SAUH BAGI JIWA
“Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya“
“Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya“
Ketika anak berbuat salah, biasanya orang tua menegur atau memarahinya. Harapan orang tua, anak itu tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Tetapi jika teguran tidak berhasil, dengan terpaksa orang tua memukul anaknya. Tujuan orang tua adalah untuk mendidik dan membuat anak menjadi jera.
Demikian juga Bapa kita di surga. Ia pun menggunakan teguran dan tongkat untuk mendidik kita. Jika teguran tidak berhasil, maka Ia akan menggunakan tongkat. Tuhan dapat menegur kita melalui hati nurani, firman, orang-orang yang ada di sekitar kita, atau melalui situasi dan kondisi. Misalnya ketika kita berbohong. Jika kita adalah orang benar dan takut akan Tuhan, begitu kita berbohong, kita akan merasa tidak nyaman. Atau ketika kita membaca Alkitab, mendengar khotbah, tema yang dibahas berkaitan dengan bohong. Itulah cara Tuhan menegur kita melalui hati nurani dan firman.
Seharusnya pada waktu kita mendapat teguran dari Tuhan itu, kita menyesal dan bertobat. Namun, ada kalanya kita masih tetap melakukannya. Mungkin karena kita kurang atau tidak peka atau mungkin juga karena kita bandel. Kita tidak mau mendengarkan Tuhan. Jika demikian keadaannya, maka Tuhan akan menggunakan tongkat untuk menggiring kita kembali ke jalan yang benar. Sama seperti yang dilakukan oleh seorang gembala terhadap domba-domba yang salah jalan atau bandel. Tongkat Tuhan itu dapat berupa masalah, kesukaran, sakit-penyakit, bencana, dan lain sebagainya.
Tuhan mengasihi kita dan tidak ingin kita terus berada di jalan salah. Oleh karena itu, Ia melakukan berbagai cara agar kita dapat kembali ke jalan-Nya. Penulis kitab Amsal 6:23 berkata bahwa teguran yang mendidik itu adalah jalan kehidupan. Sebab melalui teguran dan hajaran, diharapkan seseorang dapat kembali ke jalan yang benar. Maka, ketika kita berbuat salah dan Tuhan menegur kita, janganlah kita bersungut-sungut atau menolaknya. Seperti yang dikatakan oleh Elifas dalam Ayub 5:17-18, “Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.” Dan yang lebih penting, teguran dan hajaran Tuhan itu adalah untuk kebaikan kita semata. Sebab “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai rencana Allah “ (Rm 8:28).
Jadi, ketika kita menerima teguran atau hajaran dari Tuhan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah introspeksi diri. Renungkan, apakah ini terjadi karena kita telah melakukan kesalahan? Jika benar, maka segeralah minta ampun dan bertobat. Dan berusahalah untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.
Hendaknya kita memiliki hati yang mau diajar dan mau dengan rendah hati menerima didikan dari Tuhan agar kita dapat menjadi anak-anak-Nya yang terkasih.