SAUH BAGI JIWA
“Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur’” (Matius 28:12-13)
Bacaan: Matius 28:9-17
“Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur’” (Matius 28:12-13)
Bacaan: Matius 28:9-17
Albert Einstein pernah berkata, “Orang yang tak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tak pernah mencoba sesuatu yang baru.” Kata-kata ini mendorong kita agar berani mencoba sesuatu hal yang baru meskipun ketika melakukannya kita bisa melakukan kesalahan. Melakukan kesalahan adalah bagian dari kehidupan sebagai manusia. Terlepas siapa kita, status apa yang kita miliki, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi kita, ada kalanya kita melakukan kesalahan dalam hidup kita.
Jika melakukan hal yang benar, kita perlu menjaga diri agar tidak menjadi tinggi hati. Di sisi lain, saat melakukan kesalahan, kita seringkali sulit untuk mengakui kesalahan kita. Kita cenderung tidak mau disalahkan dan berusaha melindungi diri. Di dalam Matius 28:12-13 dituliskan: “Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.’”
Kejadian ini menceritakan bagaimana sikap dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ketika mengetahui bahwa jasad Tuhan Yesus sudah tidak ada di dalam kubur-Nya. Mereka menyuap serdadu yang menjaga kubur Tuhan Yesus agar menyebarkan kebohongan bahwa jasad Tuhan Yesus dicuri oleh murid-murid-Nya.
Kenyataan bahwa jasad Tuhan Yesus sudah tidak ada di kubur-Nya seharusnya menyadarkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi bahwa nubuat mengenai Mesias sudah tergenapi. Tuhan Yesus adalah Mesias itu sendiri. Namun para ahli Taurat dan orang Farisi sebaliknya melakukan kesalahan dengan menyalibkan Mesias yang dinantikan itu. Sikap yang mereka ambil bukan saja tidak mengakui kesalahan mereka, namun berusaha menutupi kesalahan itu dengan kesalahan lainnya, yaitu menyebarkan kebohongan besar di antara orang Yahudi.
Mengakui kesalahan yang telah kita perbuat memang bukan perkara mudah. Ada perasaan tidak enak, ingin melindungi diri, menjaga harga diri, hingga godaan untuk melemparkan kesalahan itu kepada orang lain. Tetapi melakukan kesalahan lain untuk menutupi kesalahan sebelumnya tidak akan membawa manfaat apa-apa bagi diri kita. Perbuatan ini tidak melatih kita untuk menyadari kesalahan, bertanggung jawab atas perbuatan kita dan memperbaiki diri agar di lain waktu kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Ketika melakukan kesalahan di dalam hidup kita, marilah kita belajar untuk tidak lari dari kesalahan itu, tidak menimpakan kepada orang lain dan tidak berusaha menutupi kesalahan itu dengan kesalahan lainnya. Marilah kita dengan jujur mengakui kesalahan itu, bertanggung jawab atas kesalahan itu dan memperbaiki diri agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama.
SAUH BAGI JIWA
“Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur’” (Matius 28:12-13)
Bacaan: Matius 28:9-17
“Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur’” (Matius 28:12-13)
Bacaan: Matius 28:9-17
Albert Einstein pernah berkata, “Orang yang tak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tak pernah mencoba sesuatu yang baru.” Kata-kata ini mendorong kita agar berani mencoba sesuatu hal yang baru meskipun ketika melakukannya kita bisa melakukan kesalahan. Melakukan kesalahan adalah bagian dari kehidupan sebagai manusia. Terlepas siapa kita, status apa yang kita miliki, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi kita, ada kalanya kita melakukan kesalahan dalam hidup kita.
Jika melakukan hal yang benar, kita perlu menjaga diri agar tidak menjadi tinggi hati. Di sisi lain, saat melakukan kesalahan, kita seringkali sulit untuk mengakui kesalahan kita. Kita cenderung tidak mau disalahkan dan berusaha melindungi diri. Di dalam Matius 28:12-13 dituliskan: “Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.’”
Kejadian ini menceritakan bagaimana sikap dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ketika mengetahui bahwa jasad Tuhan Yesus sudah tidak ada di dalam kubur-Nya. Mereka menyuap serdadu yang menjaga kubur Tuhan Yesus agar menyebarkan kebohongan bahwa jasad Tuhan Yesus dicuri oleh murid-murid-Nya.
Kenyataan bahwa jasad Tuhan Yesus sudah tidak ada di kubur-Nya seharusnya menyadarkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi bahwa nubuat mengenai Mesias sudah tergenapi. Tuhan Yesus adalah Mesias itu sendiri. Namun para ahli Taurat dan orang Farisi sebaliknya melakukan kesalahan dengan menyalibkan Mesias yang dinantikan itu. Sikap yang mereka ambil bukan saja tidak mengakui kesalahan mereka, namun berusaha menutupi kesalahan itu dengan kesalahan lainnya, yaitu menyebarkan kebohongan besar di antara orang Yahudi.
Mengakui kesalahan yang telah kita perbuat memang bukan perkara mudah. Ada perasaan tidak enak, ingin melindungi diri, menjaga harga diri, hingga godaan untuk melemparkan kesalahan itu kepada orang lain. Tetapi melakukan kesalahan lain untuk menutupi kesalahan sebelumnya tidak akan membawa manfaat apa-apa bagi diri kita. Perbuatan ini tidak melatih kita untuk menyadari kesalahan, bertanggung jawab atas perbuatan kita dan memperbaiki diri agar di lain waktu kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Ketika melakukan kesalahan di dalam hidup kita, marilah kita belajar untuk tidak lari dari kesalahan itu, tidak menimpakan kepada orang lain dan tidak berusaha menutupi kesalahan itu dengan kesalahan lainnya. Marilah kita dengan jujur mengakui kesalahan itu, bertanggung jawab atas kesalahan itu dan memperbaiki diri agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama.