SAUH BAGI JIWA
“Lalu TUHAN memanggil:”Samuel! Samuel!” Dan ia menjawab:”Ya, bapa.” (1 Samuel 3:4)
“Lalu TUHAN memanggil:”Samuel! Samuel!” Dan ia menjawab:”Ya, bapa.” (1 Samuel 3:4)
Samuel muda menjadi pelayan Tuhan di bawah pengawasan imam Eli. Tiga kali Tuhan memanggil Samuel dan ia pun bangun serta pergi mendapatkan imam Eli (1Sam 3:4,6,8). Samuel belum mengenal Tuhan. Firman Tuhan belum pernah dinyatakan kepadanya.
Samuel muda, entah berapa usianya pada saat ia beroleh panggilan yang berkali-kali itu, belum mengenal Tuhan, tetapi ia mau melayani Allah. Apakah Hana pernah bercerita kepada Samuel perihal kelahirannya? Adakah Elkana mengisahkan latar belakang mengapa ia harus tinggal di rumah Tuhan? Alkitab mencatat: “Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan.” (1Sam 3:19).
Saat ini, kita telah mengenal Tuhan Yesus. Ia adalah Juru Selamat dan penolong kita. Ia memberi jalan keluar bagi setiap masalah kita. Apakah saat ini kita sudah mengambil bagian untuk melayani Dia? Apakah kita terlibat di dalam pelayanan di gereja-Nya? Apakah kita dengan sukacita melayani Allah untuk membalas kasih-Nya? Pemazmur bekata, “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?” (Mzm 116:12).
Matius mencatat perkataan Tuhan Yesus: “Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: “Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.” (Mat 21:28-30). Saat ini, Bapa sedang memanggil kita untuk melakukan kehendak-Nya.
Bapa mengetahui siapa anak-anakNya. Tidak mungkin Ia salah panggil. Kala Bapa memanggil kita untuk bekerja di kebun anggur-Nya, maukah kita pergi? Bila kita menjawab ya, apakah kita sungguh-sungguh pergi ke kebun anggur-Nya? Atau kita malah pergi ke tempat lain? Ada umat Allah yang bersikap seperti anak bungsu. Saat diminta melakukan sesuatu, ia langsung menjawab tidak mau. Namun, ia kemudian menyesal dan akhirnya pergi juga ke kebun anggur milik Bapanya.
Setelah Tuhan memanggil Samuel empat kali, esok paginya masih ada satu panggilan kepada anak Hana itu. Eli memanggil Samuel, katanya: “Samuel, anakku.” Jawab Samuel: “Ya, bapa.” Kata Eli: “Apakah yang disampaikan-Nya kepadamu? Janganlah kausembunyikan kepadaku. Kiranya beginilah Allah menghukum engkau, bahkan lebih dari pada itu, jika engkau menyembunyikan sepatah katapun kepadaku dari apa yang disampaikan-Nya kepadamu itu.” (1Sam 3:16-17).
Kita melihat perbedaan panggilan Tuhan dan panggilan Eli kepada Samuel. Berbeda dengan Allah, ucapan Imam Eli kepada Samuel disertai ancaman. Eli ingin mengetahui segala yang dikatakan Allah kepada Samuel. Eli kuatir Samuel menyembunyikan sebagian dari pesan Tuhan sehingga keluarlah ancaman itu: “Kiranya beginilah Allah menghukum engkau, bahkan lebih dari pada itu.” Kita ingat pada perkataan Rasul Yohanes: “Di dalam kasih [agape] tidak ada ketakutan: kasih [agape] yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” (1Yoh 4:18).
Imam Eli hidup di luar kasih Allah sehingga hatinya diliputi ketakutan. Eli menghormati anak-anaknya lebih daripada menghormati Tuhan (1Sam 2:29). Eli menekan Samuel, seorang muda yang ada di bawah pengawasannya. Pengawas sejati memberi kelegaan; pengawas duniawi menekan, mengancam, mengintimidasi orang-orang yang diawasinya.