SAUH BAGI JIWA
“Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai.” (1 Tawarikh 10:13-14)
“Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai.” (1 Tawarikh 10:13-14)
Saul, raja pertama di Israel, ditentukan dan dipilih Allah dengan cara yang unik. Empat puluh tahun Saul bertakhta, namun di penghujung hidupnya ia tidak setia kepada Allah (Kis 13:21). Saul meminta petunjuk kepada arwah (1Sam 28:7). Karena itu, Allah membunuhnya. Daud berduka cita atas kematian Saul dan Yonatan.
Kesetiaan tidak cukup ditunjukkan dalam waktu lima atau sepuluh tahun. Kesetiaan haruslah sampai kita mati. Oleh dorongan Roh Kudus, Rasul Yohanes menyatakan, “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Why 2:10).
Ada orang yang menderita karena kekurangan makanan dan minuman. Orang yang lain menderita karena sakit yang tidak kunjung sembuh. Bahkan, Nabi Elisa menderita sakit yang menyebabkan kematiannya (2Raj 13:14). Ada umat yang menderita karena dikucilkan. Ada juga umat yang dianiaya karena memberitakan kebenaran, seperti Yohanes Pembaptis yang dilemparkan ke dalam penjara karena menyatakan kebenaran tentang Herodes dan Herodias (Mrk 6:17). Elisa, Yohanes Pembaptis dan banyak umat Kristen di berbagai tempat telah membuktikan kesetiaannya sampai mati.
Adam, manusia pertama, jatuh dalam dosa. Ia menerima dan memakan buah yang diberikan Hawa kepadanya (Kej 3:6). Apakah Adam melakukannya karena ingin menyenangkan hati Hawa atau karena ia melupakan larangan Allah?
Melalui Musa, Allah kembali mengingatkan kita, “Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau istrimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya, tetapi bunuhlah dia.” (Ul 13:6,8,9a).
Senangkanlah hati Allah, bukan hati anak, istri, atau sahabat dengan menentang firman Tuhan. Ingatlah firman-Nya senantiasa. Paulus yang sudah menjadi tua memberi pesan kepada Timotius untuk membawa jubah, kitab-kitab dan terutama perkamen yang ia tinggalkan di rumah Karpus (Flm 1:9; 2Tim 4:13). Ia masih ingin membaca firman Tuhan meskipun sudah berusia lanjut.
Harun, imam besar yang pertama, berbuat dosa. Musa menegur abangnya itu: “Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka?” (Kel 32:21). Harun tunduk ketika umat Israel berkata kepadanya: “Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir – kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.” (Kel 32:1). Padahal belum lama Musa menyampaikan Sepuluh Perintah Allah kepada umat Israel, yang tentunya juga didengar oleh Harun.
Harun nampaknya gentar menghadapi keinginan orang banyak atau mungkin ia seseorang yang tidak mampu memegang teguh prinsip kebenaran. Ada banyak sebab orang bisa jatuh ke dalam dosa. Kita bukanlah raja pertama di Israel seperti Saul. Kita bukan manusia pertama yang diciptakan Allah. Kita juga bukan imam besar pertama yang Dia tetapkan seperti halnya Harun. Tetapi, jadilah umat yang mengutamakan yang terutama dalam hidup ini. Muliakanlah Tuhan!