Israel menyeberangi Laut Merah, Musa dan bangsa Israel menyanyikan pujian bagi Tuhan, memuji-Nya atas pekerjaan-Nya yang penuh kuasa.
Saat kita berkumpul untuk berkebaktian, kita harus mengingat pekerjaan-pekerjaan ajaib Tuhan dalam hidup kita, dan merenungkan karunia keselamatan-Nya bagi kita. Ketika kita melakukan hal ini, hati kita akan digenangi lagu-lagu bagi Tuhan, dan dari lubuk hati, kita akan memuji dalam satu hati untuk memuliakan Tuhan.
Kedua, selain saat berkebaktian, juga ada acara-acara khusus di gereja saat kita memuji Tuhan dengan satu hati, seperti pentahbisan gereja, Kebaktian Kebangunan Rohani, dan sebagainya. Contoh dalam Alkitab, ketika Tabut Allah dipindahkan ke Yerusalem, Daud begitu bersukacita sehingga ia memimpin orang- orang dalam puji dan syukur secara massal. Saat itu adalah hari yang penting bagi mereka untuk merayakan dan bersukacita karena pemeliharaan Allah, dan untuk mengingatkan orang-orang akan kasih Allah yang ajaib (2 Sam 6:5).
Ketiga, menyanyikan pujian mendorong persekutuan dengan Kristus dan saudara-saudari seiman. Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya menggunakan musik untuk memuji Tuhan bersama-sama. Alkitab mencatat, setelah Yesus dan murid-murid-Nya menyanyikan pujian, barulah mereka naik ke Bukit Zaitun. Para pengikut Kristus melanjutkan kebiasaan ini; Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan pujian bagi Tuhan dalam penjara. Tuhan Yesus berjanji bahwa ketika dua atau tiga orang bersekutu dalam nama- Nya, Ia akan hadir di tengah-tengah mereka (Mat 18:20). Ketika kita berkumpul sebagai jemaat untuk memuji, kita bersekutu dengan saudara-saudari kita, juga dengan Kristus. Persekutuan yang demikian ada di luar kebaktian umum biasa, dan dapat diadakan di bagian mana pun dalam perjalanan iman kita.
Saat hati kita tenang dan bersukacita, menyanyikan kidung pujian adalah perkara yang mudah. Namun menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan bersama saudara-saudari seiman di dalam masa-masa pencobaan dan kesulitan menghasilkan suatu persekutuan yang dorongan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Di tengah-tengah pencobaan, musik dan syair kidung yang dinyanyikan mengingatkan kita akan kesetiaan Tuhan. Mereka menyejukkan hati dan mengangkat jiwa kita.
Beberapa tahun yang lalu, ada jemaat gereja di Singapura meninggal dunia. Sanak keluarganya yang bukan Kristen meminta gereja untuk mengadakan kebaktian perkabungan. Karena bertepatan dengan acara Kebaktian Kebangunan Rohani, hanya sedikit jemaat gereja yang menghadiri kebaktian ini. Dalam perjalanan, mereka kuatir akan tidak cukupnya orang-orang yang menyanyikan kidung pujian dalam perkabungan nanti. Saat kebaktian perkabungan dimulai, mereka memilih lagu “Almasih Tahu Dukamu.” Saat mereka menyanyi, mereka merasa seakan Tuhan mengutus paduan suara-Nya untuk menyanyi bersama mereka.
Pada akhirnya, nyanyian itu tidak hanya menghibur keluarga yang berduka, tetapi juga saudara-saudari seiman yang menghadirinya. Mereka merasakan bagaimana Tuhan secara pribadi bersekutu dengan mereka saat menyanyikan pujian. Sungguh, musik dapat menjadi alat yang penuh kuasa untuk mendekatkan kita dengan Tuhan dan membantu kita merasakan penyertaan-Nya. Syaratnya adalah kita harus menyanyi bagi Tuhan dengan hati yang tulus dan dalam satu hati.