SAUH BAGI JIWA
“Apabila seorang Lewi datang dari tempat mana pun di Israel, di mana ia tinggal sebagai pendatang, dan dengan sepenuh hati masuk ke tempat yang akan dipilih TUHAN.” (Ulangan 18:6)
“Apabila seorang Lewi datang dari tempat mana pun di Israel, di mana ia tinggal sebagai pendatang, dan dengan sepenuh hati masuk ke tempat yang akan dipilih TUHAN.” (Ulangan 18:6)
Catatan di atas menarik untuk dicermati. Orang Lewi meninggalkan tempat asalnya. Apakah karena terjadi bala kelaparan (bandingkan dengan Kej 12:10)? Apakah ia memiliki jiwa petualang sehingga ingin melihat dunia yang berbeda? Apakah ia pergi seorang diri atau bersama-sama dengan seisi rumahnya, seperti Elimelekh meninggalkan Betlehem menuju Moab dengan istri dan kedua anaknya?
Umat Allah pindah ke tempat lain bisa jadi karena salah satu alasan di atas. Hal yang utama adalah adanya penyertaan Allah di mana pun kita berada. Bersama Allah semua menjadi mudah.
“Maka haruslah mereka mendapat rezeki yang sama, dengan tidak terhitung apa yang ia peroleh dengan menjual harta nenek moyangnya.”(Ul 18:8). Saat orangtua meninggal, cukup sering terdengar bahwa anak-anaknya menjual warisannya. Bagaimana perasaan anak saat menjual harta nenek moyangnya? Apakah terasa biasa saja seperti menjual sepeda motor? Apakah ada pergumulan di dalam hati, mengingat perjuangan orangtua untuk mengumpulkan harta itu?
Allah adalah nenek moyang kita yang sejati (Luk 3:38). Keselamatan adalah harta yang sangat berharga. Roh Kudus adalah anugerah yang tak ternilai mahalnya. Marilah kita mempertahankan warisan dari Allah. Jangan pernah kita menjualnya untuk perkara-perkara dunia.