SAUH BAGI JIWA
“Janganlah kuatir akan hidupmu…Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”
(Matius 6:25)
“Janganlah kuatir akan hidupmu…Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”
(Matius 6:25)
Pernahkah kita merasa kuatir? Kuatir akan hari esok? kuatir akan masalah kita yang tak kunjung selesai? kuatir akan kejahatan yang mungkin mengintai kita saat ini? Kekuatiran demi kekuatiran dalam hidup seakan terus-menerus “mengikuti” kita. Saat berbagai masalah datang, pencobaan dan ujian merintangi, seringkali kita kehilangan keberanian untuk menghadapinya dan merasa cemas akan hal-hal yang belum terjadi. Rasa cemas atau kuatir tersebut bahkan terasa lebih besar daripada rasa percaya kepada Tuhan.
Oleh karena itu, banyak orang berusaha untuk “memotong jalan” atau “mencari jalan pintas” dalam kehidupannya. Saat masalah melanda, tak sedikit dari mereka memilih untuk pergi ke “orang pintar,” peramal, dukun, dan yang lainnya; dibanding berdoa meminta petunjuk pada Tuhan. Mereka berpikir bahwa dengan mendatangi “orang pintar,” maka mereka akan lebih cepat mendapat petunjuk untuk menyelesaikan masalah. Akan hal ini, Tuhan Allah justru menegaskan dalam Injil Matius, “Janganlah kuatir akan hidupmu…”
Di dalam Injil Matius 6:25–34, Tuhan Yesus menjelaskan agar manusia tidak perlu kuatir mengenai apapun. Sebab Tuhan tahu bahwa kita memerlukan semuanya—kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. Jika kita masih juga kuatir, ingatlah kembali seberapa berharganya kita di mata Tuhan. Kita adalah makhluk ciptaanNya yang paling berharga—dibentuk oleh tangan Tuhan sendiri, diciptakan menurut gambarNya, dan dihembuskan nafas kehidupan olehNya (Kej 1:26; 2:7).
Dalam menciptakan ciptaan-ciptaan lainnya, Tuhan hanya cukup berfirman maka jadilah apa yang dikehendakiNya. Akan tetapi, saat Ia menciptakan manusia, Tuhan membentuk sendiri manusia dari debu tanah. Tidakkah kita teramat berharga di mataNya? Burung–burung yang terbang bebas melintasi angkasa tidak pernah kekurangan makanan. Bunga bakung yang tidak memintal, Tuhan tetap jaga. Rumput di ladang, Tuhan pelihara. Kita lebih istimewa dibandingkan dengan burung, bunga dan rumput; lalu mengapa kita harus kuatir?
Tuhan sang pencipta yang juga berkuasa atas hari esok. Masih perlukah kita kuatir akan hal yang belum terjadi? Ingatlah bahwa kita lebih istimewa dibanding burung–burung di udara, lebih berharga dibanding bunga bakung dan rumput di ladang. Jika Tuhan menjaga dan memelihara mereka, apalagi kita domba kepunyaanNya yang begitu dikasihi! Tentunya Ia juga akan melawat kita, menjaga kita dari segala marabahaya.
Akan tetapi, Tuhan Yesus juga mengingatkan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33). Ayat ini sesungguhnya bukan sekedar berbicara tentang prioritas melainkan juga tentang sandaran. Dapatkah kita tetap bersandar pada Tuhan di atas semua permasalahan ataupun kesenangan kita?
Ibarat seorang anak kecil yang datang dan menceritakan semua keluh kesahnya kepada orangtuanya—demikian pula halnya yang Tuhan inginkan dari kita, anak-anakNya. Ia bukanlah Tuhan yang tak peduli, Ia hanyalah sejauh doa yang dipanjatkan. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi mengingatkan kita, “Janganlah khawatir tentang apa pun juga. Namun, dalam segala sesuatu nyatakan keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan serta ucapan syukur” (Flp 4:6). Tuhan mengetahui kekuatiran kita, Tuhan mendengarkan permohonan doa kita dan Tuhan akan menindak-lanjutinya dengan cara menopang kita—sebab Dia adalah Sang Pemegang misteri kehidupan.