SAUH BAGI JIWA
“TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya” (Mazmur 121:8)
“TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya” (Mazmur 121:8)
Setiap hari, yang biasa saya lakukan setelah bangun pagi adalah membuka jendela rumah. Tujuannya agar cahaya matahari dan sirkulasi udara dapat masuk ke dalam rumah. Suatu hari, tiba-tiba ada seekor burung yang tidak sengaja masuk ke dalam rumah. Burung itu terus berputar-putar di dalam rumah. Beberapa kali burung itu mencoba keluar, tetapi mengalami kesulitan karena jendelanya tidak terbuka lebar. Akhirnya, saya membuka pintu teras atas lebar-lebar, dan kemudian burung itu bisa keluar dan terbang dengan leluasa.
Peristiwa tersebut mengingatkan kita akan anggota keluarga, rekan sekerja, teman, atau saudara-saudari seiman yang sedang menghadapi masalah; baik itu perkara rumah tangga ataupun pekerjaan. Lalu apakah yang dapat kita lakukan?
Secara informal, kita dapat berkomunikasi dengan mereka melalui aplikasi video call ataupun sejenisnya. Kita dapat menjadi pendengar yang baik dan tidak perlu banyak berbicara. Saat permasalahan diungkapkan, berikanlah umpan agar mereka mengemukakan pendapat mereka mengenai pemecahan masalah terbaik. Seringkali, pihak yang dapat memecahkan masalah itu adalah diri mereka sendiri. Namun, terkadang ketika seseorang tertimpa oleh masalah, pikiran mereka terpaku pada masalah itu–sama seperti burung yang tersesat di dalam rumah. Ada jalan keluar melalui jendela, tetapi ia tidak dapat menemukan jalan itu. Tugas kita sebagai pendengar adalah membantu mereka dengan “membukakan pintu lebih lebar,” sehingga pemikiran mereka dapat terbuka dan menemukan solusi terbaik.
Kita harus belajar mendorong mereka untuk mencari Tuhan dan mengandalkan Tuhan. Kemampuan kita terbatas, tapi Tuhan sanggup memberikan pertolongan yang jauh lebih baik dari yang kita pikirkan.
Seperti halnya raja Daud yang memiliki banyak panglima yang tangguh dengan wilayah pemerintahan yang luas dan kekayaan yang berlimpah ruah. Namun, di manakah letak kekuatan Daud yang sesungguhnya? Apakah pada panglima-panglimanya? Kekayaannya? Kekuasaannya? Kekuatan Daud yang sesungguhnya adalah saat Daud mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.
Dalam Mazmur yang dituliskannya, Daud menegaskan, “Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya” (Mzm 18:2-3, 6). Padahal Daud memiliki panglima perang yang handal serta pahlawan-pahlawannya yang terlatih; tetapi di dalam kesesakan, Daud justru berseru kepada Tuhan–gunung batunya dan perisainya. Tuhanlah jawaban dalam hidupnya.
Melalui jatuh-bangunnya Daud dalam perjalanan hidupnya, kita belajar bahwa memakukan diri pada masalah sesungguhnya tidak akan memberikan hasil, dan mengandalkan hikmat kekuatan pribadi pun juga tidak menyelesaikan masalah secara tuntas. Bahkan menyandarkan diri pada kekuasaan maupun kelimpahan pun bukan jaminan. Dari sedemikian rupa tantangan yang dihadapi oleh Daud, kita belajar bahwa kesetiaan Tuhan tidak berubah–hanya kepada Dialah kita dapat bersandar dan mempercayakan segala permasalahan kita.
Andalkan Tuhan Yesus dalam setiap langkah hidup kita, karena hanya Tuhan Yesus yang dapat menjadi sumber jawaban terbaik bagi setiap permasalahan yang terjadi. Tuhan Yesus memberkati.