SAUH BAGI JIWA
“Bersukarialah…turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!” (Pengkhotbah 11:9)
“Bersukarialah…turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!” (Pengkhotbah 11:9)
Istilah YOLO merupakan singkatan dari “you only live once,” yang sesungguhnya tidak terdengar asing, terutama di kalangan para remaja atau generasi millenial. YOLO, secara hurufiah merujuk bahwa “hidup hanya sekali,” dengan demikian istilah tersebut berfungsi sebagai pengingat agar kita menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.
Namun, sangat disayangkan karena istilah itu justru sering disalahgunakan oleh para millenial untuk melakukan hal-hal yang ingin ia lakukan sebebas-bebasnya tanpa peduli dengan akibat yang akan terjadi. Contohnya adalah kebiasaan yang cenderung terpusat hanya pada kesenangan dan kepuasaan saat sekarang tanpa peduli akan masa depan; serta gaya hidup yang menghambur-hamburkan uang demi berwisata, makanan mewah, games, konser, shopping—tas, sepatu, baju, dan lainnya—sampai kepada gaya hidup yang membahayakan kesehatan baik itu merokok ataupun menggunakan narkoba.
Penampilan, pertemanan, dan harga diri merupakan hal-hal penting bagi para millenial. Mulai dari pakaian yang mewah dan nge-trend sampai pada penampilan fisik yang keren dan fashionable, hal-hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi instan. Oleh karena itu, kaum millenial rela untuk mengorbankan uang, waktu dan tenaga demi mendapatkan kepuasaan dan kesenangan “hidup yang hanya sekali” itu.
Namun, penulis kitab Pengkhotbah mengingatkan bahwa apapun yang kita perbuat di masa muda, Allah akan mengadilinya (Pkh 12:1, 14). Dengan kata lain, jangan sampai aktivitas yang kita lakukan—termasuk kesenangan dan kepuasaan di dalam mengejar fashion dan trend serta gaya hidup sosial—malah semakin membuat diri kita menjauh dari Tuhan. Misalkan saja, kita begitu memperhatikan fashion pada penampilan fisik sampai-sampai kita lupa berdoa sebelum berpergian. Atau, begitu banyak acara kumpul-kumpul bersama teman, sampai – sampai kita mengabaikan ibadah di hari Sabat. Belum lagi kesibukan saat kita melakukan hobi, mengembangkan bakat, belajar dan bekerja sehingga kita menyepelekan waktu pribadi untuk pertumbuhan rohani diri kita sendiri.
Rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat Efesus mengingatkan mereka untuk memperhatikan dengan seksama bagaimana mereka menjalani kehidupan, yaitu hidup seperti orang arif dan bukan seperti orang bebal (Ef 5:15-16). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bebal adalah orang yang sukar mengerti, atau seseorang yang tidak dapat membedakan yang baik atau buruk. Sedangkan arif adalah bijaksana dan mudah memahami. Dengan kata lain, hidup seperti orang arif adalah komitmen untuk memperbaiki diri ketika kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan perintah Tuhan.
“…karena hari-hari ini adalah jahat,” demikianlah nasehat rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Pemikiran “you only live once” yang hanya mengejar dan memenuhi kepuasaan dan kesenangan pribadi dalam kehidupan sehari-hari kita justru “jahat” karena dapat menjerumuskan kita pada hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, bahkan pada akhirnya membuat kita cenderung menjauh dari pada Tuhan.
Dengan bijaksana, “pergunakanlah waktu yang ada” dengan membaca firman Tuhan untuk pertumbuhan kerohanian kita, dan saling mengingatkan dan menopang satu dengan yang lain dalam Tuhan melalui komunitas dan persekutuan di gereja. Dengan demikian, kehidupan “you only live once” dapat kita terapkan bukan untuk kepuasan pribadi semata-mata melainkan untuk kemuliaan nama Tuhan.