SAUH BAGI JIWA
“Efraim telah menjadi merpati tolol, tidak berakal, dengan memanggil kepada Mesir, dengan pergi kepada Asyur“
(Hosea 7:11)
“Efraim telah menjadi merpati tolol, tidak berakal, dengan memanggil kepada Mesir, dengan pergi kepada Asyur“
(Hosea 7:11)
Tuhan Yesus pernah mengajarkan murid-murid-Nya agar mereka menjadi cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus cerdik, terutama dalam membedakan antara apa yang benar dan salah. Kita harus dapat menentukan langkah dan tujuan hidup yang benar dan tahu kepada siapa kita harus percaya dan taat, serta bersandar dan berharap.
Di dalam kitab Hosea, suku Efraim disebut oleh Tuhan sebagai merpati yang tolol dan tidak berakal. Mengapa? Sebab Efraim berharap kepada Mesir dan Asyur daripada kepada Tuhan. Sebagai keturunan Yusuf, Efraim telah diberkati dan menjadi suku yang besar (Ul 33:17). Ia juga memiliki kedudukan dan peranan yang penting di antara orang Israel. Suku Efraim juga sangat diberkati sehingga bisa menempati daerah-daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi dan diam di tanah yang subur.
Dalam kitab Hosea, Efraim turut dicantumkan sebagai gambaran perwakilan dari suku-suku Israel secara keseluruhan. Orang Israel pun telah diberkati Tuhan secara luar biasa. Mereka dipilih menjadi umat Tuhan di antara segala bangsa. Tuhan senantiasa menyertai, menjaga dan melindungi mereka. Nenek moyang mereka telah menerima janji Tuhan bahwa keturunannya akan tak terhitung banyaknya dan menduduki tanah Kanaan yang berlimpah susu dan madunya.
Sayangnya, meskipun Tuhan telah mengasihi mereka sedemikian rupa dan menyebut mereka sebagai kekasih-Nya, mereka tetap murtad. Seringkali mereka melanggar perjanjian-Nya dan tidak menuruti perintah dan ajaran-Nya. Mereka bertindak sekehendak hati mereka. Hal yang lebih mendukakan hati dan membangkitkan murka Tuhan adalah sikap mereka yang mengandalkan bangsa-bangsa lain daripada Tuhan. Mereka lebih percaya kepada allah-allah asing yang sesungguhnya bukan Allah dan menolak Allah yang hidup yang telah mengasihi dan memberkati mereka. Mereka telah mendua hati. Oleh karena itu, Tuhan menyebut mereka sebagai merpati tolol. Ia menolak dan menghukum mereka.
Istilah “merpati tolol” sesungguhnya sangat ironis. Merpati melambangkan ketulusan, yaitu ketaatan umat Tuhan di dalam bersandar pada bimbingan-Nya. Namun, nabi Hosea justru menyebutnya sebagai merpati tolol yang tidak berakal, yang dalam bahasa Ibrani memiliki nuansa makna: Mudah diperdaya, tidak memiliki karakter moral ataupun kemantapan hati. Seharusnya mereka taat, tetapi mereka bagaikan merpati yang tidak cerdik; karena congkak–merasa mampu mengandalkan kekuatan diri sendiri, padahal memiliki banyak kelemahan, karena berdusta–merasa berpengetahuan, padahal sama sekali tidak berpengertian, dan karena memberontak–merasa berkuasa menentukan jalan hidupnya sendiri, padahal tidak berdaya di hadapan Tuhan.
Apa yang telah dilakukan orang Israel hendaknya menjadi pelajaran bagi kita. Sama seperti orang Israel, kita pun telah dikasihi dan banyak mengecap kebaikan Tuhan. Kita harus menghargai kebaikan Tuhan dengan taat dan melakukan perintah-Nya dalam kehidupan kita. Jangan sampai kita berpaling kepada siapa pun atau apa pun. Tuhan harus menjadi satu-satunya sandaran dan pengharapan kita. Jangan mengecewakan dan mendukakan hati Tuhan sehingga membangkitkan murka-Nya. Jangan sampai hukuman dijatuhkan atas kita. Jangan menjadi merpati tolol.