SAUH BAGI JIWA
“Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan.” (Amsal 17:1)
Bacaan: Kejadian 30 : 1-24
“Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan.” (Amsal 17:1)
Bacaan: Kejadian 30 : 1-24
Memiliki banyak istri hampir pasti menimbulkan segudang masalah di dalam sebuah keluarga. Meskipun Rahel dan Lea bersaudara, masalah tidak terhindarkan. Rahel sangat dikasihi suaminya, namun tidak dapat melahirkan anak. Lea tidak dikasihi, namun melahirkan banyak anak. Yakub, sang suami, tidak mampu mencegah terjadinya perselisihan antara keduanya karena harus berbagi kasih dengan kedua istrinya ini. Pernikahan yang paling bahagia hanyalah antara satu suami dengan satu istri. Kasih antara suami dan istri bersifat eksklusif; tidak ada ruang untuk kehadiran pihak ketiga.
Rahel mengetahui dirinya tidak dapat mengandung. Karena itu, ia menjadi marah kepada Yakub. Tidak seperti ayahnya, Ishak, yang berdoa demi istrinya, Yakub justru menerima saran Rahel untuk mengambil budaknya perempuan, Bilha, sebagai istri sehingga melahirkan keturunan bagi Rahel. Meskipun Bilha kemudian melahirkan dua orang anak untuk mengimbangi Lea, solusi ini justru semakin merusak keharmonisan keluarga mereka.
Hingga di titik ini, Rahel masih merasa tidak puas. Saat musim menuai gandum tiba, Ruben, anak sulung Lea, memanen buah dudaim di padang. Ruben memberikan buah itu kepada ibunya, tetapi Rahel meminta beberapa buah dudaim itu dari Lea. Buah dudaim memiliki bentuk bulat kecil dan bentuk tanamannya mirip dengan ginseng. Di atas akarnya terdapat beberapa lembar daun dan bunganya berwarna ungu seperti buah plum. Tanaman ini digunakan sebagai obat dan memiliki aroma yang khusus. Buah ini biasanya matang pada bulan kelima saat musim menuai gandum. Menurut kepercayaan, memakan buah dudaim dapat menambahkan kesuburan. Namun setelah menerima buah itu, Rahel tidak kunjung mengandung. Sebaliknya, Lea melahirkan dua orang anak laki-laki lagi.
Dari peristiwa ini kita bisa memperoleh pelajaran berharga. Pertama, jika kita ingin memiliki keluarga yang bahagia, setiap anggota keluarga harus membuang rasa cemburu antara satu sama lain. Anugerah Allah seharusnya tidak dijadikan sumber perselisihan. Kedua, saat menghadapi masalah, kita harus membawanya ke hadapan Allah. Dengan hati yang tulus, kita memohon pimpinan Allah untuk mengatasi masalah tersebut. Tindakan Rahel yang menggunakan cara manusia untuk mencapai tujuannya tidak sepatutnya kita tiru. Dalam berdagang, kita harus bersikap jujur dan tidak mencari keuntungan yang tidak halal demi memuaskan diri sendiri. Kita tidak boleh mempercayai takhayul, seperti halnya Rahel yang menginginkan buah dudaim agar bisa melahirkan anak. Seringkali, mengandalkan akal manusia malah membuat masalah menjadi lebih besar, bahkan menyebabkan kemerosotan iman dan tidak dikenan Allah.
Kejadian 30:22 menuliskan bahwa Rahel pada akhirnya mendapatkan kasih karunia Allah. Allah mengingat dan mendengarkan permohonan Rahel serta membuka kandungannya. Sikap Rahel yang memohon kepada Allah menunjukkan kemajuan imannya. Setelah melahirkan Yusuf, ia memohon lagi kepada Allah. Perbuatan ini menunjukkan bagaimana Rahel sadar bahwa anak-anak merupakan karunia Allah sehingga ia harus bersandar kepada Allah untuk menyelesaikan masalahnya.