SAUH BAGI JIWA
“Tetapi Rahel telah mengambil terafim itu dan memasukkannya ke dalam pelana untanya, dan duduk di atasnya. Laban menggeledah seluruh kemah itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya.” (Kejadian 31:34)
“Tetapi Rahel telah mengambil terafim itu dan memasukkannya ke dalam pelana untanya, dan duduk di atasnya. Laban menggeledah seluruh kemah itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya.” (Kejadian 31:34)
Esau menaruh dendam karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepada Yakub. Ia berencana membunuh Yakub kelak (Kej 27:41). Ribka, yang mengetahui niat Esau itu, menyuruh Yakub pergi kepada Laban di Haran (Kej 27:42-43). Ishak memanggil Yakub, lalu memberkatinya serta berpesan kepadanya, katanya: “Janganlah mengambil istri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang istri dari anak-anak Laban, saudara ibumu.” (Kej 28:1-2).
Ishak, dan tentu juga Ribka, berharap Yakub menikah dengan seorang perempuan yang menyembah kepada Yahweh, Allah sejati, atau dalam Perjanjian Baru adalah Tuhan Yesus. Yakub menaati kehendak orang tuanya. Ia menikah dengan anak Laban. Hal yang tidak diduga oleh Ishak adalah keluarga Laban ternyata memiliki, dan tentunya menyembah, terafim. Laban berkata kepada Yakub: “Maka sekarang, kalau memang engkau harus pergi, semata-mata karena sangat rindu ke rumah ayahmu, mengapa engkau mencuri dewa-dewaku?” (Kej 31:30).
Setelah berpisah dengan Laban, Yakub bersiap untuk bertemu Esau, kakaknya (Kej 32:1-3). Mengetahui Esau sedang mendatanginya dengan diiringi 400 orang, sangat takutlah Yakub. Kemudian Yakub bergulat dengan seorang laki-laki sampai fajar menyingsing. Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” (Kej 32:7,28). Yakub beroleh nama baru dari Allah, yaitu Israel.
Usai berpisah dengan Esau, Yakub kemudian berangkat ke Sukot, lalu mendirikan rumah, dan untuk ternaknya dibuatnya gubuk-gubuk. Dari sana Yakub meneruskan perjalanannya dan tiba di Sikhem, di tanah Kanaan (Kej 33:17-19). Allah berfirman kepada Yakub: “Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu. Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: “Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.” (Kej 35:1-2).
Di rumah Yakub, yang telah diberi nama baru Israel, ada dewa-dewa asing. Umat yang saat ini beriman dan menyembah Tuhan Yesus kadangkala mendapat godaan untuk menyembah berhala. Atas hal ini, Paulus mengingatkan, “Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.” (Ef 5:5).
Umat yang telah dibaptis, yang telah menerima permandian kelahiran kembali (Tit 3:5) bisa tergoda untuk menjadi serakah, yaitu orang-orang yang tidak merasa puas dengan pengaturan Allah. Secara tersirat, Paulus menyatakan adanya umat Allah yang memiliki nafsu serakah. Paulus berkata kepada Titus: “Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah.” (Tit 1:7).
Keserakahan berlawanan dengan rasa cukup. Umat yang merasa cukup akan terhindar dari keserakahan (1Tim 6:8). Penulis kitab Amsal menyatakan: “Si lintah mempunyai dua anak perempuan: “Untukku!” dan “Untukku!”” (Ams 30:15). Janganlah kita menjadi lintah karena kita adalah umat Allah.