SAUH BAGI JIWA
“Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya” (Yohanes 18:2)
“Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya” (Yohanes 18:2)
Arti kata “berkumpul” mengingatkan kita akan pentingnya semangat untuk berkumpul di dalam Tuhan. Sejak pandemi, konsep persekutuan dalam kehidupan bergereja kembali ke dasar yang paling utama, yaitu: keluarga. Selama beberapa bulan lamanya, jemaat tidak dapat berkumpul di gedung gereja secara fisik bersama-sama dengan saudara/i seiman lainnya; melainkan hanya dapat berkumpul di rumah masing-masing bersama anggota keluarga. Dengan demikian, di saat-saat seperti itulah keluarga demi keluarga menjadi “gereja-gereja kecil.”
Disinilah tantangan sesungguhnya dimulai: Bagaimana kepala keluarga beserta dengan seluruh anggotanya dapat bersandar dan beribadah kepada Tuhan—tidak lagi sekedar mengandalkan para pengkhotbah maupun para pemimpin persekutuan, melainkan berinisiatif dan berusaha semaksimal mungkin untuk membimbing para anggota keluarga dan menjadi teladan dalam kedisiplinan rohani di rumah.
Semasa pandemi, kegiatan ibadah dilaksanakan secara online. Maka, partisipasi dalam kegiatan tersebut seluruhnya bersifat mandiri. Dengan kata lain, seluruhnya dilakukan di rumah masing-masing dan atas dasar kesadaran pribadi. Baik kita mengikuti ibadah online dengan jadwal sesuka hati, atau sambil memain-mainkan smartphone, atau sambil bermalas-malasan atau sambil makan; tidak ada orang lain yang melihat atau pun menegur, hanya kesadaran hati nurani diri kita sendiri bersama keluarga yang mengingatkan.
Semasa Pembatasan Sosial Berskala Besar, kegiatan ibadah dan persekutuan di gereja secara fisik menjadi hal yang sangat langka. Kita tahu akan pentingnya semangat berkumpul dalam Tuhan, tetapi apakah kita sungguh-sungguh sudah menjalankannya secara rutin dalam kehidupan kita pribadi? Ataukah kita justru merasa bebas, tidak terbeban, karena tidak ada lagi orang yang mengajak atau pun menyuruh kita ke gereja? Yudas Iskariot tahu akan pentingnya bersekutu. Namun, ia tidak lagi melakukannya dan ia justru pergi meninggalkan persekutuan bersama Tuhan Yesus dan murid-murid. Kiranya apa yang telah dilakukan Yudas Iskariot dapat menjadi peringatan keras bagi kedisiplinan kerohanian kita.
Mengapa ada jemaat, yang meskipun mereka menderita saat berada dalam kesendirian, justru tetap berpegang pada pengharapan Tuhan? Sebab di dalam kesendirian atau pun kesepian, seringkali seseorang akan teringat waktu-waktu saat ia dapat berkumpul dan bersekutu. Dahulu masih dapat makan bersama, berdoa dan bersekutu bersama; sekarang sudah tidak lagi. Saat itulah timbul kerinduan yang amat sangat dan baru merasakan betapa berharganya kesempatan kebersamaan yang dulu itu.
Di dalam kesendirian, iman kerohanian seseorang akan teruji—apakah ia, dengan segala kerinduannya, akan berusaha untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan; atau di dalam kekecewaan, kemarahan, kepentingan pribadi maupun keinginan daging tidak lagi rindu akan kebersamaan dan meninggalkan semangat persekutuan serta berusaha untuk menangani rasa kesendirian dengan caranya sendiri.
Marilah kita senantiasa memohon kemurahan dan kekuatan dari Tuhan agar di saat kita harus menghadapi tantangan iman dalam kesendirian, kiranya kuat kuasa Roh Kudus Tuhan membimbing dan menjaga kita untuk dapat melaluinya.