SAUH BAGI JIWA
“Dan setelah mereka menyuruh rasul-rasul itu meninggalkan ruang sidang, berundinglah mereka.” (Kisah Para Rasul 4:15)
“Dan setelah mereka menyuruh rasul-rasul itu meninggalkan ruang sidang, berundinglah mereka.” (Kisah Para Rasul 4:15)
Sepasang suami-istri kehilangan sukacitanya tatkala si anak makin besar. Ketika anak-anak lain yang sebaya sudah mulai belajar berjalan, anak laki-lakinya tidak bisa bergerak. Anak mereka lumpuh. Kesedihan, dukacita dan rasa malu menyelimuti pasangan tersebut. Akhirnya, mulailah ada orang-orang yang mengusung si orang lumpuh itu ke dekat pintu gerbang bait Allah.
“Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah.” (Kis 3:2). Tidak jelas apakah para pengusung itu orang-orang yang sama atau mereka melakukannya secara bergantian.
Andai pengusung itu adalah orang-orang yang sama, sungguh itu adalah suatu perkara mulia. Butuh waktu, tenaga dan komitmen yang panjang karena mereka harus mengusungnya setiap hari. Alkitab mencatat: “Sebab orang yang disembuhkan oleh mukjizat itu sudah lebih dari empat puluh tahun umurnya.” (Kis 4:22). Jika pada waktu itu ada “tim pengusung”, tentulah tiap-tiap anggota tim akan mendapat jadwal mengusung yang bisa mencapai puluhan kali dalam setahun. Anda bisa menghitung berapa banyak frekuensinya jika hal itu dilakukan selama sekian puluh tahun.
Kasih para pengusung tidak perlu diragukan. Pertanyaannya, apakah mereka masuk ke dalam Bait Allah atau menunggu di luar? Saat ini tidak sedikit pengusaha besar, para pesohor yang menyumbangkan uang untuk karya sosial di berbagai negara. Ada yang menyumbangkan hartanya hingga mencapai triliun rupiah. Apakah para donatur ini masuk ke dalam Bait Allah, minimal setiap hari Sabat?
“Maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati – bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu.” (Kis 4:10). Kemarin ia masih lumpuh, tetapi sekarang orang lumpuh itu telah berdiri dengan sehat. Kemarin masih diusung, kini sudah bisa berjalan sendiri, bahkan melompat-lompat (Kis 3:8).
Kita pernah melihat bahwa ada jemaat yang melayani Tuhan tiba-tiba sudah menjadi murtad. Dalam surat Kolose, Paulus menuliskan, “Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas.” (Kol 4:14; lihat juga Flm 1:23-24). Di penghujung hidupnya, Paulus menyatakan kepada Timotius, “Berusahalah supaya segera datang kepadaku, karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku.” (2Tim 4:9-10). Rasul Yohanes menyatakan, “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” (1Yoh 2:15). Ada yang kemarin lumpuh, kini menjadi sehat. Tetapi, ada pula yang kemarin sehat, sekarang rohaninya menjadi sakit.
Usai sembuh, keesokan harinya orang lumpuh itu menghadiri “persidangan” Rasul Petrus dan Yohanes. “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya.” (Kis 4:13-14; juga Kis 14:3,5,7).
Petrus telah melakukan kebajikan kepada orang lumpuh itu (Kis 4:9). Orang lumpuh yang telah disembuhkan itu berupaya membalas kebaikan Petrus dengan menghadiri persidangan kedua rasul itu. Pemazmur berkata, “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?” (Mzm 116:12). Orang dunia seringkali hanya ingat untuk membalas dendam. Umat Allah seharusnya ingat dan bertekad membalas kebaikan-Nya.