SAUH BAGI JIWA
“Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh“
(Amsal 24:30-31)
“Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh“
(Amsal 24:30-31)
Penulis kitab Amsal pernah memberikan peringatan, jika seseorang malas untuk mengurusi ladang serta kebun anggurnya, maka akan ditumbuhi onak dan jeruju, bahkan temboknya roboh. Menurut kamus Alkitab, onak dan jeruju adalah jenis tanaman liar yang sama sekali tidak produktif, dan berduri-duri. Dengan demikian, tanaman berduri tersebut akan menghimpit pohon anggur, sehingga kebun anggur itu tidak dapat menghasilkan buah anggur dengan baik.
Ladang serta kebun anggur dapat diibaratkan kehidupan keluarga dan kehidupan iman kerohanian seseorang. Jika ia malas untuk mengurusi kebun, malas untuk membuang tanaman berduri—kekuatiran ataupun kenikmatan dunia—maka kehidupan keluarga akan dipenuhi duri-duri. Bahkan tembok iman kepercayaan-pun lama-kelamaan akan runtuh sehingga rubah-rubah akan mudah masuk untuk mencuri buah-buah anggur. Sama halnya bagaikan Iblis yang mengambil benih-benih firman Tuhan yang tertabur dalam hati kita.
Sungguh, kemalasan rohani sifatnya fatal dan berbahaya bahkan bagi iman kepercayaan. Dalam kitab Wahyu, jemaat gereja Laodikia ditegur oleh Tuhan dengan keras. Mereka merasa kaya dan tidak kekurangan apa-apa sehingga akhirnya mereka berhenti mengejar kesempurnaan rohani dan rohani mereka tidak bertumbuh sama sekali (Why 3:17). Saat gereja sedang merayakan hari peringatan didirikannya gereja, janganlah takabur dan janganlah kita merasa sudah berhasil. Sebab, jangan-jangan kerohanian jemaat sebenarnya tidak bertumbuh dan kita hanya berbangga diri saja pada keberhasilan masa lalu. Marilah kita hidup secara tekun dan rajin.
Pada masa tuanya, rasul Petrus menasehatkan agar kita dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada iman—kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan dan kasih (2 Pet 1:4-7).
Mengapa rasul Petrus begitu giat menasehati agar kita terus mengejar pertumbuhan rohani? Sebab ia tahu bahwa hasil akhir dari mengejar hawa nafsu duniawi adalah kebinasaan. Tuhan Yesus telah menjanjikan kita untuk dapat turut serta mengambil bagian dalam kodrat ilahi-Nya, atau karakter sifat ilahi yang dimiliki Tuhan.
Dalam suratnya ini, rasul Petrus tahu bahwa sisa hidupnya tidak lama lagi. Oleh sebab itu ia mengajak kita semua untuk berusaha dengan sungguh-sungguh agar kita tetap teguh dalam panggilan kita kepada jalan Tuhan, tidak tersandung.
Selain rasul Petrus, ada seorang tokoh Alkitab yang juga dapat kita teladani kerajinannya dalam mengejar pertumbuhan rohani. Hana, seorang nabi perempuan yang sudah sangat lanjut umurnya, yang secara harfiah, dalam bahasa Yunani berarti: jumlah angka pada umurnya sudah sangat banyak (Luk 2:37-38). Meskipun demikian, usia lanjut tidak menjadi penghalang bagi Hana untuk tetap dengan tekun dan rajin menyembah Tuhan siang dan malam, berdoa dan berpuasa.
Hindarilah hal berikut: Semakin lama kita menjadi pengikut Kristus, maka semakin kita lengah sehingga malas di dalam mengejar pertumbuhan rohani. Jangan sampai kita terpuruk dalam kondisi demikian. Hendaknya secara rohani, kita semakin rajin di dalam menghasilkan buah, tidak mundur dan tidak takabur sehingga kita tidak lagi tersandung. Mengapa kita tersandung dan terjatuh dalam kehidupan rohani? Sebab kita menjadi malas dan berhenti untuk mengejar pertumbuhan iman. Marilah kita bersama-sama terus mengejar pertumbuhan itu sampai kepada titik akhir dengan tekun dan rajin.