SAUH BAGI JIWA
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” (2 Timotius 1:5)
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” (2 Timotius 1:5)
Mengapa Paulus sangat yakin pada iman yang dimiliki oleh Lois, Eunike dan Timotius? Dalam bahasa Yunani, kata “yakin” dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai: “tahu dengan penuh kepastian, percaya.” Secara struktur bahasa Yunani, frase “aku yakin” dapat diterjemahkan menjadi: “aku telah diyakinkan” dalam bentuk pasif. Dengan kata lain, rasul Paulus tidak sekedar percaya saja akan iman Timotius. Tetapi ada bukti-bukti pendukung, melalui pengamatannya terhadap perkataan, pemikiran maupun perbuatan serta pelayanan Timotius–sehingga kesemuanya menjadi bukti kuat akan iman Timotius yang tulus ikhlas. Oleh karenanya, rasul Paulus telah diyakinkan bahwa iman itu hidup dalam diri Timotius, melalui gaya hidup dan perilakunya sehari-hari.
Kita harus menyatakan firman Tuhan di dalam kehidupan kita. Bagi yang sudah menerima Roh Kudus dan kebenaran-Nya, kita boleh saja bersukacita. Namun, bagaimana dengan kehidupan kita sehari-hari? Apakah kita sudah menyatakan firman Tuhan? Kita dapat melihat dan mencontoh kehidupan Tuhan Yesus yang benar dan kudus.
Paulus sangat bersukacita atas iman dan sikap Timotius. Timotius tidak hanya percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi ia melakukan ajaran Tuhan. Ini adalah iman yang benar. Paulus merupakan pengkhotbah senior dan Timotius adalah anak muda. Saat Paulus akan meninggal, ia memikirkan Timotius siang dan malam (2Tim 1:1-4). Dari sini kita bisa melihat kedekatan hubungan Paulus dan Timotius. Timotius sebagai pengkhotbah muda memiliki hubungan yang baik dengan rekan sepelayanan di gereja. Timotius tahu tentang kebenaran dan menerapkan kebenaran itu sehingga memiliki hubungan yang baik dengan Paulus. Kita dapat melihat betapa murni iman Timotius, baik dalam kehidupan keluarga dengan nenek dan ibunya, kehidupan sosial dengan saudara-saudara di Listra dan Ikonium serta kehidupan bergereja dengan Paulus.
Sebagai orang Kristen, hendaknya kita selalu bersukacita dan jangan mengabaikan iman yang murni. Kita harus meyakini keselamatan yang kita peroleh dan saling menguatkan satu sama lain sehingga Tuhan memperhitungkan kita sebagai orang benar.