SAUH BAGI JIWA
“Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya”—Yohanes 18:2
“Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya”—Yohanes 18:2
Makna kata “berkumpul” dalam bahasa Yunani mengajarkan kepada kita bahwa saat kita “berkumpul” dalam Tuhan, kita bukan hanya memanjatkan permohonan doa kepada Tuhan melainkan kita juga melakukan ibadah persekutuan dengan saudara-saudari seiman. Seringkali kita merasa bahwa membangun hubungan yang lebih erat dengan Tuhan, cukup hanya dengan memperhatikan ibadah pribadi kita sendiri, yaitu dengan membaca Alkitab, mempelajarinya dan merenungkannya dalam doa secara pribadi. Akibatnya, kita merasa bahwa persekutuan dengan saudara-saudari seiman—baik itu dalam bentuk komsel, kebersamaan, dan kegiatan lainnya—bukan lagi hal yang penting untuk dilakukan dan hanya sekedar formalitas belaka.
Padahal firman Tuhan menekankan bahwa perjalanan iman menuju ke kerajaan surga harus dilakukan secara bersama-sama (Fil 1:27), bukan seorang diri saja. Maka, ketika seseorang jatuh dalam iman, saudara-saudari seiman yang lainnya dapat saling membantu dan menopangnya untuk bangkit kembali melanjutkan perjalanan—seperti yang pernah Tuhan Yesus doakan pada rasul Petrus bahwa setelah imannya bangkit kembali, ia harus menguatkan saudara-saudari seimannya (Luk 22:32).
Penulis kitab Kisah Para Rasul-pun juga telah memberikan contoh kehidupan persekutuan jemaat mula-mula. Mereka bertekun dan sehati berkumpul, mereka bersekutu di Bait Allah, makan bersama dan bergembira (Kis 2:46). Melalui persekutuan, kita diingatkan untuk belajar dari pengalaman hidup orang lain, agar kiranya kesaksian hidup saudara-saudari seiman yang telah melewati penderitaan hidup dapat menjadi penghiburan di saat kita sedang mengalami rintangan.
Selain itu, hanya dalam komunitas persekutuanlah kita dapat sungguh-sungguh belajar untuk mengasihi sesama. Sebab barangsiapa mengasihi Tuhan, tentunya harus membuktikan dan menerapkannya dalam kehidupan nyata, bukan cuma dengan mengasihi diri sendiri, tetapi dengan mengasihi keluarga, teman, saudara-saudari seiman ataupun orang lain yang berada di sekitar kita.
Di sisi lain, jangan sampai kita begitu memperhatikan kehidupan persekutuan kita — penuh dengan kebersamaan dan kehidupan bersosialisasi —tetapi pada akhirnya kita menganggap remeh kehidupan doa kita sendiri dan kewajiban pribadi kita di dalam mempelajari firman Tuhan. Yesus sendiri dalam Injil Yohanes 18 telah berkumpul bersama murid-murid, memberikan contoh kepada kita akan pentingnya bersekutu dan berdoa.
Dalam bersosialisasi dengan sesama saudara-saudari seiman, terkadang kita terlena dengan kebersamaan yang telah kita rasakan, sehingga tanpa sadar pertemanan yang terjalin dengan saudara-saudari seiman akhirnya hanya sebatas teman dalam usaha bisnis, teman untuk pergi makan, nonton, jalan-jalan ataupun berolah-raga. Inilah kebersamaan yang kebablasan. Kita lupa bahwa pertemanan dan kebersamaan perlu diikat dalam persekutuan doa dan firman Tuhan. Jika tidak, maka kebersamaan tersebut tidak akan bertahan lama dan tidak memiliki akar yang kuat.
Kebersamaan yang disertai dengan doa bersama secara rutin, bersama-sama saling berbagi dalam pengajaran firman Tuhan dalam pemahaman Alkitab ataupun komsel; dengan sendirinya akan semakin mempererat hubungan sosial dan ikatan rohani antar masing-masing anggota. Dengan demikian, rasa persaudaraan dalam komunitas persekutuan tersebut akan jauh lebih rekat dan kompak antara satu dengan yang lainnya.
Injil Yohanes 18 memberitahukan kepada kita, “Yudas…tahu juga tempat itu” (Yoh 18:2). Namun, kalimat tersebut di atas sama sekali tidak menjamin bahwa Yudas Iskariot juga turut berkumpul dengan mereka. Bahkan saat perjamuan malam bersama, jauh sebelum Yesus dan murid-murid berkumpul di taman Getsemani, Yudas Iskariot sudah pergi meninggalkan mereka terlebih dahulu (Yoh 13:30). Yudas tidak lagi berkumpul bersama mereka. Ia telah mengabaikan kekuatan doa dan persekutuan dalam Tuhan dengan Yesus dan sesama murid. Inilah salah satu penyebab kejatuhannya sampai akhirnya ia dirasuk iblis.